Rabu, 02 Juni 2010

CHINA DAN INDIA; RESOLUSI KONFLIK PERBATASAN DUA ‘MACAN ASIA’

Oleh :
Nourmala S. Widyasari
209000303
Hubungan Internasional



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang Masalah

Dua negara di Asia, China dan India, yang sering disebut-sebut sebagai negara yang berpotensial untuk menyaingi bahkan dapat menggantikan posisi ekonomi negara Amerika Serikat yang mendominasi dunia, hubungan antara dua negara ini semata-mata bukanlah hanya masalah ekonomi dan perdagangan.
Dua negara yang mendapat julukan ’Macan Asia’—karena kemajuan pesat dalam bidang ekonominya— ini selain bersaing dengan ketat dalam rangka meningkatkan ekonomi negaranya, juga bersitegang selama bertahun-tahun perihal masalah perbatasan wilayah.
Adalah Arunachal Pradesh, sebuah negara bagian di India bagian timur laut. Arunachal Pradesh berbatasan dengan Assam di selatan, Nagaland di tenggara, Myanmar di timur, dan Bhutan di sebelah barat, sementara Garis McMahon membatasi negara bagian ini dari kendali RRC di Utara. Ibukota negara ini adalah Itanagar.[i]
Perebutan wilayah berawal ketika pemerintah kolonial Inggris menarik garis perbatasan antara China dan India yang dikenal sebagai Garis McMahon, yang menyebabkan daerah Kashmir terbagi. Dan dari garis inilah kesalahpahaman antara China dan India bermula.
Hubungan antara India dan China yang memuncak pada tahun 1962, berangsur-angsur membaik karena adanya usaha dari utusan diplomatik masing-masing negara untuk menangani masalah konflik wilayah perbatasan diantara kedua negara yang telah berlangsung selama lebih dari empat dasawarsa.

1.2.  Rumusan Masalah
  1. Usaha apa saja yang telah dilakukan China-India dalam rangka menyelesaikan konflik perbatasan wilayah tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan
       1.   Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Diplomasi
       2.  Menulis dan memberikan analis terhadap resolusi konflik wilayah perbatasan China-India.

1.4  Kerangka Teori
1.4.1 Tugas-tugas Perwakilan Diplomatik
Untuk menganalisis dan membantu dalam penulisan makalah ini, pertama-pertama adalah harus diketahui mengenai peran dan tugas-tugas perwakilan diplomatik pada tiap negara. Karena dalam kasus China dan India, para perwakilan diplomatik adalah orang-orang terdepan untuk menyelesaikan persengketaan.
Perwakilan diplomatik adalah para duta besar atau para pejabat diplomatik yang mewakili kepentingan negara pengirim di negara penerima dan sebagai penghubung antarpemerintahan kedua negara.[ii] Dalam kasus China-India, perwakilan diplomatik bertugas untuk membicarakan masalah resolusi konflik wilayah perbatasan antara dua negara.
Dalam Pasal 3 Konvensi Wina 1961 menetapkan tugas-tugas perwakilan diplomatik[iii], yaitu :
1. Representasi
Menurut B. Sen[iv], fungsi utama dari wakil diplomatik adalah mewakili negara pengirim di negara penerima dan bertindak sebagai  saluran penghubung resmi antarpemerintah kedua negara. Bertujuan untuk memelihara hubungan diplomatik antarnegara yang menyangkut fasilitas komunikasi kedua negara.
2. Proteksi
Yaitu melindungi kepentingan-kepentingan negara pengirim serta warga negaranya di dalam wilayah dimana ia diakreditasikan dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh hukum internasional.
3. Negosiasi
Negosiasi atau perundingan dapat diadakan antara dua negara atau lebih, dengan maksud untuk mengadakan persiapan atau melicinkan jalan guna mengadakan suatu perjanjian mengenai hal-hal penting antarkedua negara bersahabat yang bersangkutan.
Fungsi nomor tiga inilah yang dijalankan oleh para perwakilan diplomatik China-India untuk mengadakan perjanjian dalam mengatur pembagian wilayah di perbatasan kedua negara.
4. Mengumpulkan Data dengan Cara yang Sah dan Melaporkannya kepada Pemerintah Negara Pengirim
Tugas ini merupakan suatu hal yang utama bagi perwakilan diplomatik di negara penerima, termasuk di dalamnya tugas observasi secara seksama atas segala peristiwa yang terjadi di negara penerima.
Perlunya laporan ini adalah untuk memperlancar kepengurusan kepentingan negaranya di luar negeri. Laporan bisa berupa peristiwa politik, kebijakan-kebijakan, dan masalah-masalah lain yang terjadi di negara penerima kepada pemerintahnya.
5. Meningkatkan Hubungan Persahabatan Antarnegara
Meningkatkan hubungan persahabatan antarnegara pengirim dan negara penerima serta mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

1.4.2 Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa atau perselisihan adalah suatu langkah yang dilakukan oleh negara/ bangsa/ individu yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan/ perselisihan/ sengketa terhadap negara/ bangsa/ individu yang terkait.
Salah satu tujuan penyelesaian sengketa adalah untuk mencegah dan menghindari terjadinya peperangan antar negara dan penggunaan kekerasan. Karena apabila terjadi persengketaan dikhawatirkan dapat menimbulkan krisis dan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Penyelesaian sengketa secara damai harus dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Usaha ini mutlak diperlukan sebelum persengketaan itu mengarah pada suatu pelanggaran terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Perang tidak dibenarkan oleh hukum internasional (renunciation of war) sebagaimana telah dituangkan dalam Bryan and kellogs pact dalam Paris Treaty 1928.[v]
Berdasarkan piagam tersebut terdapat dua kelompok untuk menyelesaikan sengketa, yaitu penyelesaian secara diplomatik dan cara penyelesaian secara hukum. Dalam kelompok pertama,yaitu penyelesaian secara diplomatik terbagi atas beberapa  cara :
-         negosiasi
-         pencarian fakta
-         jasa-jasa baik
-         mediasi
-         konsiliasi
Dan pada kelompok kedua, yaitu penyelesaian secara hukum dibagi atas :
-         arbitrase
-         pengadilan internasional
Dalam kasus konflik wilayah perbatasan China-India, dalam penyelesaiannya sudah menaati Paris Treaty 1928 dalam usaha untuk menyelesaikan sengketa walaupun pada tahun 1962 perang sempat meletus, namun selama ini sudah diadakan 12 putaran pertemuan untuk menegosiasikan permasalahan tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor-faktor yang Menyulut Persengketaan Antar Negara

Sebelum membahas mengenai konflik wilayah perbatasan antara China dan India, akan dijelaskan terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan mengapa sebuah negara terlibat persengketaan dengan negara lain. Bila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasific juga menghadapi masalah yang sama. Faktor-faktor yang dapat menyulut persengketaan antar negara dimaksud antara lain[vi]:
a. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan.
b. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-negara yang ada di kawasan ini, maupun dari luar kawasan.
c. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.

2.2 Asal Mula Perselisihan Perbatasan antara China dan India

Persengketaan wilayah antara China dan India berawal ketika pemerintah kolonial Inggris menarik garis perbatasan diantara wilayah kedua negara yang dikenal sebagai Garis McMahon.Hal ini menyebabkan daerah Kashmir terbagi. China tidak pernah menerima Garis McMahon yang ditandatangani Inggris dan Tibet dalam Konvensi Shimla pada 1913.
Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa kota Tawang dalam negara bagian Arunachal Pradesh milik India, sebagai bagian dari Wilayah Otonomi Tibet. Namun, China menyatakan sebagian besar wilayah dari Arunachal Pradesh adalah bagian dari wilayah negara komunis tersebut. Selain itu, China juga mengaku menguasai sebagian wilayah Himachal Pradesh, Uttarakhand dan Ladakh yang terletak di Jammu dan Kashmir. Pendapat yang dikeluarkan antara China dan India selalu berlawanan, seperti ketika Pemerintah India menyatakan, bahwa China menguasai 38.000 km persegi dari wilayah teritorialnya. Sementara Pemerintahan China mengklaim negara bagian India, Arunachal Pradesh, menduduki sekitar 90.000 km2 dari wilayah teritorialnya.[vii]
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan perselisihan wilayah antara China dan India adalah poin ke satu pada sub bab 2.1 mengenai Faktor-faktor yang Menyulut Persengketaan Antar Negara, yaitu Ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan.
Konflik yang berlarut-larut ini memuncak pada tahun 1962, dimana perselisihan wilayah perbatasan menyulut perang antara negara bertetangga ini, dimana China mengambil alih beberapa perumahan di kawasan Kashmir dan mengirimkan tentaranya untuk memasuki wilayah India.[viii]
Walaupun perang sudah berakhir, namun perang dingin masih menyelimuti hubungan antara China dan India. Konflik wilayah perbatasan tersebut justru menjadikan dua negara ini bersaing dalam segala hal. Dua negara ini kerap melakukan tindakan ’saling serang’ terselubung dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara pesaing masing-masing negara atau sekedar berkunjung ke wilayah persengketaan. Tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai salah satu upaya ’penyerangan’ diantaranya adalah China memberikan dukungan militer bantuan ekonomi dan investasi pada Pakistan—yang merupakan rival India—dan  Myanmar; perebutan sumber daya alam di Myanmar; sampai pada kunjungan Dalai Lama ke Arunachal Pradeh.

2.3 Usaha-usaha Penyelesaian Konflik Wilayah Perbatasan China dan India

2.3.1 Kunjungan para Elit Politik dan Peningkatan Hubungan Kerjasama
Dalam rangka memperbaiki hubungan diplomatik antara China dan India, para elit politik (perwakilan diplomatik) antara dua negara semakin sering mengadakan kunjungan-kunjungan dan kerjasama.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah pada bulan Januari 2008, Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh tiba di Ibu kota China, Beijing. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemitraan di pentas global. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama PM India ke China dalam lima tahun terakhir. Sejumlah permasalahan, dengan agenda utama yaitu perselisihan wilayah perbatasan, dan masalah lain seperti reformasi PBB, dialog regional, perubahan iklim, keamanan energi, perdagangan internasional, dan kontraterorisme, menjadi topik utama pembahasan kedua negara. Kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk menghapuskan ketidakpercayaan selama beberapa dekade terakhir, atau setelah perang perbatasan pada tahun 1962.
Negoisasi mengenai konflik wilayah perbatasan disebut-sebut mengalami kemajuan pada saat itu. Kesepakatan yang telah diambil saat itu diantaranya adalah China bersedia bekerja sama dengan India untuk mencapai resolusi yang masuk akal dalam kerangka kerja yang dapat diterima kedua pihak.[ix]

2.3.2 Perundingan-Perundingan Bilateral
Proses negoisasi atau lebih dikenal dengan putaran China-India telah dilakukan sebanyak tiga belas kali dalam rangka memecahkan perselisihan perbatasan yang lama ada yang telah memicu konflik antara kedua Macan Asia itu hampir lima dasawarsa lalu.
Pada tahun 2007, yaitu putaran kesembilan berakhir tanpa kemajuan yang berarti. Dalam putaran tersebut, perundingan antara Penasihat Keamanan Nasional India MK Narayanan dan Wakil Menteri Luar Negeri Cina Dai Bingguo berlangsung dalam suasana terbuka dan positif. Kedua wakil khusus tersebut terus melakukan pembicaraan tentang kerangka penyelesaian perbatasan.[x]
China masih tetap pendiriannya bahwa India menempati sekitar 90.000 km persegi wilayah China, sebagian besar di Arunachal Pradesh, dan sebaliknya India menuduh China secara ilegal menduduki 43.180 km persegi wilayah di Jammu dan Kashmir.
Dan putaran yang terbaru adalah putaran ketigabelas, masih dengan topik yang sama, diadakan pada tanggal 7-8 Agustus 2009 di India. Perwakilan diplomatik yang ditunjuk adalah Anggota Dewan Negara Cina Dai Bingguo dan Penasihat Keamanan Nasional India MK Narayanan. Kedua negara bermaksud untuk meningkatkan seluruh hubungan negara guna melihat bagaimana dua negara tersebut dapat memperkokoh lagi perbatasan di antara China dan India.[xi]
Meskipun hasil pasti dari putaran terbaru tersebut tidak diungkapkan rinciannya terhadap publik, masyarakat di dua negara—dan Asia pada umumnya—tentunya berharap masalah konflik wilayah perbatasan tersebut akan segera terselesaikan dengan diadakannya putaran-putaran selanjutnya.

BAB III
PENUTUP

Meskipun masalah tersebut menyangkut hal yang sangat vital dalam sebuah negara, yaitu teritorial sebuah negara, namun dua ’Macan Asia’ ini menyadari bahwa, ketegangan yang jika terus berlanjut antara dua negara  akan menimbulkan dampak yang kurang bagus terhadap perkembangan baik ekonomi dan keamanan di kawasan Asia.
Dan walaupun negosiasi-negosiasi yang telah dilakukan belum menghasilkan keputusan yang pasti mengenai wilayah perbatasan, namun dua negara optimis putaran-putaran selanjutnya akan menghasilkan hasil yang baik bagi kedua pihak.
 Dua negara yang bersengketa ini tentunya tidak ingin membuat negara-negara di Asia terpaksa harus memilih dan memihak diantara dua negara tersebut, maka upaya-upaya resolusi konflik wilayah perbatasan pun akan tetap diusahakan oleh para perwakilan diplomatiknya agar membuahkan hasil yang baik bagi kedua negara, dan keamanan wilayah Asia pada umumnya.


[ii]Syahmin, Ak., S.H., M.H., Hukum Diplomatik; Dalam Kerangka Studi Analisis, Jakarta, Rajawali Pers, PT Rajagrafindo Persada, 2008, hlm., 87.
[iii] Ibid.Hal 88.
[iv] B. Sen., Diplomat’s Handbook of International Law and Practise, Martinus, The Hague, 1965, hlm., 47.
[v] http://pirhot-nababan.blogspot.com/2007/07/tinjauan-umum-penyelesaian-sengketa.html
[vii] http://dunia.vivanews.com/news/read/97260-hubungan_china___india_meregang
[viii] http://www.waena.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1476&Itemid=44
[ix] Kompas, China-India Dorong Aliansi, 14 Januari 2008.

[x] VOA archive, Perundingan Pertikaian Perbatasan Antara India-Cina Berakhir Tanpa Kemajuan, 19 Januari 2007, www.voanews.com

[xi] http://www.defenceforum.in/forum/showthread.php/3915-China-India-to-discuss-border-issue

 

1 komentar:

  1. Makalah ini tidak banyak mengelaborasi permasalahan penyelesaian konflik tapi banyak mengulas tentang latar belakang konflik. BAhkan, pencantuam beberapa kerangka teroi seperti perwakilan diplomatik terasa tidak relevan dengan proses diplomasi yang ingin dijelaskan? Apakah perwakilan diplomatik dijadikan medium dan ditunjuk sebagai aktor untuk bernegosiasi? Bagaimana peta seluruhnya? Sudah di mapping siapa dan apa yang dilakukan dalam diplomasi?
    Wikipedia tidak valid untuk tulisan akadenmis.Apa yg dimaksdu Macan Asia? Apa itu mempengaruhi bentyk dab proses diplomasinya?

    BalasHapus