Rabu, 02 Juni 2010

China-Diplomasi nuklir Iran

China-Penyelesaian Kasus Nuklir Iran Melalui Jalur Diplomasi
Nama : Rr. Ariesta Ayu P.S.
NIM : 209000204
I. Pendahuluan
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang negara China yang mengusahakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan kasus Nuklir Iran dengan mempengaruhi negara lainnya.
Telah diketahui sebelumnya bahwa negara Iran melanjutkan untuk mengembangkan Nuklirnya. Hal ini diketahui oleh negara adikuasa, Amerika Serikat. Setelah mengetahui hal itu, Barat-Amerika Serikat sangat tidak menyetujui hal itu karena takutnya negara Barat-Amerika Serikat apabila Iran mengembangkan senjata, dan akhirnya mengadukannya ke DK PBB.
Tujuan diadukannya negara Iran ke DK PBB adalah agar negara Iran dijatuhi sanksi yang seharusnya membuat Iran menghentikan pengembangan Nuklir tersebut, yaitu sanksi larangan perdagangan negara lain (embargo). Namun, embargo ini tidak berhasil dan Iran sendiri malah sangat berterima kasih diberikan hukuman embargo karena dengan dijatuhkannya embargo itu, justru membuat rakyat Iran terdorong lebih maju. Lagipula, hukuman itu juga tidak akan berjalan maksimal karena masih adanya perusahaan-perusahaan yang dimiliki Amerika Serikat yang masih memiliki kerjasama dan tetap memasukkan investasinya ke negara Iran dan tidak mau melepaskan kerjasama tersebut karena adanya kepentingan yang berbeda bagi setiap perusahaan. Akhirnya Amerika Serikat bersama sekutunya melaporkannya kembali ke DK PBB agar negara Iran dijatuhi sanksi yang lebih berat, yaitu sanksi tiga putaran.
Sampai saat ini, hal tersebut belum berhasil dilakukan oleh Barat-Amerika Serikat karena, negara China yang juga mendapat dukungan dari negara lain, menentang keinginan Amerika Serikat dan sekutunya tersebut.
China menentang penambahan sanksi tersebut dikarenakan negara tersebut juga memiliki alasan, yaitu karena memiliki hubungan kerjasama yang cukup besar yang dimiliki oleh China di negara Iran. Hal ini menyebabkan tumbuhnya keinginan negara ini untuk menyelesaikan kasus Nuklir Iran ini melalui jalur Diplomasi.

II. Kerangka Pemikiran
Yang menjadi dasar dari pembahasan kasus ini adalah, seperti apakah perjuangan negara China dalam mengusahakan penyelesaian kasus ini melalui jalur Diplomasi ?
Apa sebenarnya dasar dari permasalahan Nuklir ini ?
Lalu, apakah sebenarnya jalur terbaik yang seharusnya diambil untuk menyelesaikan kasus ini ?

III. Pembahasan
Pertama, saya akan membahas tentang perjuangan Negara China dalam penyelesaian kasus ini melalui jalur Diplomasi.
China
Perundingan merupakan jalan terbaik untuk memecahkan masalah nuklir Iran, demikian dikatakan juru bicara Menteri Luar Negeri China, Qin Gang. Qin juga menekankan semua pihak untuk mengintensifkan upaya diplomatik dalam mencari sebuah solusi. "China membela resolusi untuk masalah nuklir Iran melalui dialog dan negosiasi," pungkasnya.
Perwakilan China pada PBB Zhang Yesui menyatakan, jika saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberikan sanksi baru kepada Iran, atas pengerjaan program energi nuklir. Zhang mendesak untuk lebih mengutamakan proses diplomasi daripada langsung menjatuhkan sanksi baru bagi Iran. Menurutnya juga, sanksi bukanlah solusi yang baik untuk mengatasi masalah program nuklir Iran. Diplomat Negeri Macan Asia tersebut juga menekankan bahwa upaya diplomasi yang tengah dijalankan saat ini membutuhkan waktu dan kesabaran yang lebih.
Hal ini juga sesuai dengan apa yang telah diutarakan oleh Menlu China Yang Jiechi, yang menilai, jika diplomasi merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran. Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Jiang Yu mengatakan, jika negaranya lebih mengutamakan negosiasi untuk mengatasi isu nuklir Iran. "China meyakini dialog dan negosiasi adalah jalan terbaik. China juga mengharapkan semua pihak untuk bersikap lebih fleksibel dan mengusung kebijakan diplomasi yang berujung dengan damai," ucap Jiang yu.
Menurut Cina, memberi waktu untuk berdiplomasi jauh lebih baik ketimbang memberikan sanksi baru terhadap Teheran, seperti yang digagas Amerika dan negara-negara Eropa. Rusia belakangan juga memberi sinyal setuju memberikan sanksi. ”Kami percaya masih ada ruang untuk upaya-upaya diplomatik dan pihak-pihak yang peduli harus meningkatkan upaya-upaya tersebut,” kata Qin Gang, juru bicara Menteri Luar Negeri Cina. ”Kami menyerukan resolusi isu nuklir Iran melalui jalur diplomatik,” katanya.
Masih bukan waktunya untuk membicarakan sanksi terhadap Iran, sementara pintu diplomasi masih terbuka untuk menemukan kompromi mengenai program nuklirnya, kata Duta Besar China untuk Kantor PBB di Jenewa, Yafei. "Saya kira pintu kompromi melalui perundingan, pintu diplomasi, tidak tertutup," kata Yafei kepada wartawan. "Kita perlu berbuat sebaik mungkin, untuk menggunakan setiap peluang sebelum kita memutuskan apakah kita mesti memiliki tindakan sanksi tambahan," katanya. Duta Besar China itu mengatakan Iran, sebagai anggota Kesepakatan Anti-Penyebaran Nuklir (NPT), berhak atas penggunaan damai energi nuklir, tapi negeri tersebut "tak boleh mengembangkan kemampuan apa pun yang dapat menghasilkan senjata nuklir". "Kita tentu saja tak ingin melihat Iran dengan kemampuan senjata nuklir . China sangat mendukung penjagaan keamanan dan diperkuatnya rezim anti penyebaran nuklir," katanya. Menurut Duta Besar itu, jalan ke luar bagi masalah nuklir Iran ialah mengadakan dialog dan melakukan perundingan dengan negeri tersebut.
Eropa-Prancis
Sengketa atas kegiatan nuklir Iran sebaiknya diselesaikan lewat diplomasi, kata Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dalam wawancara yang diterbitkan Selasa oleh koran Prancis "Le Figaro". "Kami menilai bahwa urusan ini harus dipecahkan lewat upaya diplomatik," kata Erdogan. Walaupun beberapa negara berbicara dengan istilah hukuman, ia menyatakan cara itu tidak akan membawa hasil. Hukuman sudah diputuskan melalui dua kali pemungutan suara, tapi yang memutuskan untuk menerapkannya juga adalah yang pertama melanggarnya, katanya. Beijing tidak menanggapi langsung apakah mendukung larangan lanjutan terhadap Iran, namun diplomat menurunkan ungkapan pada awal tahun ini bahwa hukuman tersebut tidak menawarkan penyelesaian mendasar.
Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi menyeru sikap lebih luwes dalam perundingan dengan Jalili, kata kantor berita Cina Xinhua. Beijing, seperti juga Moskwa, enggan mendukung tiga putaran hukuman Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya terhadap Teheran untuk menghentikan pengayaan uranium seperti yang dituntut lima resolusi Dewan Keamanan badan dunia tersebut.

Dari pernyataan diatas, dapat dilihat bahwa China sangat mengusahakan pintu diplomasi bagi kasus Iran ini. Sedikitnya, tidak dapat diragukan keinginan China untuk berdiplomasi akan membuahkan hasil. Amerika Serikat juga sempat menanggapi bahwa pintu Diplomasi memang mungkin saja masih terbuka, namun, Amerika Serikat juga menyatakan bahwa Iran bisa saja mendapatkan sanksi baru bila desakan dunia untuk Iran menutup program nuklir mereka tidak digubris.
Lain dari pernyataan yang diucapkan oleh Presiden Rusia Dimitry Dvedev, ia mengatakan bahwa ia membuka ide terhadap kemungkinan sanksi terhadap Iran. Namun menurutnya, “sanksi itu harus cerdas dan terukur”.
Upaya China yang sangat besar terhadap kasus Iran ini, sedikit demi sedikit sudah mulai dapat mempengaruhi Negara lain untuk ikut berpikir bahwa Diplomasi adalah jalan utama yang terbaik. Selain China, negara anggota tidak tetap di DK PBB seperti Indonesia dan Afrika Selatan juga memikirkan solusi terbaik selain memberi Iran sanksi yang lebih berat. Presiden Indonesia pun selalu berkomunikasi dengan pihak Afrika Selatan untuk memberi pandangan penyelesaian masalah nuklir Iran, hingga timbul kesepakatan antara dua negara anggota tidak tetap tersebut bahwa sekecil apapun kesempatan yang ada, tetapi upaya perundingan dan diplomasi jauh lebih baik dibandingkan memberikan sanksi kepada Iran, apalagi kondisi di Timur Tengah yang saat ini sangat rawan, tegang, dan mudah terbakar. Presiden Indonesia juga sampai melakukan komunikasi dengan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, untuk menyampaikan niat dan tekad Indonesia untuk berperan konstruktif dalam mencari jalan keluar terkait pengembangan nuklir Iran. negara Turki pun juga menolak desakan Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran karena Menlu Turki, Ahmet Davutoglu menyatakan kesiapannya untuk menjadi mediator dalam masalah proyek uranium Iran.
Hukuman demi hukuman yang terus akan diberikan kepada Iran hanya akan membuat Iran lebih membangkang karena tidak adanya itikad baik dari Dewan Keamanan. Hal ini setara dengan yang telah dikatakan oleh Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad pada awal Maret yang menyatakan tekanan dunia tentang hukuman baru bagi Iran malah akan membuat Republik Islam itu lebih nekad daripada sebelumnya untuk mewujudkan kegiatan nuklirnya. Ahmadinejad juga menekankan kembali pandangannya bahwa timpalannya dari Amerika Serikat, Barack Obama, tidak berhasil dalam mewujudkan perubahan "nyata", yang dijanjikannya. "Makin mereka menunjukkan kebencian terhadap kami, makin nekad Iran akan bergerak maju," katanya.
Menurut saya, seharusnya pernyataan dari Presiden Iran tersebut juga harus dipikirkan dengan tidak menganggap enteng atau hanya sekedar angin lewat saja, karena ini adalah masalah yang serius. Yang saya lihat dari permasalahan ini juga adalah bahwa ucapan dari Negara Iran seolah-olah diacuhkan karena menganggap bahwa Negara Iran hanya “sendirian”. Hal inilah salah satu hal yang hanya membawa dampak buruk bagi perkembangan penyelesaian kasus nuklir ini.
Dalam hal ini juga sedikitnya saya melihat bahwa sepertinya Amerika Serikat bersama Sekutunya sama sekali tidak menginginkan jalur Diplomasi berjalan dengan baik, padahal, apabila Amerika Serikat turut mendukung rencana China untuk berdiplomasi, permasalahan ini akan cepat dapat diselesaikan. Lagipula, untuk memaksakan sanksi tiga putaran yang diminta, sangatlah tidak pantas, karna, Negara yang juga meminta sanksi tersebut untuk dilakukan, masih mengelola produk mereka untuk masuk ke Iran.
China memiliki andil yang cukup besar dalam membantu Iran menemukan jalur Diplomasinya.

Kedua, tentang dasar permasalahan ini. Pertama, sebenarnya besarnya permasalahan ini disebabkan oleh Negara Amerika Serikat yang takut akan Iran memiliki tenaga Nuklir ini. Memang memilik tenaga Nuklir itu tidak diperbolehkan, tetapi apabila ternyata benar bahwa Negara Iran mengembangkan Nuklirnya hanya untuk tujuan damai, tidak ada salahnya juga. Masalah nomor satunya juga dikarenakan tidak adanya unsur kepercayaan terhadap Negara Iran dan hanya menganggap Iran melakukan kejahatan dengan mengembangkan senjatanya.
Yang kedua, bagi negara-negara Barat, melucuti stok uranium Iran merupakan tujuan yang paling utama. Mereka khawatir Iran berambisi melakukan pengayaan uranium diluar batas sehingga berpotensi dijadikan senjata pemusnah, walaupun Teheran menolak tuduhan itu.
Sebenarnya Iran juga memiliki kesalahan, yaitu penolakan yang dilakukan Iran untuk dilakukannya penelitian terhadap Nuklir di Teheran jadi membuat makin menguatnya penuduhan masalah Nuklir ini.

Ketiga, tentang jalur terbaik yang seharusnya diambil untuk menyelesaikan permasalahan Nuklir Iran ini. Sebagian negara yang tidak memusuhi Iran, menginginkan agar penyelesaian ini melalui jalur Diplomasi. Saya juga setuju dengan pernyataan tersebut karena segala permasalahan memang seharusnya diselesaikan dulu secara baik-baik, jangan langsung mengambil tindakan yang bodoh yaitu dengan tidak memikirkan untuk negara lain serta resiko yang akan ditanggung. Apabila negara lain tetap kurang setuju karena merasa perlu adanya sanksi, tetap bisa dibicarakan dengan baik. Misalnya, berdiplomasi dan menyetujui adanya sedikit sanksi hanya untuk formalitas karena negara tersebut melakukan kesalahan.
Memang kesalahan berada pada pihak Iran. Pertama, negara tersebut membangun nuklir secara rahasia, kedua, Iran tidak transparan. Hal ini lah yang membuat Iran di takuti oleh Barat-Amerika Serikat. Seharusnya untuk mengurango keterangan masala nuklir itu dimulai dengan melakukan kerjasama dengan badan atom dunia atau IAEA dan berunding dengan pihak-pihak lain sehingga masalah nuklir Iran bisa selesai secara damai, lalu, Iran seharusnya juga lebih transparan dalam program nuklirnya dan pengembangan itu juga harus memenuhi standard badan tenaga atom internasional ( IAEA ).
Mengembangkan energi nuklir memang hak dasar bagi setiap negara namun penolakan Iran untuk bekerja sama dalam upaya menentukan apakah program nuklirnya semata untuk pembangkit listrik atau untuk membuat senjata nuklir adalah salah. Walaupun China dan beberapa negara lain mengusahakan untuk berdiplomasi, tetap harus ada kesadaran untuk negara Iran dalam menghargainya.
Untuk negara Barat sendiri, Turki sedang mengupayakan secara maksimal untuk melihat apa yang bisa dilakukan terhadap pemusnahan nuklir di bumi ini. Davotoglu menyebutkan rancangan IAEA bulan Oktober dimana negara Barat akan memberikan kompensasi energi kepada Teheran jika Iran mengirimkan stok uraniumnya ke luar negri
Walaupun secara perlahan, namun Barat memang harus menghadapi fakta bahwa Iran saat ini telah menjadi negara Nuklir. Adapun kebijakan terbaru dari Washington DC terhadap Teheran dinilai oleh diplomat Iran hanya termasuk usahanya untuk mengompori Iranfobia dan meningkatkan pemberlakuan sanksi terhadap negara tersebut tidak akan memiliki manfaat bagi Amerika Serikat.
“negara islam Iran sedang melaju ke depan, memperkuat perdamaian dikawasan itu dan di fora internasional” kata Zohreh-Vand.

Untuk negara Iran, apabila permasalahan bisa diselesaikan secara damai, maka negara Iran akan lebih maju, karena negara-negara yang mengharapkan jalur Diplomasi akan membangun kerjasama yang lebih baik kepada Iran. Kesempatan yang baik ini tetap saja akan terjadi hanya bila jalan perdamaian tercapai.
IV. Kesimpulan
Penyelesaian kasus nuklir Iran yang sedang diusahakan oleh China sudah mendekati hasil yang baik, apalagi dengan dukungan dari negara sekitar seperti Turki, Indonesia, Afrika Selatan.
Harapan dari proses diplomasi ini adalah berjalannya diplomasi dengan baik. Adanya permasalahan nuklir ini seharusnya tidak membuat negara lain menghindari Iran, tetapi malah merangkul Iran agar Iran dapat menjadi negara yang lebih baik. Walaupun diplomasi akan tetap membuat Iran terkena sanksi tapi sanksi itu tentunya adalah sanksi yang cerdas dan terukur.
Iran memang harus bekerjasama dengan badan atom Internasional apabila Iran ingin terus mengembangkan program nuklirnya. Dengan adanya proyek yang transparan akan menguntungkan pihak manapun dan Iran akan benar-benar bisa menjadi negara nuklir, pengiriman stok ke luar negri pun mungkin bisa tercapai.
Dengan adanya kerjasama, transparansi, dan penyelesaian secara damai, tentu saja akan membuat tidak ada lagi pihak tersakiti, egosentrisme harus dijauhkan dari permasalahan ini karena kita juga tidak bisa lupa bahwa Iran sendiri memiliki sumberdaya yang sangat baik, mengingat banyaknya investasi dari Amerika Serikat terhadap Iran.
Kita juga harus mengingat bahwa kasus ini bukan hanya antar negara anggota DK PBB, tetapi juga akan berdampak kepada seluruh dunia, maka dari itu keseriusan sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah ini.

Sumber :
http://news.antara.co.id/berita/1270567401/erdogan-diplomasi-harus-selesaikan-masalah-nuklir-iran
http://www.tempointeraktif.com/hg/asia/2010/03/03/brk,20100303-229789,id.html
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=70650:china-diplomasi-cara-terbaik-selesaikan-nuklir-iran&catid=16&Itemid=29
http://bataviase.co.id/node/117300
http://vibizdaily.com/detail/internasional/2010/03/18/china_pintu_diplomasi_masih_terbuka_soal_program_nuklir_iranhttp://international.okezone.com/read/2010/01/06/18/291446/18/china-tolak-sanksi-untuk-iran

kompas.com 1des2009
okezone.com Kamis, 01 April 2010

1 komentar:

  1. Tidak ada referensi buku? Interesting article, tapi akan lebih baik jika menggunakan kalimat yang tidak popular dan lebih akademis.
    Good job!

    BalasHapus