Disusun oleh : Rendy. W
NIM : 209000193
BAB 1 : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Diplomasi adalah seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan dengan wakil-wakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan. Diplomasi merupakan salah satu instrumen politik luar negri terpenting yang diupayakan demi mencapai kepentingan nasional suatu negara. Dalam konteks perkembangan sejarahnya, definisi diplomasi terus meluas, diplomasi tidak lagi hanya berarti suatu negosiasi yang terjadi di atas meja yang dilakukan secara formal diantara dua wakil negara, perkembangan fenomena dalam hubungan internasional memicu munculnya aktor-aktor lain yang mempengaruhi dinamika hubungan internasional sehingga diplomasi tidak hanya dilakukan oleh aktor negara saa melainkan juga oleh aktor-aktor trans-nasional lainnya.
Pada makalah ini, penulis akan membahas diplomasi Amerika Serikat sebagai negara pemegang hegemoni terkuat dan upaya-upaya mereka dalam memperluas dan mempertahankan hagemoni mereka di kancah hubungan internasional.
Perebutan kekuatan yang terpusat pada dua kutub (bipolar) pernah terjadi pada era perang dingin yang terjadi antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kompetisi perebutan kekuasaan tersebut kemudian dimenangkan oleh Amerika Serikat yang ditandai dengan runtuhnya kedaulatan Uni Soviet sebagai suatu entitas negara-bangsa. Sejak saat itulah Amerika Serikat berdiri sebagai negara dengan pemegang hegemoni terkuat, dan sampai saat ini belum ada satu pesaing sebagai pengganti Uni Soviet sebagai pemegang hegemoni yang berpengaruh kuat.
Bukanlah hal yang mudah tentunya bagi Amerika Serikat untuk bisa terus mempertahankan hagemoninya, tentunya diperlakukan strategi serta tata cara yang dikelola dengan baik untuk bisa terus berdiri sebagai negara dengan hegemoni yang kuat dan bisa terus mempertahankan pengaruhnya di kancah global.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana strategi Amerika Serikat dalam memperluas hagemoni dan pengaruh mereka ke kancah internasional?
Soft diplomacy apa yang diterapkan oleh Amerika Serikat?
Hard diplomacy apa yang diterapkan oleh Amerika Serikat?
1.3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka permikiran makalah ini ditulis berdasarkan teori politik luar negri yang dilaksanakan demi mencapai suatu kepentingan nasional suatu negara. Berdasarkan teori K.J Holsti, tujuan nasional dibagi ke dalam tiga tujuan: jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan dasar nasional yang digunakan untuk menganalisa kasus pada makalah ini yaitu menggunakan tujuan jangka menengah untuk menganalisa kasus strategi Soft Diplomacy, dan melihat hard diplomacy Amerika berdasarkan tujuan jangka panjang.
Pada makalah ini, analisa ditulis berdasarkan pada dua masa yang berbeda yakni pada era pemerintahan Bush dan pada masa pemerintahan Obama dalam menganalisa hard dan soft diplomasi Amerika. Sudut pandang yang digunakan dalam menganalisa kasus diplomasi Amerika di bawah kepemimpinan Bush dilihat berdasarkan ideologi realis yang lebih cenderung mengedepankan hard power.
Defini power menurut Morgenthau, seorang pemikir realis ialah, dimana kepentingan nasional berarti usaha suatu negara untuk mengejar power, karena power adalah kunci suatu negara untuk mengontrol negara lain. Oleh karena itu strategi diplomasi harus dimotivasi oleh kepentingan nasional bukan oleh kriteria moralistik, legalistik. Oleh sebab itu keputusan yang diambil harus realistik, bukan moralistik-legalistik. Morgenthau berpendapat bahwa kepentingan nasional adalah segala-galanya dan di atas kepentingan nasional.1
Pada bab pembahasan kita akan menganaslisa lebih lanjut mengenai strategi yang diterapkan oleh Amerika Serikat pada dua masa yang berbeda, yakni pada kepemimpinan Bush dan Obama, dalam menggunakan diplomasinya demi mencapai kepentingan nasional dan meluaskan pengaruh dan hegemoni mereka di kancah global.
BAB II PEMBAHASAN
Strategi Diplomasi Amerika Serikat
Kekuatan Hegemoni yang didapatkan Amerika serikat paska kemenangan mereka dalam perang dingin sangat penting untuk dipertahankan demi melancarkan kepentingan nasionalnya dalma kurun jangka panjang. Hegemoni dirasa juga merupakan hal yang penting abgi negara adikuasa seperti Amerika Serikat, mengingat visi dan misi Amerika Serikat sebagai negara unipolar yang memegang kekuasaan penuh dan terpusat di dunia internasional. Pengertian dari hagemoni itu sendiri bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense) (http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony).
Strategi Amerika Serikat dalam memperluas kekuatan hagemoninya tentunya tidak cukup melalui diplomasi formal yang dilakukan dua wakil negara dalam satu meja. Tentunya diperlukan suatu strategi yang tertata dengan baik dan dengan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk memperluas pengaruh mereka ke kancah global. Hard dan soft diplomacy merupakan salah satu strategi yang diterapkan dalam mencapai kepentingan nasional mereka dalam memperluas hagemoni mereka.
Soft diplomacy Amerika Serikat
1.2.1 Soft Diplomacy melalui Media Entertainment
Soft diplomacy merupakan salah satu strategi Amerika Serikat untuk bisa memperluas pengaruh mereka ke negara-negara lain. Entertainment, merupakan salah satu cara mereka menyebar luaskan pengaruh budaya dan cara pikir Amerika Serikat yang dilakukan untuk mencapai kepentingan nasional mereka. Media massa merupakan salah satu media kuat yang ampuh dalam mengubah cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Dalam kasus ini, media entertainment adalah merupakan alat yang digunakan Amerika Serikat dalam melancarkan hegemoninya ke negara-negara lain. Kehadiran media-media asal Amerika yang dikenal luas, di sleuruh dunia seperti: CNN, Holywood, MTV dimanfaatkan sebagai momentum yang tepat sebagai media diplomasi Amerika Serikat yang secara tersembunyi dan perlahan menggeser nilai-nilai budaya setempat dengan budaya Barat (Westernisasi). Media-media tersebut digunakan sebagai alat diplomasi Amerika guna mencapai kepentingan nasional mereka di berbagai bidang , ternasuk ekonomi. Pengaruh media entertainment sangat ampuh dalam mengubah cara pandang seseorang (propaganda) untuk kemudian mempengaruhi dan mengontrol pikiran suatu kelompok masyarakat.
MTV (Music Television) merupakan salah satu contoh media entertainment yang memilik pengaruh kuat di dunia global, terbukti dengan kehadiran MTV di hampir setiap negara baik di Asia, Eropa ataupun Afrika yang telah mampu mengakar kuat sebagai media entertainment musik yang paling dikenal di dunia internasional. MTV dibentuk sebagai sebuah media entertainment pertelevisian yang berspesialisasi di bidang musik, dan anak muda sebagai target mereka. Media tersebut terbukti mampu menggeser nilai-nilai serta norma budaya yang ada di negara lain dengan memperkenalkan budaya barat yang secara perlahan masuk dan kemudian mengakar kuat sebagai budaya baru di negara tersebut.
MTV terbukti telah berpengaruh besar terhadap perkembangan life style masyarakat yang cenderung berkiblat ke negara barat dimana media tersebut berasal. MTV sangat identik dengan kehidupan remaja yang bergaya hip-hop dan RnB serta gaya hidup, mulai dari cara tutur kata hingga cara berpakaian. Kesuksesan dari mengakarnya budaya yang ditanamkan MTV ke suatu kelompok masyarakat kemudian akan berpengaruh terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat di berbagai bidang dan hal, seperti pencitraan dan ekonomi. Kesuksesan mengakar budaya MTV dalam mengubah cara pandang suatu masyarakat, kemudian diikuti oleh masuknya Multi National Corporations (MNCs) ataupun Trans National Corporations (TNCs) asal Amerika Serikat ke dalam negara tersebut. Masuknya MNC dan TNC tersebut kemudian akan memudahkan Amerika Serikat dalam melancarkan misi hegemoni mereka dalam menguasai pasar di negara tersebut. Lihat saja dengan menjamurnya kehadiran restoran cepat saji di banyak negara-negara seperti: Starbucks, KFC, McDonald, Burger King; serta kehadiran brand-brand baju ternama asal Amerika seperti: Rip Curl, Billaboong, dll. Kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai bukti kesuksesan media-media Entertainment Amerika Serikat seperti MTV dalam menggeser nilai-nilai budaya kelompok masyarakat setempat dan mengontrol pikiran mereka untuk kemudian mengikuti segala perkembangan gaya hidup serta budaya di Amerika Serikat.
1.2.2 Soft Diplomacy Amerika melalui Diplomasi Publik
Sikap Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Amerika Serikat, Presiden George .W. Bush yang mengedepankan sisi realis Amerika serta penggunaan hard power mereka dalam melancarkan setiap kepentingan nasional dan dalam menjalankan diplomasinya mengakibatkan citra Amerika Serikat yang memburuk dan terkenal agresif di mata masyarakat internasional. Serangan-serangan illegal, invasi, serta penyiksaan tersangka pelaku terorisme di penjara Guantanamo Bay mendapatkan kecaman keras dari masyarakat internasional. Sikap Amerika di bawah kepemimpinan Bush menunjukkan sentimen tinggi Amerika terhadap negara Muslim yang menaikkan ketegangan hubungan Amerika dengan negara-negara khususnya di kawasan Timur-Tengah.
Paska pergantian kepemimpinan, Presiden Barrack Hussein Obama yang melanjutkan kepemimpinan Bush berusaha untuk mengembalikan citra Amerika yang sudah terlanjur jatuh. Soft Diplomacy merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan upaya untuk memperbaiki citra AS pada masyarakat internasional. Bentuk sof diplomacy yang dilakukan Amerika pada kali ini ialah dalam bentuk diplomasi publik. Diplomasi publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences2. Diplomasi publik muncul karena wujud pemerintah dalam melakukan diplomasi yang dianggap tidak cukup, karena kehadiran aktor-aktor selain aktor negara yang juga punya andil besar dalam hubungan internasional. Untuk itu keterlibatan publik, baik dalam pemerintah-publik ataupun publik-publik, dianggap perlu untuk memperlancar pergerakan menuju perwujudan kepentingan nasional suatu negara. Diplomasi publik merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai upaya Amerika Serikat dalam membantu mewujudkan kepentingan nasional mereka dalam memperbaiki citra mereka.
Upaya-upaya yang telah dilakukan Obama sejauh ini antara lain adalah dengan melakukan kunjungan-kunjungan serta melakukan orasi-orasi khususnya ke negara-negara Muslim ataupun negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang memiliki rasa sentimentil tinggi terhadap Amerika akibat agresi militer yang dilakukan oleh presiden Amerika sebelumnya ke Iraq dan Afghanistan.
Salah satu contoh kasus yang dianggap sebagai salah satu diplomasi publik yang sukses diwujudkan oleh Amerika Serikat ialah pada saat kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia pada tahun 2009. Kemunculan Hillary Clinton sebagai Mentri Luar Negri AS di Dahsyat, sebuah program acara bergenre musik yang saat itu sedang populer dan tergolong lebih merakyat dibandingkan dengan program musik seperti MTV, merupakan sebuah strategi unik yang dilakukan. Kemunculan seorang Mentri Luar Negri dari sebuah negara super power di sebuah program sekelas dahsyat tampak kurang lazim untuk program yang tergolong merakyat tersebut. Namun upaya tersebut merupakan sebuah strategi yang dilancarkan untuk dapat melakukan kontak langsung dengan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menampilkan citra Amerika yang bersahabat dan bagaimana mereka sama sekali tidak khawatir terhadap ancaman terorisme yang kerap menghantui wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Kunjungan tersebut juga dilakukan untuk mendiplomasikan paham demokrasi di kalangan masyarakat Indonesia yang pada saat itu akan segera menghadapi pemilu kepresidenan.
Hard diplomacy Amerika
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan George .W. Bush, cenderung mengedapankan hard power mereka dalam berdiplomasi. Kekuatan militer dijadikan instrumen politik luar negri utama mereka untuk mencegah peristiwa 9/11 terjadi kembali. Amerika Serikat menerapkan kebijakan serangan pre-emptive dan preventive sebagai upaya dalam penanggulangan peristiwa 9/11. pre-emptive berarti melakukan aksi militer terhadap suatu negara yang akan segera melakukan serangan, Sedangkan preventive berarti melakukan tindakan perang terhadap suatu negara, yang pada suatu titik di masa depan nanti, menjadi suatu ancaman.3 Kebijakan pre-emptive yang pernah diterapkan di Amerika sebelumnya dikenal sukses untuk menghindari serangan musuh pada beberapa kasus dalam sejarah peperangan Amerika.
Pada masa kepemimpinan Bush, serangan pre-emptive dilakukan kepada Afghanistan yang dianggap bertanggung jawab sebagai tempat bersarangnya Al-Qaeda yang dituduh sebagai pelaku utama aksi teror pada peristiwa 9/11. Serangan ini sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari mayoritas rakyat Amerika yang ditempuh melalui upaya diplomasi publik dari pemerintah kepada publiknya. Serangan tersebut dilakukan karena jalan diplomasu antara kedua pemerintah dianggap sudah tidak efektif dan invasi dianggap sebagai jalur diplomasi terakhir yang dipilih. Dalam invasi ini Amerika tidak sendirian, melainkan “ditemani” oleh tentara NATO, sebuah pakta pertahanan yang berkomitmen bahwa satu serangan adalah serangan kepada semua.
Kebijakan serangan preventive merupakan upaya hard diplomacy jangka panjang yang dilakukan karena perasaan insecure yang dirasakan Amerika karena merasa terancam akan keberadaan teroris-teroris yang menganggap keberadaan Amerika Serikat sebagai suatu kekuatan yang mengancam dunia global. Perwujudan nyata dari kebijakan serangan preventive yang ditempuh Amerika dilakukan melalui upaya invasi mereka yang ke-dua setelah Afghanistan ke Iraq. Upaya invasi Amerika kali ini adalah sebuah serangan yang melanggar jus in bello, dimana serangan tersebut dianggap sebagai serangan yang illegal dan tidak terjustifikasi. Serangan kali ini dilancarkan dengan alasan bahwa Iraq merupakan ancaman besar bagi keberlangsungan Amerika Serikat di kancah global karena keberadaan pemimpin diktatorian mereka Saddam Hussein yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dengan Al-Qaeda. Pada awalnya Amerika menganggap bahwa serangan mereka kali ini akan berjalan dengan lancar mengingat beberapa poin alasan kuat yang mereka miliki untuk melakukan invasi, antara lain:
Pemerintahan Saddam Hussein yang tidak demokratis atau otoriter
Pelanggaran HAM berat yang dilakukan pemimpin diktatorian Iraq, Saddam Hussein
Sikap Saddam Hussein yang cenderung mendukung serangan terorisme di AS anggapan bahwa Iraq menyimpan WMD (Weapon of Mass Destruction) atau senjata pemusnah massal.
Hal yang berlawanan justru terjadi dari ekspetasi dari AS untuk mendapatkan dukungan, kecaman demi kecaman dari masyarakat internasional justru berdatangan, PBB sebagai badan kepemerintahan internasional tidak menyetujui upaya serangan AS tersebut, NATO menolak untuk membantu AS dalam melakukan serangan yang ke-dua kalinya tersebut, serta dukungan masyarakat AS sendiri yang tidak mendukung penuh atas upaya invasinya kali ini. Krisis ekonomi yang terjadi paska kepemimpinan Bush-pun, disebut-sebut menjadi tanggung jawab Bush atas kebijakan-kebijakan hard diplomacy-nya. Kebijakan Amerika kali ini dianggap sebagai sebuah kebijakan dari sebuah kekuatan besar yang tidak disertai dengan tanggung jawab yang besar.
Di lain sisi, upaya serangan invasi Amerika Serikat ke negara-negara di Timur tengah bisa dinilai sebagai upaya lain mereka dalam memperluas kekuatan dan pengaruh hegemoni mereka di kawasan Timur Tengah. Timur-Tengah yang dulunya bukan merupakan kawasan penting yang dilirik oleh negara-negara barat, kemudian dianggap mempunyai potensi besar sebagai ancaman bagi mereka. Invasi dirasa sebagai salah satu cara yang paling efektif guna memperluas pengaruh mereka ke kawasan tersebut.
BAB III: KESIMPULAN
Diplomasi dilakukan demi mencapai kepentingan nasional suatu negara dan sebagai tindakan sebagai upaya yang diutamakan untuk mencegah terjadinya perang. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Bush cenderung menggunakan hard powernya sebagai jalan terakhir diplomasi mereka demi mencapai kepentingan nasional mereka, yakni peace and security. Kedamaian dan keamanan Amerika mulai mengalami krisis ketika sebuah serangan pada 9 September tiba-tiba terjadi dan meninggalkan trauma yang mendalam bagi masyarakat dan pemerintah Amerika. Kebijakan pre-emptive dan preventive strike dianggap sebagai jalur diplomasi terakhir yang paling efektif bagi Amerika sebagai upaya pencegahan terhadap negara-negara yang menyimpan ancaman bagi Amerika Serikat. Namun upaya invasi mereka ke Iraq yang dilakukan sebagai perwujudan kebijakan preventive strike ternyata tidak berlangsung semulus ekspetasi mereka. Paska serangan dan kepemimpinan Bush di Amerika, citra Amerika justru menjadi rusak dan dikenal sebagai negara agresi yang anti-Islam. Rasa sentimentil serta rusaknya hubungan diplomatik terjadi diantara negara-negara Islam. Amerika di bawah kepemimpinan Obama, menanggung beban berat paska invasi mereka ke Iraq. Obama kemudian memperkenalkan konsep smart diplomacy yang menggabungkan dua elemen antara soft dan hard diplomacy. Obama mencoba untuk merubah kembali citra Amerika dengan melakukan soft diplomacy dalam bentuk kunjungan-kunjungan serta kontak langsung dengan lapisan masyarakat, terutama negara-negara yang mayoritas Muslim yang mempunyai pengaruh Islam yang kuat di negara tersebut. Diplomasi publik yang dilakukan oleh Hillary Clinton adalah salah satu bentuk strategi Amerika dalam berdiplomasi guna mendapatkan kembali citra baik mereka di kancah internasional.
Upaya hegemoni Amerika yang didapat paska kemenangan mereka dalam perang dingin terus dipertahankan, dan tentunya dengan upaya serta strategi-strategi diplomasi mereka yang ditempuh dengan berbagai cara. Soft diplomacy AS melalui media entertainment adalah salah satu strategi yang digunakan guna memperkenalkan budaya mereka untuk kemudian mengontrol dan mempengaruhi nilai-nilai budaya yang ada di negara lain, dengan kemudian memudahkan masuknya perusahaan-perusahaan asing milik Amerika di negara yang sudah kuat pengaruhnya. Strategi-strategi yang ditempuh Amerika tersebut jelas dilakukan guna mencapai visi dan misi mereka untuk menjadi sebuah negara unipolar yang memegang penuh kekuasaan di kancah global.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Hastedt, Glenn P, America foreign policy: thirteenth edition, 2007/2008
JURNAL:
Ayu, Rindu, S.IP,M.SI, Modul Politik Luar Negri: Prodi HI FISIP UAI.
INTERNET:
http://lacapitale.wordpress.com/2009/02/21/hillary-clinton-dan-dahsyat-diplomasi-publik-yang-menawan/, diakses pada 1 Juni 2010
1Rindu Ayu, modul polugri PRODI HI FISIP UAI, hal. 18
2http://lacapitale.wordpress.com/2008/04/19/diplomasi-publik/
3Hastedt, Glenn P, American Foreign Policy, hal.2
Interesting article. HIndari penggunaan wikipedai untuk sumber referensi tulisan akademis. Akan lebih baik jika dalam tulisan ini disinggung pula apa yang dimaksud dengan hegemoni? Bagaimana bentuknya? Mana yang dipertahankan? Mana yang dikerkuat? Apa dan bagaimana menunjukkan bahwa penggunaan soft atau hard power itu dalam konteks mempertahankan atau memperkuat?
BalasHapusthanks for your feed up mba, untuk definisi dari hegemoni itu sendiri sudah dicantumkan pada bab pembahasan paragraf pertama. ill improve on my next assignment
BalasHapus