Rabu, 02 Juni 2010

PENGGUNAAN ENERGY WEAPON RUSIA TERHADAP UKRAINA

PENGGUNAAN ENERGY WEAPON RUSIA TERHADAP UKRAINA
Nama: Reny Rifelina
NIM: 209000312
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejarah Rusia 

Rusia merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur benua Eropa dan dulu bernama Uni Soviet. Pada tahun 1991, Uni Soviet yang saat itu beraliran komunis runtuh dan berganti nama. Sebanyak sebelas negara bagian Soviet memerdekakan diri dari Soviet, yang merupakan tanda runtuhnya kejayaan Soviet yang berlangsung selama puluhan tahun. Salah satunya adalah Ukraina, negara yang saat ini banyak melakukan kerjasama ekonomi dengan Soviet. 
Setelah berganti nama menjadi Rusia, negara tersebut menjadi negara yang tidak diperhitungkan dan diabaikan oleh negara-negara di dunia terutama barat. Baik dari sisi militer dan ekonomi, Rusia mengalami kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan yang mereka alami setelah hancurnya Soviet. Setelah Soviet berganti nama menjadi Rusia, Boris Yeltsin terpilih menjadi presiden Rusia melalui pemilihan langsung. Ia langsung memutuskan untuk melakukan reformasi ekonomi dari sistem terencana menuju mekanisme pasar yang merupakan saran dari International Monetery Fund (IMF) dan Amerika Serikat (AS).[1]
Privatisasi aset-aset negara yang dibeli oleh warga Rusia maupun warga asing merupakan program utama dari mekanisme pasar tersebut. Privatisasi aset-aset negara membuat Rusia mengalami kehancuran ekonomi, kemiskinan semakin meluas dan inflasi besar-besaran tetapi ada pihak yang merasakan keuntungan dari kesengsaraan warga Rusia yaitu para pemilik perusahaan (dikuasai para penguasa) ditambah maraknya pelanggaran hukum yang dilakukan para elit politik dan korupsi yang semakin membuat perekonomian Rusia kolaps. Rusia yang kaya akan gas alam, batu bara, minyak dan hutan, masyarakatnya hidup dalam kesengsaraan akibat oligarki yang dilakukan penguasa bisnis Rusia. Warga sipil sampai aparat keamanan dan militer melakukan aksi protes besar-besaran terhadap pemerintahan, mereka menghancurkan gedung parlemen dengan menggunakan tank dan artileri.[2]


Pada 31 Desember 1999, Boris Yeltsin mengundurkan diri dan memerintahkan untuk melakukan pemilu. Pada tahun 2000, Vladimir Vladimirovich Putin terpilih sebagai presiden Rusia menggantikan Yeltsin.  Vladimir Putin beserta siloviki-nya terus melancarkan serangan-serangan penegakan hukum terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan para oligarki dalam ekspansi bisnisnya. Siloviki berasal dari bahasa Rusia yang artinya kekuasaan. Siloviki terdiri dari mantan anggota Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti/KGB (merupakan badan intelegen Rusia dan telah diganti namanya menjadi FSB) dan petinggi militer yang sekarang merupakan orang-orang penting dalam jajaran pemerintahan Vladimir Putin.[3]
Vladimir Putin dan siloviki menasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik warga Rusia yang melakukan pelanggaran hukum, kepemilikan perusahaannya dengan cara yang ilegal, dan yang tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Putin berpendapat bahwa kekayaan alam harus dikontrol oleh negara demi kepentingan rakyat bersama bukan hanya segelintir orang saja dan penghapusan oligarki adalah salah satu jalan agar rakyat dapat menikmati kekayaan yang seharusnya menjadi milik rakyat.[4]
Kini kekayaan alam telah berada di dalam kendali pemerintahan Rusia. Dengan kekuatan minyak dan gas alamnya, Rusia melakukan hubungan kerjasama dengan negara-negara lain dan mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan sebuah negara. Salah satunya yaitu Ukraina yang akan dibahas dalam makalah ini.
Bentuk kerjasama Rusia dengan Ukraina
Sejak runtuhnya Soviet dan berganti nama, Rusia terus melakukan perubahan-perubahan   dalam sistem perekonomiannya sampai akhirnya Rusia dapat berjaya dalam bidang politik, ekonomi, teknologi dan militer. Walaupun dalam bidang militer beserta persenjataan belum setara dengan AS tetapi Rusia menjadi ancaman terbesar bagi AS.
Pemerintah saling berhubungan dengan mengajukan alternatif pemecahan, perundingan, atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu, dan mengakhiri perundingan dengan membentuk beberapa perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan bagi semua pihak. Itulah yang disebut dengan kerjasama atau kooperasi.[5]
Suatu kerjasama antar negara yang dijalin dengan keinginan tulus untuk memajukan negerinya disertai tujuan bersama dan adanya hubungan timbal balik serta adanya rasa keterikatan yang kuat tidak akan menimbulkan konflik dalam hubungan tersebut.
Awal dari kerjasama Rusia dengan Ukraina yaitu dalam bidang ekonomi namun seterusnya merembet dalam bidang lainnya. Menurut David Mitrany tentang Ramification, yaitu kerjasama disatu bidang akan meningkatkan atau menimbulkan kerjasama di bidang lain. Kerjasama Rusia dengan Ukraina dalam bidang energi menimbulkan kerjasama-kerjasama lainnya. Setelah perjanjian mengenai perpanjangan kontrak pangkalan angkatan laut Rusia di Semenanjung Crimea disetujui oleh kedua negara. Rusia langsung menawarkan kerjasama yang meluas antara lain: produksi pesawat terbang, pembangunan galangan kapal, dan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir serta siklus energi. Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa kerjasama militer akan meningkatkan kepercayaan antara kedua negara dan memberi kesempatan untuk bekerja dengan kepercayaan dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik.[6]

Rumusan Masalah
  • ·         Apa yang membuat Rusia menjadi negara yang kuat, terutama dalam hal ekonominya
  • ·        Bagaimana posisi Rusia yang mempergunakan energy weapon untuk membuat Ukraina mengikuti tergantung kepada Rusia
  • ·        Bagaimana pengaruh hubungan kerjasama Rusia dan Ukraina terhadap Uni Eropa dalam hal pasokan gas Rusia


BAB II PEMBAHASAN

Gazprom dan Putin
Setelah Vladimir Putin terpilih menjadi presiden Rusia, prioritasnya adalah menasionalisasi perusahaan-perusahaan yang memiliki kaitan dengan sumber daya alam Rusia. ia langsung membeli 10.74 saham Gazprom melalui Rosneft. Gazprom terus untuk tetap mengencangkan pengawasan monopoli tidak hanya pada jaringan pipa gas alam milik negara tetapi juga seluruh hasil gas alam Rusia. Dengan berjalannya waktu, pemerintah Rusia berhasil menguasai Gazprom sebagai badan usaha milik negara.[7] Saat ini Rusia telah memiliki lebih dari 50 persen saham Gazprom dan Putin memiliki peranan untuk terus mengontrol Gazprom agar perusahaan tersebut dapat memaksimalkan kerjanya.
Saat ini, seluruh negara-negara Eropa Barat kecuali Jerman sangat tergantung pada pipa-pipa gas milik Gazprom, seperti negara-negara Baltic dan Finlandia mengimport 100 persen gas alam dari Rusia.
Putin mengikutsertakan temannya yang mempunyai kelebihan dari St. Petersburg, yaitu German Gref and Alexei Kudrin, sebagai penanggungajawab untuk menghidupkan kembali perekonomian Rusia. Mereka menyarankan untuk menargetkan pendapatan pajak sebesar 13 persen dan inisiatif lainnya seperti program penyederhanaan dan mengurangi kesulitan dalam hal birokratik sebelum mereka membuka hubungan perdagangan. Usaha tersebut berhasil dilakukan dan membuat GDP Rusia semakin meningkat.[8]
Penegakan hukum merupakan program Putin dalam meningkatkan perekonomian Rusia. Ia menyelidiki perusahaan-perusahaan milik pribadi yang mencurigakan melakukan tindak kejahatan dan menghilangkan oligarki yang menggerogoti Rusia. Salah satunya adalah perusahaan TV yang dimiliki oleh  Vladimir Gusinsky. Ia akhirnya dimasukkan ke dalam penjara atas tindakan penggelapan uang.[9]
Mungkin kalau dapat diidentifikasikan bahwa pengambilan kebijakan Rusia dipengaruhi oleh jenis/tipe pemerintahan (Rosenau), Demokratis Terbatas yaitu keputusan hanya terdapat ditangan parlemen dan pemimpin eksekutif sedangkan rakyat tidak terlalu mempengaruhi pengambilan kebijakan. Itulah yang membuat Rusia pada masa pemerintahan Putin dapat melakukan tindakan yang membuat Rusia menjadi negara yang diperhitungkan. Putin merupakan pemimpin yang sedikit otoriter namun rakyat Rusia tidak terlalu mempermasalahkannya karena Putin beserta siloviki memberikan kesejahteraan, keamanan, dan prestige untuk bangsanya.
Who gets what, when and how
Sepertinya makna “who gets what, when and how” dalam politik internasional berlaku bagi hubungan kerjasama Rusia dengan Ukraina yang belakangan ini semakin mencuat setelah adanya kerjasama tentang perpanjangan kontrak pangkalan laut di Semenanjung Crimea, Ukraina. Presiden Rusia Dmitry Medvedev, terus melakukan pendekatan terhadap negara bekas Uni Soviet (saat ini bernama Rusia) yaitu Ukraina. Rusia melakukan pendekatan terhadap Ukraina dapat diartikan karena Rusia tidak ingin Ukraina masuk ke dalam keanggotaan Uni Eropa dan berujung pada masuknya Ukraina menjadi anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO). Hal tersebut akan mengancam keamanan Rusia karena negara tersebut berbatasan langsung dengan Ukraina serta anggota NATO lainnya. Serta dengan adanya Program Timur Uni Eropa yang dilakukan untuk mempererat hubungan Uni Eropa dengan negara-negara seperti Ukraina dan Georgia sangat mengkhawatirkan Rusia karena mereka takut penguatan hubungan tersebut digunakan Uni Eropa untuk melawan Rusia dan membuat sejumlah negara menyatakan sikap anti-Rusia.[10] Jika hubungan kerjasama yang baik dengan Ukraina dapat terjaga maka Rusia tidak akan mengalami ancaman keamanan serta akan menambah pundi-pundi devisa Rusia.  
Sebelum kemerdekaannya, kekuatan ekonomi Ukraina terutama pada bidang industri dan pertanian merupakan yang terbesar kedua pada masa Uni Soviet. Setelah merdeka Ukraina mengalami berbagai persoalan dalam negeri sehingga perekonomian Ukraina merosot tajam dan terjadi inflasi namun Ukraina berangsur-angsur pulih dengan mengembangkan bidang transportasi mesin dan pesawat serta misil yang dieksport ke banyak negara. Namun, Ukraina masih harus mengimport kebutuhan gas dan minyak masyarakat Ukraina dari Rusia dan Asia.[11] Ukraina merupakan tempat pemasangan pipa-pipa gas Rusia menuju negara-negara di Eropa bagian Barat. Jika perjanjian kerjasama Rusia dengan Ukraina mengalami ketidaksepahaman maka dampaknya juga akan dirasakan oleh negara-negara Eropa lainnya. Oleh sebab itu, hubungan kerjasama Ukraina dengan Rusia terutama masalah energi harus terus membaik dan semakin erat.
Uni Eropa sangat bergantung pada sumber energi Rusia, baik terutama gas alam dan minyak. Gas alam milik Rusia yang dibeli oleh negara-negara Eropa Barat disalurkan dengan pipa-pipa gas yang melewati negara Ukraina. Selain Rusia yang mendapatkan cadangan devisa yang melimpah, Ukraina juga terkena imbasnya karena pipa-pipa gas tersebut. Jika hubungan kerjasama Rusia dengan Ukraina mengalami kendala atau terjadi pergolakan antara kedua negara maka Rusia akan menghentikan penyaluran dan ekspor gas alam untuk Uni Eropa dan Ukraina. Selain itu, jika Rusia meresa keamanannya terancam oleh Uni Eropa yang terus mengintimidasi negara-negara pecahan Soviet untuk masuk menjadi anggota Uni Eropa dan NATO. Saat ini, Ukraina sedang berusaha untuk menjadi salah satu anggota Uni Eropa. Mereka yakin bahwa Uni Eropa merupakan wadah yang tepat untuk memajukan negerinya dan banyak keuntungan yang akan didapatkan. Namun, Rusia akan berusaha untuk menghentikan niatan tersebut dengan senjata energinya. Rusia telah membuktikan kedikdayaannya dalam percaturan ekonomi dunia dan terus berusaha untuk menerapkan salah satu esensi dari realis yaitu offensive realis yaitu negara harus mencapai pemegang hegemoni dan berusaha untuk mendapatkan power yang lebih (John Mearsheimer).
Rusia mempunyai power untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan Ukraina melalui oil weapon yang dimilikinya. Menurut K.J. Holsti, power adalah kemampuan umum sebuah negara untuk menguasai atau mengawasi perilaku negara lainnya sedangkan menurut Hans J. Morgenthau, power yaitu betujuan untuk mengendalikan pemikiran dan tindakan orang lain. Terdapat tujuh elemen nasional power antara lain:  besarnya negara, topography, lokasi; populasi; pangan, sumber daya alam; sifat negara (demokrasi atau tidak), diplomasi; morale, propaganda; ideology; dan teknologi, militer.[12] Rusia merupakan negara terluas di dunia sehingga sulit untuk negara lain menaklukkan Rusia dari segi militer den tentu dengan wilayah yang besar, Rusia memiliki populasi yang besar pula. Populasi Rusia yang diperkirakan pada tahun 2010 sebesar 141.927.297 akan dapat meningkatkan kapasitas militer negeri tersebut. Rusia merupakan salah satu negara yang sangat mementingkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi sehingga tidak heran mereka unggul dalam berbagai hal dari negara-negara lainnya. Rusia memiliki teknologi dan militer yang cukup kuat dan merupakan peninggalan dari Uni Soviet. Dan yang paling mempunyai peranan utama dalam perekonomian dan eksistensi Rusia saat ini yaitu pangan, sumber daya alam. Pada tahun 2009, Rusia adalah eksportir terbesar ketiga di dunia, mempunyai cadangan gas terbesar pertama di dunia, cadangan minyak terbesar kedelapan di dunia, dan cadangan batubara terbesar kedua di dunia.[13]
Rusia menggunakan energinya untuk terus menjaga pengaruhnya terhadap Ukraina dengan menaikkan harga gas dan minyak. Ukraina sangat dependen terhadap Rusia terutama dalam pasokan gas dan minyak. Energi adalah alat diplomasi Rusia dengan negara-negara persemakmuran Uni Soviet. Posisi tawar menawar Rusia berada di atas angin sehingga negara-negara yang membutuhkan sumber energi Rusia harus mengorbankan sesuatu yang mereka miliki, salah satunya adalah Ukraina. Negara tersebut harus merelakan Semenanjung Crimea untuk dijadikan pangkalan angkatan laut Rusia yang diperpanjang sampai tahun 2042 walaupun mendapat kecaman dari masyarakat Ukraina. namun, opini publik bukanlah faktor pengambilan keputusan oleh pemerintahan Ukraina tapi dipengaruhi oleh faktor ekonomi.
Dalam faktor ekonomi, Ukraina akan memperoleh potongan harga gas alam sebesar 30 persen yang akan mengurangi pengeluaran belanja yang besar  terhadap pembelian gas alam. Pertikaian harga gas alam membuat Rusia menghentikan aliran gas alam melalui pipa-pipa di Ukraina menuju Eropa Barat. Tentu hal itu membuat negara-negara tersebut mengalami kepanikan karena mereka sangat bergantung dengan pasokan gas alam milik Rusia. Presiden Viktor Yanukovych, sebagai pengambil keputusan dalam pemerintahan Ukraina, menyetujui untuk memperpanjang kontrak pangkalan laut di Semenanjung Crimea karena Yanukovych adalah pendukung Rusia. Walaupun mendapat kritikan oleh oposisi dan partai-partai pro-Barat yang bahkan menyerukan impeachment terhadap Yanukovych, Presiden bergeming dan berdalih bahwa kerjasama ini akan membantu Ukraina yang sedang berjuang dari krisis ekonomi.

Diplomasi  dilakukan pemimpin kedua negara yang berdaulat dengan mengirimkan sebuah pesan untuk saling merangkul dan membantu demi terciptanya sebuah kerjasama yang tidak menimbulkan konflik yang justru akan merugikan negara masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Hedley Bull, diplomasi adalah hubungan tingkah laku antara negara dan  kesatuan lainnya yang dilakukan oleh perwakilan resmi dengan tujuan damai. Terkadang diplomasi sering dibatasi proses regulasi komunikasi atau sistem komunikasi masyarakat internasional. Diplomat sebagai mata, telinga, dan mulut dari pemerintah. Diplomat dapat memilih untuk menggunakan komunikasi publik atau privat ataupun komunikasi verbal atau nonverbal.[14]

Rusia yang mengurangi bahkan menghentikan pasokan gas alam ke Eropa Barat melalui Ukraina karena perudingan alot tentang harga gas alam dapat dikatakan bahwa Rusia beserta Gazprom melakukan komunikasi publik dan komunikasi verbal. Gazprom adalah perusahaan yang dikontrol dan dimiliki oleh negara Rusia, perusahaan terbesar ketiga di dunia.[15] Komunikasi publik dilakuakan antara pemimpin negara dan diketahui oleh seluruh negara di dunia, dipublikasikan oleh media sebagai pemberi informasi. Sedangkan komunikasi verbal yaitu Gazprom sebagai perwakilan Rusia dalam perdagangan gas alam dengan Ukraina mengatakan kepada Ukraina bahwa mereka akan mengurangi bahkan menghentikan aliran gas alam dengan maksud agar Ukraina segera mengambil sikap atas negosiasi yang belum terselesaikan tersebut.

Bahasa dalam berdiplomasi juga dapat menentukan dalam pengambilan keputusan akhir. Menurut John T. Rouke, “Language can be offended and mistranslated, language can affect diplomatic establishment and give shifting sign in diplomatic position”.[16] Ukraina yang dahulu bagian dari Rusia (dahulu Soviet) tentu sebagian dari masyarakatnya dapat menggunakan bahasa Rusia sehingga kesalahpahaman dalam mengemukan kepentingan-kepentingan setiap negara  dapat diminimalisir.


BAB III PENUTUP
Rusia merupakan negara yang kaya akan energi alam. Dengan sejarah yang buruk dan menyakitkan, pemimpin Rusia saat itu Vladimir Putin berusaha untuk menegakkan hukum dan menghilangkan oligarki dalam pemerintahan dan bisnis di Rusia. Sepuluh tahun kemudian Rusia terlepas dari jerat utang dan ketergantungan dengan negara lain. Sekarang, negara lainlah yang menggantungkan eksistensi negerinya kepada Rusia yang tidak dipandang sebelah mata lagi. Ukraina, salah satu negara pecahan Soviet, sangat tergantung oleh energi yang dimiliki Rusia. Rusia yang saat ini dipimpin Presiden Dmitry Medvedev memanfaatkan kesempatan itu untuk terus menancapkan pengaruhnya di negara tersebut dengan menawarkan berbagai kerjasama. Rusia  dapat mempengaruhi  pengambilan kebijakan Ukraina dengan ancaman menghentikan penyaluran gas alam kepada Ukraina dan Uni Eropa. Terlebih jika keamanan Rusia terancam oleh pengaruh Uni Eropa yang mempunyai keinginan untuk mempengaruhi Ukraina beserta negara-negara pecahan Soviet lainnya untuk bersikap anti-Rusia. Di sini terlihat betul Rusia mempunyai posisi tawar menawar yang lebih kuat dibandingkan negara-negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Saragih, Simon, “Bangkitnya Rusia, Peran Putin dan Eks KGB”,
Holsti, K.J, “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis”, Binacipta Bandung, 1992.
E-book:
Goldman , Mashall I., “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate”, Oxford University Press, 2008.
Internet:
http://internasional.kompas.com/read/2010/04/25/11254774/Pangkalan.Rusia.Diprotes.Warga.Ukraina
http://www1.voanews.com/indonesian/news/Ukraina-Perpanjang-25-Tahun-Pangkalan-Rusia-di-Laut-Hitam-91998719.html
Catatan kaki


[1] Simon Saragih, “Bangkitnya Rusia, Peran Putin dan Eks KGB”, Bab I Stiglitz: Soal Akar Kehancuran Ekonomi Rusia
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Ibid
[5] K.J. Holsti, “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis”, Bab 16 Bentuk Utama Interaksi: Kerjasama”, Hal 650
[6] Diambil dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100427_ukraina.shtml, diakses pada 30 April 2010, pukul 20.30 WIB
[7] Mashall I. Goldman, “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate”
[8] Ibid, Chapter 5 Putin Takes Over: The return of the Czar
[9] Ibid, Hal 102
[10] Diambil dari  http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/05/090522_rusia.shtml, diakses pada 30 April 2010, pukul 20.30 WIB
[11] "Ukraine's gas sector" (E-book format PDF)
[12] Diambil dari presentasi kuliah Politik Internasional, Hubungan Internasional  tahun 2009/2010, tentang Power.
[13] Marshall I. Goldman, “Putin, Power, and the new Russia”
[14] Diambil dari presentasi dengan judul “Effective Diplomacy & Diplomacy in Crisis Management”, Hubungan Internasional, Universitas Paramadina, 2 Maret
[15] Mashall I. Goldman, “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate”.
[16] John T. Rourke,International Politics on the World Stage, Brief. 2nd Ed. Dushkin/McGraw-Hill. P. 295-298; 303-306, diambil dari presentasi Effective Diplomacy & Diplomacy in Crisis Management, Hubungan INternasional, Universitas Paramadina, 2 Maret.




2 komentar:

  1. referensi tidak bisa berasal dari presentasi mata kuliah...??? Penggunaan energy weapon untuk apa? Makalah ini terkesan rancu antara pemahaman tentang konstelasi politik internasional dan luar negeri dengan bentuk dan proses diplomasi dalam mengimplementasikan kedua hal pertama. Jadi anda akan bicara tentang upaya rusia dalam mempengaruhi kebijakan politik Ukraina?

    BalasHapus
  2. Reny: iya sebenarnya saya ingin mengupas tentang penggunaan energi rusia yang mempengaruhi kebijakan ukraina tapi salah penerapan dan teorinya...maaf mbak...:d

    BalasHapus