Rabu, 02 Juni 2010

UAS Pengantar Diplomasi

Nama : Windy Alexander Tjiam (208000325)

SOFT DIPLOMACY DAN DIPLOMASI BUDAYA JEPANG

I. Latar Belakang dan Pembahasan

Sebagai sebuah negara yang tidak terlalu luas, dan relatif kecil jika dilihat dari luas daratannya, Jepang adalah sebuah raksasa yang budayanya telah menyebar hampir ke seluruh dunia, dengan pandangan bahwa Jepang adalah sebuah negara yang sangat maju dalam bidang teknologi, dan dimana kehidupan modern masyarakat Jepang tetap tidak melupakan nilai-nilai kultural mereka.

Jepang sudah lama dikenal sebagai bangsa dengan adat istiadat kuat dan dimana modernisasi pun sejalan dengan adat asli mereka yang tidak ditinggalkan. Jepang dengan berbagai keunikannya, dan kelebihannya telah tersohor hingga ke banyak negara dan pengaruh Jepang sebagai salah satu kekuatan ekonomi di Asia atau bahkan di dunia juga tak bisa diremehkan. Sebagai contoh seorang warga negara Indonesia memandang Jepang sebagai suatu negara hebat, negara besar, negara dengan adat tradisional yang masih dipegant teguh, dan memandang warga Jepang sebagai seorang yang ulet, tekun, rajin, dan semangat juang yang tinggi.

Selain dari faktor historis dimana Indonesia pernah dijajah oleh Jepang, tetapi kultur Jepang telah tersebar, terlebih dengan adanya restoran-restoran makanan Jepang yang menjamur di Indonesia. Dan tentunya anak-anak dan remaja Indonesia mengenal manga atau yang lebih dikenal sebagai komik khas Jepang. Manga ini merupakan salah satu cara Jepang untuk memperkenalkan negaranya kepada negara lain seperti halnya Amerika yang memperkenalkan pengaruh Amerika melalui budaya dan menyebarkan gaya hidup bermula dari restoran cepat saji seperti KFC, McDonalds dan adanya siaran televisi seperti MTV, Jepang melakukannya lewat manga. Melalui manga, seorang pembaca dapat mengenal adat Jepang, beberapa kosakata Jepang, sifat orang Jepang, dan berbagai hal lainnya, dengan mengincar anak kecil dan kaum remaja, mindset mereka telah terbentuk dengan adanya manga dan kartun (anime) dari komik tersebut. Sebagai contoh di hari minggu ada berbagai kartun Jepang yang ditayangkan untuk anak kecil dan ini sudah berlangsung sangat lama. Para anak-anak serta remaja yang membaca manga atau menonton anime tentunya mengetahui tentang Jepang dan ditambah dengan pengetahuan yang didapat dari buku-buku tersebut serta tontonan yang mereka lihat, mereka mengenal dan menganggap Jepang sebagai suatu negara yang hebat, dimana sifat kebangsaan mereka kuat, dikenal memiliki semangat juang yang tinggi, ulet, rajin, dan sopan.

Anak-anak dan remaja di Indonesia banyak yang mengagumi Jepang dan kebanyakan dari mereka mengenal Jepang dari manga dan anime. Siapa anak-anak dan remaja Indonesia yang tidak mengenal Doraemon, Dragon Ball, Detektif Conan dan berbagai tokoh kartun Jepang lainnya. Dari situ mereka dapat mengenal Jepang sebagai sebuah negara yang sopan, bagaimana tipe rumah mereka, apa itu ninja, terlebih dengan berbagai manga lainnya yang lebih menceritakan tentang kultur Jepang secara tidak langsung dan mereka dapat mengetahui beberapa kata-kata dalam bahasa Jepang yang didapat dari berbagai translasi bahasa yang tidak sepenuhnya diartikan ke bahasa Indonesia di dalam buku-buku tersebut.

Seberapa besar pengaruh keberadaan manga di Indonesia terhadap sudut pandang masyarakat Indonesia terhadap Jepang? Dan seberapa besar dampaknya terhadap pengaruh Jepang bagi Indonesia dan hubungan bilateral kedua negara? Indonesia dan Jepang sebenarnya memiliki hubungan bilateral yang baik, dimana kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara menguntungkan kedua belah pihak.

Jepang sendiri sejak mengalami kekalahan pada Perang Dunia ke-2 tidak memiliki pasukan militer sendiri, pasukan militer Jepang seolah berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat sebagai negara pemenang Perang Dunia ke-2 dan kekuatan militer Jepang hanya digunakan untuk membela Amerika Serikat dan sekutunya, begitupun Jepang akan dibantu dalam sektor pertahanan oleh militer Amerika Serikat, sekilas pertahanan Jepang yang dibantu Amerika dan sebaliknya seolah seperti NATO dimana sikap pertahanan bersama ini diterapkan.

Pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat menjadikannya salah satu pilar atau mitra utama Amerika Serikat di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Jepang juga terbantu dari sektor industri kreatif seperti industri perfilman dan manga yang seperti telah disebutkan di atas, memperkenalkan Jepang secara luas kepada dunia dan dampak yang dihasilkannya hampir sama seperti dampak Amerika Serikat yang memasuki negara melalui budaya dan gaya hidup sehingga membentuk sebuah mindset yang positif tentang negara mereka dimulai dari rakyat yang lama kelamaan akan menjalar dan seolah mendorong warga di negara tersebut untuk mengagumi dan memberikan support terhadap negara tersebut.

Di luar pendekatan diplomasi Jepang yang memang cenderung soft, manga sendiri telah memenangi hati rakyat negara lawan diplomasi Jepang dimana ini sangat penting karena diplomasi akan berjalan dengan lebih baik jika mendapat dukungan serta melibatkan berbagai pihak. Media sendiri berperan sangat penting dalam diplomasi, selain memang media dapat membawa arah pandangan masyarakat, manga pun tidak dapat dipungkiri telah dengan sukses melakukan tugasnya untuk memperkenalkan Jepang terhadap masyarakat banyak, dimulai dari gambaran tentang gaya hidup masyarakat Jepang, gambaran tentang karakter masyarakat Jepang, gambaran tentang kebudayaan Jepang, Sejarah, hingga kondisi Sosial.

Salah satu faktor keberhasilan manga dalam membius pandangan masyarakat terhadap Jepang adalah karena manga bersifat menghibur, oleh karena itu manga dapat meninggalkan kesan dan pengaruh yang lebih berkesan bagi masyarakat secara luas, dan dikarenakan pembaca manga kebanyakan adalah anak-anak dan remaja, ini menyebabkan pandangan masyarakat terhadap Jepang akan tetap positif dalam jangka waktu yang lama dan Jepang mendapat dukungan dari rakyat negara tersebut, terlebih dengan popularitas manga yang semakin meningkat dan semakin diminati oleh masyarakat, contohnya Indonesia dimana terdapat banyak sekali remaja yang menggandrungi manga, jika dilihat dari dampak dan efek yang diberikan, bukanlah tidak mungkin manga dapat disejajarkan seperti film-film Hollywood yang sama-sama memperkenalkan negara mereka dan menjadi faktor pendukung yang membantu mensukseskan diplomasi negaranya walaupun reputasi dan popularitas film-film Hollywood lebih mendunia.

Walaupun manga mendapat sorotan lebih dikarenakan popularitas dan sifatnya yang khas Jepang dan menghibur, permainan video game juga mendukung keberhasilan manga dan anime, terlebih dengan tren sekarang ini dimana masyarakat kalangan menengah ke atas kebanyakan anak-anaknya lebih cenderung bermain video game dibandingkan bermain di luar ruangan. Dengan adanya tren anak-anak dengan video game ini, serta ditambah dengan efek dari manga, anime, film Jepang, lagu-lagu Jepang, serta adanya tren fashion dari Jepang, popularitas Jepang tidak dapat diremehkan, hal-hal tersebut benar-benar telah mempengaruhi cara pandang serta gaya hidup masyarakat.
Akan tetapi tidak semua negara, terutama yang berada di kawasan Asia, terpengaruh dengan peran manga ini dikarenakan memang hubungan diplomatik Jepang dengan negara-negara ini tidak begitu baik, yaitu dengan Cina dan Korea walaupun sekarang ini hubungan diplomatik antara Jepang dengan 2 negara tersebut telah membaik walaupun tidak sebaik hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia. Penggunaan soft power sebagai landasan utama politik luar negeri Jepang dikarenakan tidak adanya kekuatan militer nasional Jepang yang merupakan milik Jepang sendiri sejak kekalahan mereka dalam Perang Dunia ke 2, sehingga mereka menggunakan soft diplomacy, melakukan pendekatan melalui budaya, mulai dari manga & anime, lagu, film, pertukaran pelajar, dan juga salah satu upaya lain dari Jepang untuk mendapatkan support dan menjalin hubungan yang baik dengan negara lain adalah dengan melakukan program untuk membantu pembangunan bagi negara berkembang dengan memberikan bantuan dana kepada negara berkembang tersebut. Selain karena pengaruh dari kuil yasukuni bagi hubungan diplomatik antara Jepang dan Cina, Cina sendiri menilai dengan menggunakan manga, Jepang berusaha untuk menggeser pandangan masyarakat dan seolah berniat untuk merevisi sejarah mengenai kejahatan perang yang telah dilakukan bangsa Jepang di Cina pada masa Perang Dunia ke 2.

Sebelumnya, manga memang telah memenangi hati masyarakat sebelum disadari oleh pemerintah Jepang dan melakukan berbagai upaya untuk semakin mendorong pertumbuhan manga di berbagai negara. Image Jepang di kawasan Asia sebenarnya tidak terlalu bagus, banyak negara menganggap Jepang sebagai negara yang seolah tidak ada penyesalan, bahkan seperti melupakan berbagai kejahatan perang yang telah mereka lakukan, hal ini sangat berpengaruh bagi Cina dan Korea sehingga hubungan diplomasi antara Jepang dengan kedua negara tersebut memang tidak begitu baik. Namun dengan adanya peran manga dan anime, image Jepang di kawasan Asia mulai membaik, para anak-anak dan remaja memberikan predikat sebagai negara yang baik, hebat, keren dan sebagainya ditambah dengan adanya kultur lain yang mendukung pendekatan budaya Jepang, yaitu seperti video game, lagu, fashion, barang elektronik, film, arsitektur yang bergaya Jepang, taman batu ala Jepang, karaoke, dan makanan seperti sushi, ramen, dan lain-lain.

Pemerintah Jepang dengan berbagai upayanya dalam melakukan soft diplomacy sebenarnya juga mendapat kritikan dari dalam negeri dimana terdapat beberapa pendapat yang menginginkan Jepang untuk menjadi sebuah “negara biasa” yang memiliki kekuatan militer sendiri. Jepang sendiri dengan perekonomian yang kuat dan solid tentunya akan lebih bertaji dan akan lebih berperan dalam panggung internasional. Selama ini Jepang dinilai lebih mengutamakan soft power dikarenakan mereka tidak memiliki kekuatan militer dikarenakan adanya perjanjian mengenai perihal militer dan keamanan nasional Jepang antara Amerika Serikat dan Jepang setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia ke 2 yang menyebabkan Jepang dapat lebih fokus kepada pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Jepang juga selama ini dinilai sangat low profile dalam panggung internasional. Jepang aktif di berbagai low politics issues seperti aktif dalam berbagai perdagangan dan masalah ekonomi, tetapi pasif dalam high politics issues seperti diplomasi dan berbagai isu politik lain.

Diplomasi yang dilakukan Jepang selama ini banyak dikenal sebagai “cheque book diplomacy” dikarenakan Jepang yang hanya aktif di sektor perdagangan dan ekonomi tetapi pasif dalam isu politik. Sebutan “cheque book diplomacy” bagi diplomasi Jepang juga muncul karena berbagai tindakan Jepang yang sudah dimulai sejak zaman perang dingin dimana Jepang turut serta berperan dibalik baying-bayang Amerika Serikat dan memberikan support terhadap berbagai tindakan dan kebijakan yang diambil Amerika. Setelah berakhirnya era perang dingin, banyak kalangan menilai Jepang akan berperan lebih banyak mengingat perekonomian Jepang yang kuat pada masa itu, anggapan dan penilaian berbagai kalangan tersebut semakin diperkuat dengan adanya tindakan Jepang yang hanya memberikan kontribusi berupa uang kepada sebuah peristiwa perang di Kuwait yang banyak dikenal sebagai Gulf War pada tahun 1990-1991. Tindakan Jepang ini menuai banyak pendapat dan pertentangan serta diskusi di dalam negeri agar Jepang lebih berperan dalam panggung politik internasional, akan tetapi walaupun dengan respon yang cepat dari badan keamanan Jepang dan kementrian keuangan Jepang yang berpendapat bahwa berkontribusi bagi dunia internasional sebagai sebuah tindakan yang baik bagi politik luar negeri Jepang, namun pemerintahan Jepang sendiri menilai bahwa kontribusi Jepang tidak lebih dari uang, apalagi Jepang tidak mungkin untuk menurunkan kekuatan militernya dikarenakan perjanjian mengenai perdamaian dan keamanan oleh Jepang dan Amerika Serikat, sehingga pemerintah Jepang menilai kontribusi terbaik yang bisa diberikan Jepang yang terbatas ruang geraknya hanya pada lingkup non-militer adalah uang.

Pergerakan diplomasi budaya Jepang tidak terhenti hanya sampai manga dan anime, pergerakan diplomasi jepang dalam hal budaya juga terus berlanjut hingga upaya pertukaran pelajar, meningkatkan jumlah pelajar dari manca negara ke Jepang, juga dengan adanya Japan Foundation yang memperluas pendidikan bahasa Jepang seperti halnya yang dilakukan Cina dengan bahasa mandarinnya melalui Confucius Institute. Jepang berupaya untuk memperbanyak dan memperluas pendidikan bahasa Jepang diluar negeri serta mempromosikan pendidikan di Jepang yang akan meningkatkan jumlah pelajar dari luar negeri yang tentunya akan terpengaruh dengan Jepang dan sejalan dengan upaya Jepang untuk memperkenalkan Jepang kepada negara-negara lain melalui budaya dan gaya hidup.

Di berbagai negara sudah semakin banyak pengaruh Jepang dan jumlah orang yang bisa berbahasa Jepang pun semakin banyak, sebagai contoh Turki sebagai mitra utama Jepang untuk menyebarkan pendidikan bahasa Jepang di kawasan Timur Tengah. Melalui pendidikan bahasa Jepang ini, ditambah dengan budaya Jepang yang telah mendunia, Turki menjadi sebuah bangsa yang “melek” terhadap Jepang dan ini akan sangat menguntungkan bagi Jepang apabila ditindak lanjuti dan akan sangat membantu dalam pembangunan soft power bagi Jepang terutama di kawasan Timur Tengah.

II. Kesimpulan

Seperti halnya Amerika yang mendapat dukungan dan tanggapan positif dari rakyat negara lain, Jepang juga telah mendapatkan dukungan dari masyarakat melalui pendekatan budaya mereka. Terlebih lagi, Jepang dan Amerika Serikat jika dilihat dari upaya mereka untuk melakukan pendekatan terhadap negara-negara lain melalui budaya terlihat sejalan, ditambah dengan adanya hubungan kerjasama yang dekat antara Jepang dengan Amerika Serikat yang membuat masyarakat dunia menjadi mengagumi Amerika dengan berbagai kekuatan dan dengan konsep demokrasi yang diusungnya, dan mengagumi Jepang dengan kebudayaan dan perekonomian yang kuat serta kemajuan teknologi mereka.

Namun dalam hal memenangi dukungan rakyat dan meningkatkan ekspektasi serta memperbaiki pandangan masyarakat terhadap negaranya, Jepang tergolong berhasil melakukannya melalui kebudayaan mereka seperti anime dan manga serta berbagai kebudayaan Jepang lainnya yang terkenal seperti origami, bonsai, dan lain-lain.

Jepang juga dinilai belum sukses seperti Amerika dalam mengimplementasikan soft power, sehingga apa yang dimiliki Jepang melalui manga dan sebagainya hanyalah sekedar aset yang masih harus diolah melalui strategi yang tepat, pendanaan, dan berbagai upaya lainnya agar aset-aset ini dapat berkembang dengan baik menjadi soft power bagi Jepang sehingga pengaruh Jepang semakin meningkat di panggung Internasional. Jepang juga harus mengedepankan hubungan Jepang dengan beberapa negara tetangganya seperti Cina dan Korea yang tidak begitu baik dalam konteks hubungan diplomatik karena berbagai kejahatan perang yang telah dilakukan Jepang pada masa lalu. Jepang juga harus lebih menjalin hubungan yang baik dengan Cina dikarenakan sektor ekonomi Cina yang sangat potensial dan sangat mungkin akan menggeser posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian termaju di kawasan Asia.

Dilihat dari hasil pendekatan melalui budaya yang dilakukan oleh Jepang dan Amerika, banyak negara lain juga memulai untuk melakukan pendekatan melalui budaya seperti halnya Cina dengan Confucius Institute, Perancis dengan CCF, dan berbagai badan kebudayaan milik negara-negara lainnya. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran untuk melakukan multitrack diplomacy bagi negara-negara lain, dan karena budaya yang dikombinasikan dengan media dapat mempengaruhi serta memenangkan opini publik, maka soft diplomacy seperti ini akan semakin banyak bermunculan dan untuk waktu ke depan bukanlah tidak mungkin bahwa soft diplomacy ini semakin penting untuk dilakukan karena dapat mempengaruhi dan memenangkan dukungan rakyat terhadap suatu negara, suatu hal yang tidak dapat atau belum tentu dapat dilakukan oleh berbagai upaya diplomasi lain yang telah dilakukan selama ini. Karena pendekatan melalui budaya dan bahasa terbukti dapat memperkuat suatu negara dan memberikan peran lebih kepada suatu negara untuk berbuat lebih di negara lain karena mendapat dukungan dari rakyatnya.

III. Referensi

- http://publicdiplomacy.wikia.com/wiki/Japan
- http://www.japanfocus.org/-Takeshi-MATSUDA/2671
- http://www.tokyofoundation.org/en/articles/2008/a-new-dimension-in-japanese-public-diplomacy
- http://www.jpf.go.jp/culcon/fulbright-culcon/dl/softpower_summary.pdf
- Jain, Purnendra, Japan’s Subnational Governments in International Affairs, Routledge, 2005

1 komentar:

  1. Tidak ada endnote dalam pembahasan? Banyak beberapa data yang sebenarnya hasil referensi dari sebuah sumber. Interesting artikel. Namun, konsepsio tentang apa yang dimaksud soft diplomacy dan hubunganny dengan diplomasi budaya tidak mendapat porsi untuk dijelaskan secara baik.

    BalasHapus