Ditulis oleh :
NAMA : Zulham Bahri Kelrey
NIM : 20900221
TUGAS : Pengantar Diplomasi
KONFLIK PEREBUTAN WILAYAH KASHMIR ANTARA INDIA-PAKISTAN
A. LATAR BELAKANG
India merupakan negara yang terletak di Benua Asia Selatan yang beribukota di New Delhi dengan luas wilayah terbesar ke 7 di dunia. Negara ini juga merupakan negara
demokrasi terbesar di dunia dan memiliki populasi terbesar ke 2 didunia dan banyak yang menganut agama Hindu. Sedangkan Pakistan adalah Republik Islam yang memiliki struktur pemerintahan federal. Pakistan terletak di jantung sub-benua Asia Selatan yang beribukota di Islamabad. Nagara ini berbatasan dengan Iran disebelah barat, India di sebelah timur, Afganistan disebelah barat utara, Cina di utera dan Laut Arab dibagian selatan.
Jika dilihat letak kedua negara ini sangat berdekatan, sehingga kemungkinan bisa terjadi kerjasama yang baik ataupun terjadi konflik. Dimana hubungan baik ini sendiri tercermin dalam pembentukan organisasi regional yang dinamakan SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) seperti halnya ASEAN di wilayah Asia Tenggara. SAARC beranggotakan delapan negara yaitu India, Pakistan, Afganistan, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Sri Lanka, Maladewa. Namun Dengan komposisi penduduk India terbesar dibandingkan tetangga lainnya dan perilaku politik India yang cenderung hegemonik menyebabkan kecemburuan dan kekhawatiran muncul diantara tetangganya. Akibat kekhawatiran itu, negara besar seperti Uni Soviet (Rusia sekarang), Cina dan Amerika Serikat ikut menentukan kerangka diplomasi kawasan Asia Selatan. Kaitan dengan negara besar bukan karena kepentingan negara luar kawasan tetapi terutama karena kebutuhan negara di Asia Selatan, misalnya, Pakistan untuk beraliansi dalam rangka menghindari ancaman.[1]
Selain itu juga kedua negara ini memiliki masalah pertahanan yang sama, akonomi yang saling membantu, bahkan pegawai dan prajurit mereka dulunnya saling bekerja sama. Tetapi sejarah berkehendak sebaliknya, dimana hubungan mereka bukanlah bertambah rapat, namun bertambah renggang dan bermusuhan. Bahkan di Dewan Keamanan mereka saling menuduh, demikian pula diplomat-diplomat mereka terang-terang di muka umum menyatakan untuk berperang.[2]
Dilain sisi kedua negara ini sering terlibat konflik karena ada faktor-faktor tertentu yang menjadi dasar konflik. Salah satunya adalah konflik kedua negara ini dalam perebutan wilayah Kashmir. Dengan keluarnya Inggris dari wilayah Asia Selatan pada tahun 1947, kedua negara ini banyak terjadi perpecahan dengan mayoritas penduduk Hindu berdomisili di India, sedangkan penduduk Islam berada di Pakistan. Ini disebabkan karena belum tuntasnya pembagian wilayah oleh kolonial Inggris. Hal ini pun banyak terjadi perbedaan sehingga yang tadinya merupakan konflik sosial antar komunitas, berubah menjadi perang antar negara. Sehingga Perang India-Pakistan pada tahun 1947 sering disebut sebagai Perang Kashmir Pertama, dimana perang yang terjadi antara ke dua negara ini yaitu India dan Pakistan dalam merebutkan wilayah Kashmir, dari tahun 1947-1948. Dan perang ini adalah perang yang terjadi pertama kali dari empat perang yang terjadi antara kedua negara ini yaitu, perang pertama India-Pakistan pada tahun 1947, dimana Pakistan merebut sebagian wilayah Kashmir, dan mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya. Kedua, pada tahun 1965 dimana pasukan pakistan berusaha masuk ke teritori Kashmir India untuk memicu konflik, namun rencana ini gagal dan penyusup pun ditangkap oleh pasukan India. Perang ini diakhiri dengan gencatan senjata dan India dapat merebut sedikit wilayah Pakistan. Yang ketiga pada tahun 1971, ketika Bangladesh meminta kemerdekaan dari pakistan. Tentara pakistan melakukan pembunuhan dan pemerkosaan besar di Bangladesh dan Genoside penduduk Bengali. Jutaan pengungsi pindah ke India dan Bangladesh pun dibantu oleh India, sehingga bisa merdeka dari Pakistan. Ke empat pada tahun 1999, yang disebut juga sebagai Perang Kargil dimana Tentara pakistan dan beberapa pemberontak Kashmir merebut pos tentara India. Kemudian India membalas dan merebutnya kembali. Ini lah latar belakang perang dan konflik yang terjadi antara India-Pakistan, namun yang menjadi masalah utama dalam perang ini adalah masalah perebutan wilayah Kashmir.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam tulisan ini, ada beberapa masalah yang akan saya bahas sesuai poin-poin dibawah ini:
- Masalah-masalah awal antara hubungan kedua negara.
- Batas-batas wilayah kekuasaan
- Masalah harta benda orang yang mengungsi
- Masalah pengembalian kaum wanita yang di culik
- Masalah pesawat tempur India yang masuk ke Pakistan
- Prose-proses menuju penyelesaian
C. PEMBAHASAN
Masalah Kashmir merupakan masalah yang paling meracuni hubungan India- Pakistan. Kedua negara ini memiliki sikap yang bertentangan terhadap masalah ini. Sebenarnya masalah ini merupakan masalah kita sama kita, artinya masalah ini hanya merupakan masalah antara India-Pakistan, namun masalah ini dibesar-besarkan dengan membawa ke Dewan Keamanan. Masuknya Hindu pada abad ke 3 sangat berpengaruh kuat, namun pada saat masuknya hindu di India, mereka memperoleh pertimbangan saat Islam masuk ke sana pada masa pemerintahan Umar Bin Khatab. Pada abad ke-8 di India, kekuasan Islam sangat memiliki persatuan yang kuat dan terorganisasi hingga berhasil mendirikan kesultanan di New Delhi. Namun pada abad ke-16, kesultanan itu diambil alih oleh Dinasti Moghul. Dan setelah itu pada tahun 1757. Kekuasaan dinasti keturunan Timur Lenk ini berakhir di tangan Inggris. [3]
Jika dilihat dari segi ekonomi, menurut India, Kashmir tidak begitu penting. Malahan kaum modal India merasa cemas melihat pemerintah menjalurkan sebagian besar rancangan Belanda untuk membiayai pertempuran di Kashmir. Namun masih jadi pertanyaan, apakah penduduknya masih mempunyai simpati terhadap India atau tidak, bagi mereka masalah Kashmir lebih baik diselesaikan dengan secara damai, baik daerah itu masuk India atau Pakistan. Sedangkan menurut Pakistan, Kashmir merupakan daerah yang sangat penting, karena kemakmuran Pakistan Barat sangat bergantung pada irigasi dan sistem pengairannya. Banyak sungai-sungai di Pakistan yang berhulu di Kashmir, itu berarti jika pangkal sungai ini bila dipegang oleh musuh Pakistan, maka ini merupakan mimpi buruk bagi Pakistan.
Mengenai masalah luas wilayah, Kashmir juga termasuk daerah yang luas, namun penduduk mereka tidak merupakan satu kesatuan, artinya banyak penduduk mereka yang saling bertentangan. Di wilayah ini 78% penduduk adalah Muslim, sedangkan yang memerintah adalah seorang Maharaja Hindu yang berketurunan Dogra Rajput. Leluhur raja ini membeli sebagian besar tanah Kashmir dari East India Company pada tahun 1846. Daerah itu terbagi dalam tiga bagian, yang pertama adalah Ladakh merupakan daerah-daerah perbatasan, bergunung-gunung, pendudukya jarang, 79% diantaranya beragama Islam, di perbatasan Tibet juga terdapat sekelompok kecil yang beragama Budha. Yang kedua Provinsi Kashmir 93% penduduknya menganut agama Islam. Disinilah letak lembah Kashmir yang mashur itu. Tapi tukang-tukang dan petani-petaninya tergolong orang yang miskin dan tertindas di India. Dan yang ketiga Provinsi Jammu, 53% yang menganut agama Islam, di sebelah timur tanahnya baik untuk pertanian, tapi disebelah barat berbatu-batu dan gundul.[4]
Pemerintah maharaja Hindu itu sangat kejam. Perlakuan terhadap Hindu, berbeda dengan Muslim dimana telah terjadi diskriminasi. Seorang Muslim yang hendak memakai senapan harus memiliki surat izin, sedangkan orang Hindu tidak. Orang Hindu yang masuk Islam, segala Hartanya akan disita, banyak orang Islam yang suka makan daging sapi, namun jika kedapatan ada yang memotong daging akan dipenjarakan selama sepuluh tahun. Kemudian maharaja mengadakan genjatan senjata dengan Pakistan, dan pihak Pakistan pun setuju karena mereka yakin bahwa Kashmir akan memilih mereka. Karena tidak mungkin rasanya bila maharaja berani melawan kehendak sebagian besar dari penduduknya, maka dengan terjadinya kerusuhan-kerusuhan yang timbul dalam negeri sesudah itu membuat maharaja mengambil keputusan memihak India. Sehingga dengan memihaknya maharaja pada India inilah yang menjadi bentrokan. Tentara India turun di Srinagar dan menghalaukan kembali pasukan-pasukan suku bangsa N.W.F (North West Frontier). Provinsi dari lembah Kashmir sampai ke Uri.
Pada bulan Januari 1984, India menuduh Pakistan di depan Dewan Keamanan bahwa suku-suku bangsa NWF dan gerombolan-gerombolan lain masuk ke Kashmir, agar dengan demikian mereka dapat memaksakan kedaulatannya. Sebaliknya Pakistan pun demikian, Pakistan menuduh India telah memperkosa kedaulatan Pakistan di Junagadh dan bersikap tidak jujur terhadap masalah Kashmir. Dewan Keamanan mengirimkan wasit ke Kashmir, namun baru dalam bulan Januari 1949 dapat diadakan genjatan senjata. Usul yang disetujukan sampai sekarang oleh kedua pihak adalah pemungutan suara, tapi dalam keadaan yang bagaimana pemungutan itu akan dilakukan, tentang hal ini baik Pakistan maupun India belum mendapat persesuaian.
Pakistan yakin, kalau pemungutan diadakan, Kashmir akan masuk kedalam daerah mereka. Disamping itu kalau India mengontrol kali-kali di Kashmir. Ini berarti runtuhnya Pundjab barat. Oleh karena itu, tidak ada satu pemerintah yang dapat bertahan lama, kalau dalam soal Kashmir ini mereka mau mengalah. Selama soal Kashmir belum selesai, jangan harap kalau hubungan dengan India akan menjadi baik. Dan politik pertahanan, luar negeri dan ekonomi Pakistan akan didasarkan pada anggapan bahwa India adalah musuh yang tersembunyi.
Masalah yang pelik lagi adalah mengenai harta benda orang-orang yang pergi ngungsi. Dalam musim gugur tahun 1947, minoritet dari kedua pihak di Pundjab, melarikan diri dan meninggalkan harta benda mereka yang tidak terjaga. Orang-orang yang mengungsi ditempatkan oleh pemerintah provinsi pada tanah-tanah yang dikosongkan. Inilah yang menjadi perundingan antara Pakistan ddan India tentang pembayaran ganti rugi. Dalam bulan Januari 1949, telah ditandatangani sebuah persetujuan yang mana dalam persetujuan terrsebut dittetapkan bahwa pengungsi-pengungsi akan mendapat uang sewa dari harta-harta yang ditinggalkan mereka di kota-kota. Perjanjian ini hanya mengenai Pakistan-India dan Pundjab Timur. Namun persetujuan itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Pada tahun 1947, terjadi penculikan ribuan wanita antara kedua pihak, hal ini sudah tentu menimbulkan rasa dendam pada keluarga yang menjadi korban penculikan, jabatan-jabatan sosial bekerja keras untuk menemukan dan mengembalikan kaum wanita itu ke tempat asalnya, sehingga pada tanggal 30 Juni 1949 pemerintah India mengumumkan bahwa 11.251 kaum wanita Muslim telah ditemukan dan segera dikembalikan ke Pakistan. Sebaliknya dari pihak Pakistan juga mengembalikan 5.846 wanita Hindu dan Sikh, dalam pengembalian ini India menuduh Pakistan telah menyia-nyiakan pekerjaan ini. Pakistan pun menanggapi penuduhan ini dengan mengatakan bahwa 5.848 wanita ini merupakan bukti bahwa tidak banyak wanita Hindu yang diculik oleh Pakistan. Tidak dapat di sangkal bahwa banyak diantara wanita yang itu yang telah mati dengan tidak meninggalkan bekas, sedangkan keluarga mereka terus mencari keberadaan mereka sehingga timbul rasa dendam.
Pakistan dan India telah terlibat 3 kali kontak senjata terbuka sejak kemerdekaan mereka dari pemerintah Inggris pada 1947.[5] Ketika terjadi serangan di kota Mumbai, India, pada bulan November 2008, Hubungan kedua negara kembali menegang dan para pasukan yang bermarkas di Pakistan dipersalahkan atas kejadian tersebut. Insiden ini hampir saja membawa kedua negara bertetangga itu ke dalam perang terbuka, sebelum Amerika Serikat mene-ngahinya. Menurut saya, ini mungkin saja ada hubungannya dengan negara ketiga dimana sebagai profokator, sehingga apa yang terjadi kepada dua negara ini akan menjadi saling menuduh diantara keduanya. Ketika ditengahi oleh AS bersama sekutunya, kedua negara itu melakukan proses perdamaian sementara pada awal 2004. Namun India menangguhkan pembicaraan perdamaian setelah serangan Mumbai tahun 2008. Mereka baru mengadakan pem bicaraan resmi pertama mereka sejak serangan Mumbai pada bulan Februari.
Sekutu Pakistan, khususnya AS, ingin Pakistan lebih memusatkan perhatian pada gerilyawan yang telah memperluas perjuangan mereka dari wilayah barat yang terpencil dekat perbatasan Afghanistan, ke kota kota sedang dan besar di seluruh negeri itu, ketimbang berperang dengan India. Menurut saya, hal ini merupakan strategi AS untuk mengintervensi negara pakistan, dengan memberikan latihan perang kepada militer Pakaistan, namun dibalik itu AS sendiri pasti memiliki maksud tertentu. Dalam proses pelatihannya, miliiter Pakistan dilatih secara tradisional agar dapat menghadapi serangan dari manapun termasuk serangan dari pasukan India.
Bara permusuhan India-Pakistan tak kunjung mereda pasca teror Mumbai. Dua negara bertetangga itu bersitegang terkait dengan pelanggaran perbatasan udara. Pakistan menuduh pesawat tempur India masuk sekitar dua hingga empat kilometer ke teritori udara mereka di dua daerah, yakni Kashmir dan Lahore, namun saja India menepis tudingan tersebut. Walaupun Pakistan terus menuduh. Untuk peringatan, jet Pakistan pun mengejar pesawat India tersebut sampai pada perbatasan. Namun Pakistan sendiri menyadari akan konflik yang berlanjut sehingga Pakistan pun melunak. Dan Mentri Informasi Pakistan sendiri memaklumi masalah tersebut sebagai sebuah kejadian yang tidak disengaja. Dalam selang waktu India pun merasa tidak terima dengan tuduhan tersebut, dimana menurut India sama sekali tidak terjadi pelanggaran dalam melintasi perbatasan udara oleh Angkatan Udara India. Hal inilah yang menyebabkan saling tuding antara kedua belah pihak, sehingga India lagi-lagi menuduh Pakistan sebagai pengalih isu lewat sesuatu yang tak pernah terjadi.
Masalah perbatasan di udara pun belum dapat diselesaikkan. Dan ketika pecahnya konflik Kargil, dimana selain dalam merebutkan pos-pos antara kedua pihak, konflik Kargil yang terjadi pada tahun 1999 ini juga terjadi karena perebutan pengaruh di wilayah sengketa Kashmir dan saat itu juga ditembaknya dua pesawat India oleh pasukan Pakistan karena pesawat India mencoba melewati perbatasan Pakistan. Kedua negara ini juga hampir terjadi konflik pada tahun 2001, dimana saat terjadi serangan maut di daerah jantung bisnis India yang menewaskan hampir 200 orang. Dan tahun 2002 pun sempat terjadi serangan terhadap Parlemen India. Sampai sekarang masalah ini belum mencapai titik temunya, konflik yang terjadi berlarut-larut hingga mencapai kurang lebih 50 tahun ini terus berlanjut, ini dikarenakan oleh keegoisan masing-masing negara dan juga masalah ini telah meluas pada berbagai aspek masyarakat. Padahal banyak perundingan yang sudah dilakukan oleh Menteri Luar Negeri atau pun para petinggi negara India dan Pakistan dalam maksud untuk mencari jalan keluar konflik tersebut. Namun apa mau dikata, masalah ini terus berlanjut, hubungan diplomatik mereka pun mengalami penurunan. Dan pada tanggal 27 Desember 2008, ketegangan makin memanas, ketika dilaporkan bahwa terjadi tembak-menembak antara kedua pihak di perbatasan Kashmir. Dan ketika insiden itu berlangsung, India mengambil tindakan kebijakan luar negerinya yang sangat mengagetkan dengan memuktuskan jalur perhubungan yang menyatukan India-Pakistan dan tidak mengizinkan sarana transportasi darat maupun udara yang melewati batas kedua negara. Begitu pula Pakistan melakukan tindakan dengan mengusir duta besar India di Pakistan agar segera kembali ke India.
Dalam proses penyelesaian banyak perundingan dan pertemuan yang dilakukan pemerintah kedua negara, dan pada puncak pertemuannya Perdana Menteri India, Manmohan Singh dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf, semakin membuktikan bahwa dalam dunia diplomasi, hasil dari pertemuan tingkat tinggi sering berupa kebalikan dari prediksi sebelumnya. Jika pertemuan puncak di Arga pada Juli 2001 tidak menghasilkan apa-apa, maka hari-hari menjelang pertemuan puncak pada pertengahan April tampak kedua pihak bersikap low profile dan berhati-hati. Namun hasil dari pertemuan ini pun diangggbap terlalu banyak beranalisis dari kedua negara ini sebagai paling sukses dan menjanjikan banyak harapan cerah kedepan.
Dalam pertemuan tersebut terdapat pernyataan bersama yang dibacakan Perdana Menteri India mengandung enam aspek yang patut dicatat sebagai fondasi utama peta jalan damai antara India dan Pakistan. Yang pertama, penekanan bahwa proses damai yang saat ini sedang berjalan tak dapat berubah. Kedua pihak mengatakan bahwa apapun yang terjadi di masa depan tidak akan bertolak belakang dengan apa yang sudah dicapai saat ini dimulai, dimana hubungan antara kedua negara ini harus kembali membaik, dengan mengizinkan saling masuk keluar lalu lintas dan hubungan antar masyarakat seperti budaya dan olahraga. Kedua, bahwa terorisme tidak akan diberi kesempatan untuk mengganggu hubungan kedua negara. Formulasi khusus patut dicatat bahwa kedua pemimpin berjanji untuk tidak membiarkan terorisme mengganggu proses damai. Terorisme yang dimaksud disini bukanlah retorika yang biasa dipakai India untuk menghantam Pakistan tetapi ia bermakna sebuah masalah yang harus dihadapi secara bersama oleh kedua negara. New Delhi juga berjanji untuk tidak over reaktif pada insiden terorisme yang kemungkinan terjadi di masa depan. Dengan kata lain, India dan Pakistan secara bersama telah sepakat tidak akan memberikan hak pada teroris untuk memveto proses damai melalui aksi kekerasannya. Ketiga, tujuan membahas isu Jammu dan Kashmir adalah untuk mencapai penyelesaian, dimana kedua negara bersepakat membahas lebih lanjut menuju perdamaian dan normalisasi jangka panjang, termasuk isu tahanan perang, penyelesaian final soal Jammu dan Kashmir dan dimulainya hubungan diplomatik. Keempat, setelah memberi penekanan atas perlunya penyelesaian final, maka dengan demikian langkah selanjutnya adalah untuk menambah interaksi dan kerja sama di sepanjang perbatasan, termasuk pergerakan jalur angkutan bus dan perdagangan antar perbatasan di Kashmir. Kelima, pernyataan bersama juga berkomitmen untuk mempercepat proses ekspor/impor produk dan menekankan perlunya interaksi bisnis lebih besar. Selama India terkesan ingin menghindari isu Kashmir, maka Pakistan tak akan tertarik untuk bergerak lebih jauh di bidang perdagangan. Keenam, Dr Singh dan Jenderal Musharraf tidak hanya menyepakati usulan pipa minyak dan gas Iran-Pakistan-India di tengah kritisisme AS atas proyek tersebut tetapi juga memperluas skup kerja sama energi antara kedua negara. Dengan adanya peningkatan permintaan energi baik di Pakistan dan India serta perlunya Asia Selatan mengakses minyak dan gas dari Iran dan Asia Tengah, maka sangat perlu bagi kedua negara untuk memulai dialog energi yang lebih komprehensif.
Apabila enam elemen di atas berjalan sesuai rencana dan dialog-dialog berikutnya semakin mendapatkan momentum, maka perdamaian di kawasan ini akan dicatat sebagai sejarah pertanda robohnya tembok Berlin part II.
D. PENUTUP
Kesimpulan
Masalah perebutan wilayah Kashmir antara India-Pakistan ini merupakan salah satu konflik yang memakan waktu yang sangat lama, di karenakan ada kepentingan-kepentingan diantara kedua negara tersebut. Dimana Kashmir adalah wilayah yang dianggap penting oleh masing-masing negara. Pada awalnya, masalah ini hanya merupakan masalah lokal antara kedua negara ini, namun saat dibawa ke dewan keamanan PBB, masalah ini menjadi luas di mata internasional, sehingga hubungan diplomasi dan kerjasama dalam berbagai bidang pun terbengkalai. Bahkan perebutan ini pun berujung pada perpecahan perang antara India-Pakistan yang mencapai 4 kali peperangan dalam merebut wilayah ini. Menurut saya mungkin ada faktor-faktor yang mempengaruhi masalah ini antara lain, Faktor sejarah kkedua negara, dimana anak benua India yang lahir dari tangan Inggris dalam satu kesatuan pada tahun 1947. Berkat perjuangan Mahatma Gandhi. Sedangkan Pakistan yang juga menginginkan kedaulatannya. Kemudian faktor agama, dimana perbedaan agama juga yang menjadi salah satu pemicu perpecahan India-Pakistan. Pakistan yang mayoritas menganut Islam, sedangkan India menganut Hindu. Faktor politik, dimana setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak tertampung aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur berpisah dari Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru, Banglades. Kepentingan Pakistan timur akan penampungan aspirasi politiknya menjadi pendorong terjadinya kelahiran baru Banglades meskipun tidak ada persoalan agama karena keduanya mayoritas penduduknya Muslim. Selain faktor-faktor diatas, ada juga faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor campur tangan atau yang sering disebut intervensi negara lain yang mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu.
Banyak pertemuan yang telah dilakukan demi menyelesaikan masalah ini, namun semuanya tidak dapat diterima oleh kedua negara ini, sehingga konflik terus berlanjut tanpa menemukan titik temunya. Padahal letak kedua negara ini sangat berdekatan, dan kalau menurut saya, seharusnya kedua negara ini menjalin hubungan yang baik, karena bila dilihat dari sisi ekonomi, kedua negara ini cukup memiliki sumber daya alam yang akan menghasilkan keuntungan bagi kedua negara ini.
E. DAFTAR PUSTAKA
Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan, PT. Jambatan, Jakarta, 1952
globalisasi.wordpress.com
Referensi sangat minim. Fokus pembahasan kabur. Anda ingin membahas soal dinamika konflik? Upaya penyelesaian? Faktor penghambat? atau apa? Tidak ditemukan analisa penggunaan teori yang anda lakukan.
BalasHapus