Rabu, 02 Juni 2010

“Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia”

Nama : FITRIA RUTHI MAHARANI
HUBUNGAN INTERNASIONAL
209000026


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dewasa ini, meningkatnya intensitas arus globalisasi tidak dapat dihindarkan dengan makin kuatnya interdependensi antar negara. Globalisasi menciptakan budaya borderless society dimana identifikasi masyarakat lebih dicirikan sebagai suatu hegemoni internasional yang saling membutuhkan dalam konteks hubungan komunikasi transnasional. Negara bukan lagi sebagai pelaku transnasional yang mempunyai kapasitas vital dalam menentukan arah hubungan internasional. Dinamika pemenuhan kebutuhan per individu yang bergerak fluktuatif sebagai akibat meningkatnya arus liberalis global, menyebabkan semakin meningkatnya jumlah pelaku industri untuk berpartisipasi menopang kebutuhan individu-individu melalui entertainment tracks dengan proporsi pembagian feedback yang seimbang. Namun tanpa disadari, produktivitas pelaku bisnis industri lintas negara yang berbeda genre berpotensi mengganggu dan menggeser nilai-nilai budaya suatu bangsa dengan inovasi gagasan yang ditawarkan melalui sesi tayangan tersebut. Diplomasi publik oleh individu-individu dalam sebuah entitas perindustrian memainkan peranan vital di sini.
Beragam varian program mulai bermunculan di layar televisi Indonesia. Mulai dari kartun, reality and talk show, quiz, hingga tayangan animasi yang sedang menghangat beberapa bulan terakhir. Tayangan animasi mengundang 50% lebih simpati masyarakat Indonesia dengan kelebihan visual yang ditawarkan. Hal ini pernah terjadi pula dengan kepopuleran kartun di Indonesia sekitar tahun 80-90an. Namun, hal ini sebenarnya patut menjadi hal yang disayangkan. Mengapa? Quota tayangan khas Indonesia bukan menjadi prioritas utama dalam rating share tayangan animasi maupun kartun tersebut. Dan bahkan dapat dikatakan unqualifyied show. Tayangan animasi maupun kartun tersebut lebih didominasi oleh pelaku bisnis internasional yang mendapat hak izin siar di Indonesia.
Fenomena memboomingnya tokoh Ipin dan Upin di Indonesia dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir merupakan bukti keberhasilan pelaku bisnis Malaysia sebagai creator Ipin dan Upin. Keberhasilan mengangkat karakter dua tokoh utama dengan latar budaya Malaysia adalah suatu apresiasi bagi Malaysia yang secara langsung pun mengenalkan budaya mereka kepada publik dan simpatisan Indonesia. Dan itu merupakan suatu keberhasilan dalam upaya memunculkan image seorang Malaysian kepada Indonesia. Fenomena Ipin dan Upinisme mengalahkan kepopuleran Si Unyil milik Indonesia. Hal tersebut tentu sangat disayangkan. Dimana kebanggaan kita akan cerita dan budaya tanah air jika kita terus bersinggungan dengan intervensi budaya asing?
Kehadiran Ipin dan Upin di Indonesia dapat diartikulasikan sebagai bagian dari national interest diplomacy track bagi Malaysia. Upaya Malaysia menunjukkan jati diri bangsa melayu melalui tayangan kebudayaan mereka jelas akan mempengaruhi kredibilitas jati diri budaya tanah air.
PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang atas penulisan makalah “Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia” ini, dapat diambil beberapa pertanyaan untuk mengembangkan pembahasan pada bagian selanjutnya.
 Konsep public diplomacy and public relation dalam tayangan Ipin dan Upin bagi Malaysia.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya arus perkembangan bisnis industri internasional di Indonesia.
 Pengaruh yang muncul akibat kuatnya eksistensi tayangan Ipin dan Upin di Indonesia.
TUJUAN PENULISAN
 Mengetahui korelasi antara public diplomacy dan public relation dalam hubungan internasional.
 Mengetahui faktor-faktor berkembangnya produksi industri bisnis internasional di Indonesia.
 Mengetahui pengaruh yang timbul dengan adanya tayangan edukasi-budaya negara lain dari sisi gejala sosial maupun isu politis kepentingan negara tertentu.

BAB II
PENDAHULUAN

1. Public Diplomacy and Public Relations
Seperti pada hakikatnya, dewasa ini hubungan internasional bukan hanya terbatas pada makna interdependensi antar negara dalam pemenuhan kebutuhan vital yang terikat dalam suatu hubungan government to government (G to G). Legitimasi hubungan internasional mengalami peningkatan signifikan dimana posisi negara bukan lagi sebagai aktor tunggal yang mendominasi setiap pola hubungan internasional. Negara mempunyai kekuasaan terbatas ketika dinamika hubungan internasional semakin kompleks dengan adanya peningkatan kebutuhan individu-individu secara universal dalam berbagai sudut pandang.
Peranan negara yang terbatas memberikan ruang bagi aktor non negara (non state actors) turut menjadi bagian dari suatu kepentingan bangsa melalui kontribusi dalam agenda dan kapasitas di luar fungsi negara. Aktor bukan negara dalam studi hubungan internasional dapat dicirikan sebagai suatu independensia yang menjalin hubungan lintas negara dalam kapasitas pemenuhan kebutuhan tetapi membawa kepentingan bagi keberadaan negaranya dan turut mempengaruhi pengambilan kebijakan bagi negara di dunia. Sebut saja individu, perusahaan transnasional, transnational crime, etc. Para pelaku tersebut mengarahkan kepentingan mereka dengan turut merefleksikan eksistensi suatu negara dalam kepentingannya ketika berhadapan dengan publik negara lain.
Diplomasi Publik (public diplomacy) telah secara umum dikenal dalam sejarah literatur komunikasi internasional lebih dari 20 tahun silam. Dalam hubungan internasional, diplomasi publik diperkenalkan sebagai media pemerintahan suatu negara untuk mengelola citra negara untuk diperkenalkan kepada publik dunia melalui retorika hubungan masyarakat (Grunig : 1992). Retorika hubungan masyarakat (public relation) ini menjadi media bagi pengembangan image suatu negara untuk promote their image melalui fungsi diplomasi publik. People to people contact (p to p) dengan interdependensia sebagai hegemoni internasional mengadakan hubungan antar civil society lintas negara. Keberhasilan strategi membangun bentuk kerjasama tersebut (public diplomacy by public relation) selain memberikan keuntungan bagi kepentingan pelaku individual, hal tersebut akan memberikan motivasi masing-masing pelaku dalam hubungan tersebut mengetahui deskripsi negara partner masing-masing. Dan secara tidak langsung, image suatu negara akan terwakili melalui peranan individu-individu mereka dalam membangun aliansi internasional.
Hubungan antara diplomasi publik dan hubungan masyarakat berkaitan erat dan berada pada tahap simetris untuk membangun network maupun image suatu bangsa. Public relations and public diplomacy theory and practice are indeed compatible (Yun ; 2006) . Keterkaitan antara keduanya dapat dipastikan melalui bagaimana pelaku diplomasi publik (non state actors) membangun hubungan masyarakat internasional. Non state actors berusaha membangun konektivitas internasional melalui bisnis, investasi, maupun media dalam eskalasi tinggi. Manajemen hubungan tersebut akan menciptakan suatu formulasi feedback antara non state actors dan state actors dimana keuntungan juga akan diperoleh state actors dengan terciptanya network dan image yang lebih luas.
Diplomasi publik dianggap lebih efektif untuk membangun dan mengelola pencitraan positif suatu bangsa dan meredam citra negatif di dunia internasional. Namun selain difungsikan sebagai media pembangun citra negara, diplomasi publik diimplementasikan untuk turut mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara (Manheim;1994). Hal ini dimaksudkan untuk menyokong kepentingan nasional suatu negara melalui perluasan soft power (realism). Dengan eksistensi pelaku diplomasi publik membangun kerangka kerjasama lintas negara, diharapkan kepentingan vital dapat terealisasikan seperti pemenuhan ekonomi, perdagangan, promosi kebudayaan.
Diplomasi publik lebih banyak dilakukan secara one way communication. Bagaimana non state actors berusaha mengangkat kepentingan masing-masing. Dewasa ini, media menjadi partner penting bagi entitas internasional. Dengan akurabilitas dinamis dan progresif, media menghadirkan kesempatan luas bagi masyarakat bordless society. Perkembangan media sebagai akibat dari globalisasi menciptakan transparansi akses berbagai informasi dari belahan dunia. Sehingga publik internasional akan dengan mudah mengetahui perkembangan dari belahan dunia manapun. Kesempatan ini yang pada akhirnya digunakan oleh pelaku diplomasi publik (non state actors) untuk meningkatkan produktifitas out of their region.
Perusahaan bisnis internasional merupakan salah satu aktor diplomasi publik. Berada di bawah manajemen internasional dengan induk cabang yang berpusat di negara tertentu dan produk yang tersebar di beberapa negara. Perusahaan bisnis internasional memproduksi karakteristik produk yang menjadi ciri atau brand daripada suatu negara. Keuntungan tersebut tentu berpengaruh terhadap produsen dan citra negara ketika pelaku bisnis berhasil mengangkat usaha mereka. Dan negara dengan ciri dalam karakteristik produk tersebut berpotensi mengangkat image mereka di hadapan publik internasional. Seperti yang tengah menjadi trend di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Media internasional berpartisipasi menghadirkan promosi produk mereka melalui tayangan entertainmen sarat edukasi kebudayaan.
Bukan menjadi hal baru mendapati tayangan-tayangan dalam negeri tergeser dengan rating share jauh di bawah produk impor yang lebih menarik dengan substansi edukasi negeri orang. Tentu hal tersebut telah lama menjadi konsumsi publik Indonesia. Dekade 90-00 menjadi bukti memboomingnya tayangan impor dengan menjamurnya serial animasi Jepang di beberapa channel tanah air. Tingkat konsumsi publik Indonesia mencapai klimaks dalam beberapa tahun awal kemunculan serial kartun. Tentu perusahaan tempat produksi mendapat keuntungan dengan jalinan kerjasama yang dibangun dengan bisnis dalam negeri. Dan tidak dapat dipungkiri hadirnya animasi Jepang telah membuka peluang bagi publik Indonesia mengenal Jepang lebih dalam melalui propaganda serial animasi Jepang tersebut. Sehingga kepentingan nasional Jepang mempromosikan citra diri mencapai tahap keberhasilan melalui peranan bisnis internasional sebagai aktor bukan negara yang berdedikasi dalam upaya membangun hubungan masyarakat dalam diplomasi publik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tayangan Ipin dan Upin
Produktifitas tayangan impor bergerak secara dinamis dan proggresif dalam industri hiburan tanah air. Bukti nyata keberhasilan tersebut bukan menjadi hal baru bagi publik Indonesia. Arus globalisasi memperlancar partisipasi setiap individu bergerak menuju keadaan interdepensi antar manusia. Tercipta borderless society yang mengenal dengan tanpa batas geografis. Cosmopolitan citizen yang menumbuhkan konsumerisme terhadap setiap aktifitas internasional. Namun, secara garis besar yang tengah terjadi adalah fenomena ketergantungan per individu di dunia di luar kapasitas state actors.
Seperti pada penjelasan sebelumnya, media merupakan salah satu medium revolusioner globalisasi. Lebih lanjut bahwa media massa berbentuk cetak maupun elektronik merupakan sarana komunikasi yang menjangkau publik secara efektif (Light, Keller, dan Calhoun : 1989). Peranan media berpengaruh pesat terhadap upaya negara merefleksikan pencitraan diri dan membangun image baik secara government to government contact, government to people contact, maupun people to people contact. Keterbatasan peranan negara dalam lingkup global disertai pergerakan individu-individu dalam proses globalisasi mendorong mereka untuk bersama membangun pondasi kerjasama efektif dengan konteks balance of feedback. Pemerintah dan individu memposisikan diri sebagai komunikan satu arah dan media sebagai sarana melanjutkan fragmen ide maupun gagasan kepada publik sebagai komunikator. Tentu saja hal ini memberikan efek positif bagi ketiga belah pihak sebagai suatu aliansi memaksimalkan tujuan.
Pemerintahan suatu negara dengan dominasi yang lebih kuat, melalui keberadaan kedua komponen atau pelaku induk globalisasi lainnya akan dengan semakin mudah mendapatkan beragam source demi pencapaian tujuan eksistensi mereka. Sebut saja promosi, external income source, maupun pamor. Individu-individu yang kemudian dapat dikatakan sebagai bagian dari pelaku bukan negara, (dalam paradigma pluralis) melalui interdependensi arus globalisasi berusaha memenuhi kebutuhan (secara sosio-ekonomi) tanpa termarginalkan oleh ruang dan waktu. Pelaku individu disamping menyuburkan diri dalam pembangunan kerjasama industri antar negara, mereka pula memiliki peluang sebagai ambassador negara mereka. Secara tidak langsung, negara ataupun pemerintahan terwakilkan oleh pelaku bisnis seperti ini. Aspirasi, ide, atau gagasan yang muncul tidak jarang didasarkan atas situasi negara mereka. Bentuk keterkaitan kerja sama mereka mempunyai korelasi dengan sumber alam atau faktor produksi negara masing-masing. Bargaining power tentu melibatkan posisi negara untuk secara efektif mendapatkan tujuan. Inilah yang kemudian terjadi feedback antara negara dengan individu yang kemudian disebut sebagai para pelaku industri dalam bisnis internasional. Kemudian, media juga memberikan kontribusi dalam upaya negara merefleksikan citra diri. Tentu saja disamping mencukupi kebutuhan internal. Media terlibat sebagai instrumen penyambung komunikan yang mengangkat prestige dan pamor negara. Baik dalam kerja pemerintahan negara tersebut atau dengan keterwakilan negara melalui individu-individu mereka dalam industri bisnis internasional. Media memperluas fleksibilitas area dengan mengangkat isu dan potensi dalam negeri yang mampu dijual di hadapan publik. Sementara mereka mendapat keuntungan dari produk penjualan, negara pun mendapat apresiasi dari proyek mereka.
Berbicara mengenai korelasi negara, industri bisnis internasional, dan media dalam hubungan diplomasi publik adalah salah satu contoh bahwa keberhasilan diplomasi publik memberikan pengaruh signifikan bagi perkembangan negara. Diplomasi publik yang dilakukan para non state actors ( industri bisnis atau media ) menyediakan kesempatan negara turut berorientasi pada keberhasilan meningkatkan image of nation. Sektor industri bisnis hiburan menjadi ajang meningkatkan power dewasa ini. Seperti yang tengah terjadi di Indonesia, terdapat perubahan fenomena konsumsi tayangan lokal yang beralih kepada tayangan impor.
Sekitar tahun 1980an, pasar hiburan Indonesia dipenuhi dengan tayangan animasi negeri sakura Jepang. Kerja sama produsen animasi Jepang dengan perusahaan Indonesia membuat tayangan kartun dan animasi berlatar belakang kehidupan negeri sakura tersebut cukup berhasil mengangkat citra Jepang melalui kehidupan tradisional yang mengakar kuat. Pengaruhnya terasa hingga kurun 20 tahun ke depan dengan terkenalnya kultur Jepang seperti harajuku style, emo, manga dan meningkatnya ketertarikan remaja terhadap budaya Jepang kala itu. Dan hal tersebut disebut sebagai keberhasilan Jepang dalam mempromosikan negaranya dalam ranah publik internasional melalui peran pelaku bisnis internasional dan media.
Berbeda dengan sekarang, kecenderungan konsumsi masyarakat Indonesia bukan lagi pada animasi Jepang. Namun hal tersebut juga tidak mengubah paradigma bahwa produk lokal cukup mendapat tempat dalam industri hiburan. Hal yang tengah terjadi saat ini adalah merambahnya pecinta animasi berciri melayu berlatar belakang norma-norma negara Malaysia. Dapat dipastikan penikmat dunia pertelevisian mengenal karakter Ipin dan Upin melalui sebuah mini seri oleh salah satu perusahaan televisi tanah air. Substansi cerita sarat kebudayaan melayu Malaysia menggiring pemirsa Indonesia ke dalam konteks kultur kental Malaysia. Fenomena yang terjadi adalah kecanduan penikmat pertelevisian Indonesia mengenal lebih jauh alur cerita di dalamnya. Tebukti melalui sebuah survey oleh AGB Nielsen, salah satu surveyor rating share program televisi, tayangan Ipin dan Upin memuncaki daftar 50 program terbaik seluruh stasiun televisi di Indonesia.
Selain faktor globalisasi yang menyebabkan semakin intensnya hubungan antar negara, keberhasilan tayangan Ipin dan Upin di Indonesia tidak terlepas dari kurangnya produktivitas industri perfilman Indonesia dalam menghadirkan tayangan sejenis bermuatan edukasi-kebudayaan ranah lokal. Dewasa ini, tayangan Indonesia sedang mengalami hibernasi panjang dengan lebih banyak menghadirkan tayangan bermuatan hedonisme semata yang cenderung mengagungkan sebuah proses instan seperti reality show. Kehadiran tayangan Ipin dan Upin dianggap sebagai tayangan sarat pendidikan meski menjual produk asing. Tanpa disadari memang oleh pecinta film tersebut, namun yang pasti hal tersebut membuktikan keberhasilan Malaysia memperkenalkan khazanah kultur mereka, dan membentuk citra terhadap publik internasional.






3. Pengaruh tayangan Ipin dan Upin
Film animasi Ipin dan Upin berawal dari sebuah studio kecil di Selangor, Les’ Copaque Malaysia. Manajemen Les’ Copaque berbentuk MSC berada di bawah kontrol masyarakat melayu Malaysia dengan ide mengembangkan pembuatan film animasi. Bercerita dua anak kembar melayu asli dengan kehidupan masyarakat melayu Malaysia disertai petualangan dan keberanian anak kecil menjadikan tayangan ini mendapat hak siar di Indonesia oleh salah satu televisi swasta. Momentum tepat dimanfaatkan produk ini, di saat Indonesia kehilangan eksistensi tayangan edukasi anak-anak karena lebih didominasi dengan tayangan remaja dan elegi percintaan maupun tayangan semacam reality instan show. Metode komunikasi dalam Ipin dan Upin berhasil menarik simpatisan masyarakat Indonesia terutama kalangan orang tua untuk memberikan asupan tayangan animasi anak-anak bermuatan edukasi.
Serial animasi Ipin dan Upin telah berkembang menjadi sentrum tayangan bermuatan edukasi-budaya bagi sebagian besar pecinta tayangan animasi di Indonesia. Memboomingnya serial edukasi anak-anak dapat dilihat dari antusiasme berbagai kalangan menyambut setiap episode baru dalam cerita. Animo masyarakat Indonesia akan kehadiran tayangan bergenre melayu dengan latar belakang kehidupan orang Malaysia melampaui tayangan lokal dengan alur cerita bermuatan edukasi pula. Sebut saja Si Unyil dan Pak Raden, salah satu tayangan origin Indonesia sarat edukasi budaya Indonesia. Kepopuleran Si Unyil dan Pak Raden belum dapat mengimbangi serial Ipin dan Upin yang menempati rating share 7.1. Sementara di Malaysia, tayangan ini telah berhasil menarik 1.5 juta penonton dalam periode bulan puasa. Menurut survei oleh AGB Nielsen, produktivitas tayangan ini bahkan telah mengalami pencapaian drastis dengan memuncaki daftar 50 program televisi Indonesia.
Meledaknya tayangan Ipin dan Upin di Indonesia mendapat respon berbeda dari sejumlah publik tanah air. Hal tersebut menonjol dari kekuatan tokoh Ipin dan Upin menembus pangsa pasar dengan produk bermuatan Ipin dan Upin. Fenomena tersebut tidak jarang ditemukan di pasar tanah air. Berbagai pernik sengaja dipadukan dengan kekhasan kedua tokoh tersebut, mulai dari mainan anak-anak, baju, hingga themesong soundtrack. Hal lain adalah kecenderungan anak-anak dalam menirukan logat khas Malaysia yang tersampaikan dengan sangat apik oleh Ipin dan Upin. Penggunaan kata yang sarat dialek melayu Malaysia tersebut mengundang keinginan anak-anak (penikmat tayangan) untuk turut menggunakannya. Akibatnya, kemahiran menirukan logat melayu Malaysia oleh mereka merupakan suatu hal yang mudah didapat dengan adanya intensitas tayangan Ipin dan Upin. Dalam sekali kesempatan, Ipin dan Upin mampu menjadi brand ambassador untuk mewakili citra Malaysia di tanah air. Namun, hal berbeda juga ditunjukkan oleh beberapa kalangan orang tua yang terganggu dengan intensitas siar. Bagi sejumlah orang tua, frekuensi siaran Ipin dan Upin menyita kesempatan anak berinteraksi dengan pendidikan sekolah karena lebih tertarik mengikuti episode demi episode Ipin dan Upin. Tetapi, di luar konfrontasi alasan tersebut terdapat effect krusial bagi perkembangan mental bangsa. Sesuai hakikat peranan media adalah sebagai alat komunikasi penyampaian pesan dari komunikan ke komunikator. Tayangan impor bermuatan karakter budaya negara tertentu yang telah mendominasi keadaan suatu negara lain berpotensi dijadikan propaganda untuk alasan politis dan kepentingan nasional negara tersebut. Inilah fungsi ganda media dalam bentuk diplomasi publik.
Diplomasi publik yang dibangun pemerintah Malaysia melalui aktor non negara mereka jelas menunjukkan keberhasilan peran pelaku industri bisnis internasional disamping keberhasilan Malaysia. Feedback yang diperoleh bagi mereka tidak merugikan kedua belah pihak. Industri tempat bernaungnya produksi animasi Ipin dan Upin mendapat komersil lebih dari tingkat penjualan produk mereka, sementara Malaysia turut mempromosikan diri, membangun citra bagi publik internasional. Tetapi, hal yang tanpa disadari adalah adanya ekspansi secara soft power. Publik dan simpatisan tayangan ini telah mulai terpengaruh bukan hanya dengan nilai positif message yang disampaikan, namun lebih kepada karakterisasi dan penokohan melalui bahasa tubuh dan mimik dari kedua tokoh. Tidak heran ketika melihat anak-anak menirukan gaya bahasa melayu Malaysia seperti seringkali terucap oleh Ipin dan Upin di sekolah maupun pergaulan teman sebaya. Intensitas penggunaan bahasa melayu tersebut sungguh disayangkan, misalnya ketika terjadi dalam interaksi sekolah. Penggunaan bahasa Indonesia tersisihkan dengan sekadar memberikan salam kepada guru mereka di sekolah. Hal seperti ini yang sebenarnya perlu mendapat pengawasan karena bukan tidak mungkin propaganda negara lain melalui pembentukan hubungan kerja sama aktor bukan negara seperti ini akan berjalan lebih efektif bagi pembangunan citra diri suatu bangsa.



PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan dalam paper “Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia” dapat diambil beberapa kesimpulan.
1. Diplomasi publik dan hubungan masyarakat adalah dua pola utama untuk mengangkat image suatu bangsa melalui retorika interdependensi para pelaku bukan negara (non state actors). Melalui tayangan Ipin dan Upin di Indonesia, para pelaku bisnis industri Malaysia yang bekerja sama dengan industri Indonesia berhasil membawa serta kepentingan Malaysia di publik internasional.
2. Mendominasinya tayangan ini memberi efek bagi perkembangan mental bangsa. Faktor-faktor meningkatnya simpatisan masyarakat Indonesia yang didominasi anak-anak ini dikarenakan kurangnya tayangan Indonesia yang memberikan tayangan sejenis. Kultur tayangan Indonesia saat ini lebih cenderung didominasi tayangan roman, reality show yang menawarkan proses instan. Kesempatan ini yang kemudian memberikan tempat bagi program animasi ini.
3. Beberapa pengaruh muncul dengan semakin meningkatnya intensitas siar program animasi ini di Indonesia. Hal yang paling dikhawatirkan berkaitan dengan keunggulan program ini dibanding program Indonesia lainnya adalah tergesernya nilai-nilai bangsa karena ketidaksadaran publik mengkonsumsi dan menelaah seluruh substansi yang ada.
Demikianlah pengaruh non state actors dalam konteks mereka sebagai pelaku diplomasi publik melalui kerangka kerja sama yang terjadi lintas negara. Mereka mampu mempengaruhi kedudukan suatu negara di publik internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Grunig, J. E. (1992). Excellence in public relations and communication management. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates
http://id.wikipedia.org/wiki/Les%27 Copaque Production
Light, Donald, Suzanne Keller dan Craig Calhoun. (1989). Sociology. Edisi Kelima. New York: Alfred A. Knopf
Manheim, J. (1994). Strategic public diplomacy and American foreign policy: The evolution of influence. New York: Oxford University Press.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta:FE Universitas Indonesia
www.blogger.com/arieaing.blogspot.com
Yun, S. H. (2006). Toward public relations theory-based study of public diplomacy: Testing the applicability of the excellence study. Journal of Public Relations Research, 18, 287-312

ENDNOTE :
Grunig, J. E. (1992). Excellence in public relations and communication management. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates
Yun, S. H. (2006). Toward public relations theory-based study of public diplomacy: Testing the applicability of the excellence study. Journal of Public Relations Research, 18, 287-312
Manheim, J. (1994). Strategic public diplomacy and American foreign policy: The evolution of influence. New York: Oxford University Press.
Light, Donald, Suzanne Keller dan Craig Calhoun. (1989). Sociology. Edisi Kelima. New York: Alfred A. Knopf
www.blogger.com/arieaing.blogspot.com
Ibid.
http://id.wikipedia.org/wiki/Les%27 Copaque Production
www.blogger.com/arieaing.blogspot.com
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta:FE Universitas Indonesia

1 komentar:

  1. Nice article, Great job! Yet, please hindari menggunakan wikipeddia sebagai sumber referensi akademis karena kevalidan fakta cenderung diragukan. Ada beberapa data tanopa referensi seperti kenaikan tingkat penonton AS Nielsen Data darimana dan tahun berapa? Tidak ada endnote?

    BalasHapus