Kamis, 20 Mei 2010

Judul Makalah

Nama : Riana Sopiana
NIM : 209000197


" Penyelesaian Sipadan Ligitan Indonesia - Malaysia : Kegagalan Diplomasi Bilateral yang Dibawa Kemahkamah Internasional"

PERAN OKI DALAM MEREDAM ISLAMOPHOBIA DI EROPA

1
Peran OKI dalam meredam Islamophobia
di Eropa
Nama : Mochamad Erton Arsy Vialy
Angkatan : 2009
Prodi : Hubungan Internasional
M.K : Pengantar Diplomasi
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
OKI (Organisasi Konferensi Islam) merupakan organisasi negara-negara islam atau
yang masyarakatnya mayoritas islam. OKI merupakan organisasi multilateral
terbesar kedua setelah PBB. Organisasi ini didirikan pada 25 September 1969 di
Maroko sebagai reaksi solidaritas negara-negara Islam dalam menentang tindakan
Israel yang membakar masjid Al-Aqsa.1 Hingga kini OKI memiliki 57 negara anggota.
Dewasa ini peran dan fungsi OKI bukan sekadar mengurusi permasalahan Palestina
saja. Banyak isu-isu yang berkembang pada era globalisasi ini. Tingkat kemiskinan
negara-negara anggota menjadi tantangan bagi OKI. Sehingga dibentuklah badan
keuangan OKI yaitu; IDB (Islamic Development Bank).
Peristiwa 9/11 telah memberikan dampak buruk terhadap citra islam di dunia Barat.
Tindakan radikal ini tidak hanya membuat kerugian kepada kelompok garis keras.
Lebih lanjut, Terorisme dan radikalisme menyebabkan meningkatnya Xenophobia di
Eropa terhadap Islam. Xenophobia terhadap islam ini kini dikenal dengan
islamophobia.
Islamophobia terus berkembang di Eropa. Pelarangan pembangunan menara mesjid
di Swiss menjadi pemicu berkembangnya hal serupa di negara-negara Eropa.2 Hal
ini tentu memberikan dampak yang negatif terhadap kebebasan beragama bagi
umat muslim di Eropa.
Islamophobia menjadi isu yang sangat diperhatikan oleh OKI. Pasalnya, pencitraan
buruk terhadap islam ini memberikan diskriminasi-diskriminasi dalam berbagai
1Diakses di http://www.oic-oci.org/page_detail.asp?p_id=52 pada 12 Mei 2010 pukul 22.00
2 “Belgia larang penggunaan cadar” diakses di
http://international.okezone.com/read/2010/04/01/18/318365/belgia-larang-penggunaan-cadar pada 20
April 2010 pukul 21.00
3
aspek terhadap umat islam di Barat. Langkah-langkah moderat telah diambil oleh
OKI untuk memperkenalkan wajah islam sebenarnya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa penyebab islamophobia di Barat?
b. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan OKI dalam memberantas
islamophobia?
c. Mengapa OKI perlu bekerja sama dengan PBB dalam masalah
islamophobia?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Melaksanakan tugas akhir mata kuliah Pengantar Diplomasi
b. Meningkatkan kemampuan analisis terhadap suatu permasalahan
c. Melakukan analisis terhadap kasus islamophobia di Barat yang
merupakan bagian dari low politics.
4
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Organisasi Internasional
Organisasi Internasional merupakan sebuah struktur formal dan berkesinambungan
yang didirikan oleh anggota-anggota baik state actor maupun non-state actor.3
Anggota-anggota organisasi internasional ini berasal dari negara yang berdaulat.
Organisasi internasional diciptakan untuk menggapai kepentingan bersama yan
diformulasikan dalam tujuan organisasinya.
Peran Organisasi internasional menurut Clive Archer ada tiga,4 yaitu:
a. Sebagai instrumen.
Peran Organisasi internasional adalah alat yang digunakan masing-masing
negara anggota untuk mendapatkan kepentingan-kepentingan tertentu.
Kepentingan tersebut berdasar pada politik luar negeri negara-negara
masing.
b. Sebagai arena
Peran organisasi internasional adalah sebagai sarana untuk membahas isuisu
atau masalah-masalah yang dihadapi secara bersama. Sering kali
organisasi internasional digunakan untuk mengangkat permasalahan dalam
negeri sehingga tercipta perhatian dari dunia internasional.
c. Sebagai aktor independen
Organisasi Internasional dapat membuat kebijakan-kebijakan yang bersifat
independen tanpa ada paksaan dari luar organisasi.
3 Anak Agung Banyu Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (cet: II; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006). Hal. 92.
4 Ibid. Hal. 97
5
2.2. Stratifikasi Agama
Stratifikasi agama merupakan pembuatan kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat
berdasar pada agama yang dianut seseorang.5 Stratifikasi ini dapat terbentuk lewat
konstruksi sosial ataupun politik. Dampak stratifikasi agama adalah pembedaan hakhak
yang dimiliki agama A dan agama B. Lebih lanjut sering terjadi diskriminasi
terhadap agama yang dimarjinalkan.
2.3. Two Level Diplomacy6
Menurut Prof D. Putnam sering kali politik domestik dan politik luar negeri suatu
negara saling mempengaruhi, sehingga eksekutif atau pemimpin suatu negara mesti
bernegosiasi dengan legislatif di internal negara (baik secara formal maupun tidak)
untuk bisa meratifikasi perjanjian internasional, selain mesti bernegosiasi di tahap
internasional.
2.4. Multi-Track Diplomacy7
Multi-Track Diplomacy adalah sebuah konsep yang dirancang oleh Louise Diamond
dan rekan-rekannya. Konsep ini merupakan pengembangan peran pemerintah dan
non pemerintah berdiplomasi dalam menangani suatu konflik.
Ada sembilan jalur diplomasi dalam Multi-Track diplomacy ini, yaitu:
a. Pemerintah
b. Resolusi Konflik profesional
c. Bisnis
d. Masyarakat
e. Riset, pelatihan dan pendidikan
f. Aktivis
g. Agama
h. Yayasan atau badan
i. Opini publik
5 Kamanto Sunarto, pengantar sosiologi, ed. (Jakarta:penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2004).hal. 85-92
6 Lihat, Robert D. Putnam, “Diplomacy and Domestic Politics: the logic of two level games”, diakses di
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=4308840 pada 16 Mei 2010
pukul 19.00
7 Lihat, John W. McDonald, “Multi-Track Diplomacy”, diakses di
http://www.beyondintractability.org/essay/multi-track_diplomacy/ pada 16 Mei 2010 pukul 19.30
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Islamophobia dan Faktor-Faktor Penyebabnya
Islamophobia menurut Prof. Maktabi merupakan sebuah sikap yang lebih tepatnya
semacam rasisme anti-islam yang di dalam hal tersebut terkandung unsur kebencian
terhadap agama (islam) tersebut dan melakukan diskriminasi terhadap orang-orang
yang memeluk agama tersebut (islam).8
Islamophobia merupakan sebuah stratifikasi agama. Berdasar observasi yang
dilakukan oleh european monitoring centre on Xenophobia and racism memaparkan
diskriminasi terhadap muslim di eropa terjadi dalam multi aspek.9
Bukti xenophobia agama ini jelas sekali terjadi di negara-negara Eropa. Meskipun
secara formal eropa menerima hadirnya islam ke eropa, namun pada kenyataannya
diskriminasi sering kali terjadi. Pernyataan-pernyataan politisi berhaluan kanan
ekstrim menunjukan rasisme yang tinggi. Hal ini terformulasikan dalam kebijakankebijakan
dalam negeri di negara-negara Eropa yang memarjinalkan islam seperti,
pelarangan penggunaan cadar di Belgia.10
Islamophobia di Eropa adalah suatu paradoks. Sementara Eropa senantiasa
mengagung-agungkan Hak Asasi Manusia ke seluruh pelosok dunia. Tetapi di
teritorialnya sendiri tercipta sebuah stratifikasi agama. Padahal dalam Charter
Fundamental Rights Of European Union pada pasal 10 , 21, dan 22 menjamin
adanya pluraritas kepercayaan yang ada di eropa.11
Paradoks ini merupakan irasionalitas bangsa-bangsa Barat terhadap islam.
Pasalnya, mereka menggunakan indikator kebebasan beragama mereka terhadap
kebebasan beragama umat muslim. Sehingga terjadi kesalahpahaman kebebasan
beragama. Sebagai contoh, Sarkozy menegaskan Perancis tidak menerima
8“islamophobia”, diakses di http://www.salaam.co.uk/maktabi/Islamophobia.html, pada 15 Mei 2010
9lihat “perception of discrimination and islamophobia:voices from members of muslim communities in the
european union”, European Monitoring Centre on racism and islamophobia,2006,hal 43-58
10 “Belgia setujui larangan burka diakses di
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100430_belgianban.shtml, pada 12 April 2010
11 Uni Eropa, Charter of Fundamental Rights of European Union, UU No. 10, UU No. 21, UU No 22. tahun 2000
7
diskriminasi dan pelarangan kebebasan terhadap wanita di Perancis seperti
penggunaan cadar.12
Islamophobia tentu tidak terjadi begitu saja. Setidaknya ,ada tiga faktor yang
menyebabkan perkembangan islamophobia di Eropa. di antaranya adalah:
a. Media Massa
Media massa yang berfungsi sebagai sarana untuk komunikasi dan informasi
pencitraan yang buruk tentang islam. Sebagai contoh media massa Jyllands-
Posten di Denmark pada tahun 2005 mengilustrasikan Muhammad SAW
sebagai seorang teroris dalam sebuah karikatur.13 Selain di Eropa, Kasus
seperti itu pun terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat, Pemimpin redaksi
New Jersey menulis artikel yang menyatakan bahwa Islam merupakan
ancaman internal untuk Amerika Serikat.14
b. Pandangan Barat yang monolitik terhadap islam
Masyarakat Barat mengenal islam dari satu sisi saja – yaitu sisi radikalisme
dalam islam. Mereka (masyarakat Barat) mengenal islam sebagai agama
yang tidak menghargai HAM seperti; kawin paksa, otoriter-diktator, tidak
menghargai hak-hak wanita dsb.
Sebuah survey di 1076 warga Jerman menggambarkan citra islam disana
(Eropa).15 Dalam survey itu memaparkan terjadi peningkatan ketidak
percayaan terhadap islam yang tinggi sejak tahun 2004 ke 2006. Warga
jerman mengenal islam sebagai agama yang tidak demokratis,
mendiskriminasi perempuan, radikal dsb.
Masyarakat eropa mesti mengenal adanya pluraristik dalam islam. Hal
tersebut senada diungkapkan oleh Tarik Ramadan. Beliau berkata, “Hanya
12“Sarkozy says burka “not welcome” in france, diakses di http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/8458831.stm,
pada 14 Mei 2010 pukul 19.00
13
“ PM Denmark Akhirnya Tanggapi Kontroversi Kartun Nabi Muhammad” diakses di
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pm-denmark-akhirnya-tanggapi-kontroversi-kartun-nabimuhammad.
htm pada 14 Mei pukul 19.20
14 lihat “Second Observatory Report on Islamophobia: June 2008 to April 2009 ”, Organization of Islamic
Conference, Damascus; 23-25 Mei 2009. Hal 35
15 Talip Kucukan, “Euro–Muslim and Faces of Islamophobia in Europe”, hal. 9. Paper ini dipresentasikan pada
acara “Hearing on Islam, Islamism, and Islamophobia in Europe”, Council of Europe, Copenhagen:2009
15 Ibid. Hal 10
8
ada satu islam, namun banyak interpretasi dan budaya dalam islam
sendiri.”16
c. Ekstrimis politikus kanan yang konfrontatif
Politikus sayap kanan selalu memberikan propaganda yang buruk kepada
masyarakat Eropa atas islam. SVP (Schweizerische Volkspartei), partai
rakyat Swiss, partai terbesar di Swiss yang dikendalikan oleh politikus sayap
kanan telah menunjukan sikap diskriminatif terhadap islam. SVP
mengusulkan diadakannya referendum undang-undang pelarangan menara
mesjid. Hasil referendum tersebut adalah rakyat Swiss mendukung program
SVP.17
Pada tatanan internasional, Politikus sayap kanan yang mewakili negara-negara
Barat sering mencurigai peran OKI di PBB. Hal ini dibuktikan dengan usaha-usaha
mereka yang menolak implementasi resolusi-resolusi PBB tentang penistaan
agama. Mereka menganggap OKI akan mengikis nilai-nilai kristiani dengan hukum
syariahnya. Barat menggunakan alasan tersebut untuk tidak mengimplementasikan
resolusi PBB dalam konferensi Durban II.18
3.2 Upaya-upaya OKI dalam menghentikan Islamophobia
OKI merupakan organisasi yang bertindak secara moderat dalam menyelesaikan
kasus Islamophobia. OKI melakukan berbagai cara yang sangat diplomatis dalam
memberikan solusi-solusi terhadap Islamophobia di Eropa.
OKI membuat riset khusus dalam menganalisis islamophobia. Isu islamophobia ini
tidak berdasar pada fakta-fakta yang dianalisis secara akurat. Riset ini merupakan
sarana untuk mengumpulkan fakta-fakta dan analisis lebih jauh tentang
islamophobia.
16 “Manifestation of Islamophobia”, Cultural and Social Affairs Department OIC Islamophobia Observatory
Monthly Bulletin, hal. 19, April 2010
17 “Larang Menara Masjid, Swiss Banjir Kritikan”, diakses di
http://www.detiknews.com/read/2009/12/01/114804/1251748/10/larang-menara-masjid-swiss-banjirkritikan
pada 25 April 2010 pukul 20.00
18 “Second Observatory Report on Islamophobia: June 2008 to April 2009 ”, Organization of Islamic Conference,
Damascus; 23-25 Mei 2009. Hal 17
9
Pada bagian ini penulis akan menuliskan beberapa tindakan diplomatis OKI yang
berusaha untuk meredam islamophobia di Eropa. di antaranya adalah
a. Kerjasama OKI dan PBB dalam memberantas ketidaktoleransian antar
agama.19
OKI tidak mungkin mampu melindungi masyarakat muslim yang berada di
luar keanggotaannya. Padahal muslim semakin meningkat jumlah di seluruh
belahan dunia. Oleh karena itu OKI menjalin kerjasama dengan PBB dalam
menangani kasus islamophobia.
PBB merupakan berperan sebagai arena bagi negara-negara di dunia untuk
mengaspirasikan isu atau permasalahan yang terjadi di wilayah tertentu atau
di negara-negara tertentu. Sehingga cocoklah OKI bekerjasama dengan
dalam mengentaskan islamophobia ini.
Sebagai organisasi multilateral terbesar di dunia, PBB memainkan peranan
yang besar dalam menciptakan perdamaian di dunia. Perdamaian di dunia
kini bukan sekadar mengurusi permasalahan ekonomi dan senjata semata.
Islamophobia merupakan salah satu bentuk rasisme agama yang tidak akan
menciptakan harmoni di dunia. Lebih lanjut, tidak mungkin terjadi perdamaian
selama masih ada sikap anti toleransi antar agama dan kepercayaan. Hal ini
tentu membuat PBB tergugah untuk turun tangan dalam kasus islamophobia.
Secara konstitusi, PBB berusaha untuk menciptakan perdamaian dengan
melindungi hak-hak asasi manusia. Peran PBB untuk melindungi HAM dan
kebebasan beragama termaktub dalam tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip PBB
pasal 1 yang no 3 yang berbunyi;
Mengadakan kerjasama internasional guna memecahkan
persoalan-persoalan internasional di bidang ekonomi, sosial,
kebudayaan yang bersifat kemanusiaan, demikian pul dalam
usaha-usaha memajukan dan mendorong penghormatan
terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar
seluruh umat manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin,
bahasa atau agama.20
19 Ibid. Hal 39
20 PBB, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pasal 1 no 3 tahun 1945.
10
Pada realita kerjasama antara OKI dan PBB tercipta dengan baik. Hal ini
dibuktikan dengan dukungan PBB terhadap usulan-usulan yang ditawarkan
sekretaris jenderal OKI untuk menciptakan penghormatan terhadap
kebebasan umat beragama, penghentian rasisme dan xenophobia. Meskipun
pada implementasinya, negara-negara Barat belum mau menerima resolusi
ini.
b. Forum Astana21
Forum Astana adalah sebuah pertemuan antara para menteri luar negeri
negara-negara Islam dan mentri-mentri negara-negara Barat. Pertemuan ini
dilaksanakan di Ibukota Kazakhstan, Astana pada 17 Oktober 2008.
OKI merupakan salah satu penyelenggaranya Forum Astana ini. Sekretaris
jendral OKI, Ihsanoglu dalam pidatonya menyampaikan pandangannya
bahwa dia mengakui perbedaan dunia islam dan barat. Menurut beliau
perbedaan ini mampu dipromosikan menjadi sarana untuk saling mengetahui
dan menghormati budaya, nilai-nilai antara islam dan barat.
Forum Astana ini menghasilkan deklarasi yang berisi beberapa butir
kesepakatan. Pada intinya, menghasilkan kesepakatan untuk saling
menghargai perbedaan dan meningkatkan toleransi antar kebudayaan dan
agama. Kedua belah pihak pun menyetujui untuk menghadiri interfaith
dialogue yang diundang oleh King Abdul Aziz.
c. Interfaith Dialogue22
Dialog lintas agama merupakan acara yang dirancang oleh Raja Abdullah bin
Abdul Aziz Al-Saud. Acara ini berlangsung dalam tiga putaran, pertama di
Mekkah pada 4-6 Juni 2008, lalu di Madrid pada 16-18 Juli 2008, dan terakhir
di kantor pusat PBB, New York 12-23 November 2008. Pertemuan ini dihadiri
oleh banyak pemimpin negara-negara di Dunia. Pada keseluruhan pertemuan
tersebut, para kepala negara menyadari bahaya ketidak toleransian antar
agama, pentingnya meningkatkan saling pengertian dan menghormati dalam
21 Lihat “Second Observatory Report on Islamophobia: June 2008 to April 2009 ”, Organization of Islamic
Conference, Damascus; 23-25 Mei 2009. Hal 41
22 Ibid. Hal 43
11
perbedaan antar agama, dan berupaya untuk menghukum terhadap segala
bentuk hinaan simbol-simbol suci keagamaan.
d. Pertemuan dengan presiden parlemen eropa di Riyadh23
Pertemuan antara delegasi OKI dan presiden parlemen Eropa, Hans-Gerts
Pottering ini berlangsung di Riyadh pada 23 Desember 2008. Pertemuan
dengan nuansa persahabatan ini berisi tentang pertukaran pandangan antara
kedua belah pihak. Kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan
kerjasama dan dialog lintas agama. Pada kesempatan ini OKI mendesak
presiden parlemen eropa untuk membantu meningkatkan dialog antar dunia
islam dan barat ke seluruh eropa. Sehingga tidak ada salah pengertian
masyarakat eropa terhadap islam.
Bila presiden parlemen eropa memiliki inisiatif untuk menjalankan desakan
OKI, maka pastinya dia EU akan melakukan two level diplomacy. Meskipun
EU merupakan aktor hubungan internasional yang independen dalam mebuat
kebijakan luar negerinya, namun belum tentu mampu menekan negaranegara
anggotanya untuk memberantas islamophobia.
23 Ibid. Hal 45
12
BAB IV
PENUTUP
3.1. kesimpulan
a.Tidak adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang islam oleh orang Eropa
menjadi salah satu penyebab terjadinya islamophobia. Sehingga media massa yang
berhaluan kanan ekstrem mampu mengartikulasikan kepentingan politiknya dengan
menggambarkan pencitraan yang buruk tentang islam. Kepentingan politik segelintir
orang pun mewarnai tindakan diskriminasi berbau rasisme ini.
b. Upaya OKI dalam memberantas Islamophobia di Eropa menggunakan
pendekatan-pendekatan cara-cara yang moderat dan diplomatis. Hal ini jelas
ditunjukan dengan insiatif OKI untuk menciptakan forum-forum pertemuan dunia
Islam dan Barat.
c. OKI perlu bekerja sama dengan PBB sebab Persatuan Bangsa-Bangsa
merupakan organisasi terbesar di dunia. Bekerjasama dengan PBB mampu
memberikan tekanan kepada Barat untuk menghormati dan menghargai eksistensi
islam di Eropa dan Amerika.
13
DAFTAR PUSTAKA
Banyu Perwita, Anak Agung. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional cet: II.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Sunarto, Kamanto. pengantar sosiologi. ed.Jakarta:penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004
PBB. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 1 no 3 tahun 1945
Uni Eropa.Charter of Fundamental Rights of European Union. UU No. 10, UU No.
21, UU No 22. tahun 2000
“Second Observatory Report on Islamophobia: June 2008 to April 2009 ”.
Organization of Islamic Conference. Damascus; 23-25 Mei 2009
“perception of discrimination and islamophobia:voices from members of muslim
communities in the european union”, European Monitoring Centre on racism and
islamophobia,2006,hal 43-58
Talip Kucukan, “Euro–Muslim and Faces of Islamophobia in Europe”, hal. 9. Paper
ini dipresentasikan pada acara “Hearing on Islam, Islamism, and Islamophobia in
Europe”, Council of Europe, Copenhagen:2009
14
http://www.oic-oci.org/page_detail.asp?p_id=52 pada 12 Mei 2010 pukul 22.00
“Belgia larang penggunaan cadar” diakses di
http://international.okezone.com/read/2010/04/01/18/318365/belgia-larangpenggunaan-
cadar pada 20 April 2010 pukul 21.00
Robert D. Putnam, “Diplomacy and Domestic Politics: the logic of two level games”,
diakses di
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=4308840
pada 16 Mei 2010 pukul 19.00
John W. McDonald, “Multi-Track Diplomacy”, diakses di
http://www.beyondintractability.org/essay/multi-track_diplomacy/ pada 16 Mei 2010
pukul 19.30
“islamophobia”, diakses di http://www.salaam.co.uk/maktabi/Islamophobia.html,
pada 15 Mei 2010
“Belgia setujui larangan burka diakses di
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100430_belgianban.shtml, pada 12
April 2010
“Sarkozy says burka “not welcome” in france, diakses di
http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/8458831.stm, pada 14 Mei 2010 pukul 19.00
“ PM Denmark Akhirnya Tanggapi Kontroversi Kartun Nabi Muhammad” diakses di
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pm-denmark-akhirnya-tanggapi-kontroversikartun-
nabi-muhammad.htm pada 14 Mei pukul 19.20
“Larang Menara Masjid, Swiss Banjir Kritikan”, diakses di
http://www.detiknews.com/read/2009/12/01/114804/1251748/10/larang-menaramasjid-
swiss-banjir-kritikan pada 25 April 2010 pukul 20.00
15

Rabu, 05 Mei 2010

HEIDY ENTRY AMANAH
:: Penyelesaian Konflik RI-GAM di Aceh Pasca Pemerintahan Megawati
FITRIA RUTHI MAHARANI
:: Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image
Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia.

Selasa, 04 Mei 2010

Judul Makalah

Nourmala S. Widyasari : "China dan India; Resolusi Konflik Perbatasan Dua 'Macan Asia'."

Reny Rifelina : "Pemanfaatan Oil Weapon Rusia dalam Kerjasama dengan Ukraina"

Lesly Agistania: "Peran Liga Arab dalam penyelesaian konflik perselisihan Israel dan Palestina"