tag:blogger.com,1999:blog-58341701711039627762024-02-08T06:56:50.212-08:00DiplomacyDiplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-80456988068753166452010-06-02T23:37:00.000-07:002010-06-02T23:37:15.793-07:00HUBUNGAN DIPLOMASI INDONESIA DENGAN CHINA MENGENAI FREE TRADE AREANAMA : PUTRI SHABRINA AMANDA<br />
NIM : 209000308<br />
<br />
BAB<br />
I<br />
I.I Latar belakang<br />
Hubungan indonesia dan cina sudah terjalin 60 tahun. Pada 13 april 2010, merupakan momentum eratnya hubungan diplomatik kedua negara. Selama rentang waktu itu , hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Sejumlah persoalan selalu muncul meski masih satu rumpunan Asia. Kendatipun ,sejumlah pihak percaya keduanya memiliki banyak potensi yang saling mengunrungkan dimasa mendatanf.<br />
Cina kini makin digdaya sebagai negara dengan perekonimian terkuat di dunia. Ketika negara adidaya , Amerika Serikat (AS) , jepang dan jerman masih tertatih-tatih bangkit dan keterpurukan perekonomian akibat hantaman krisis ekonomi global , china justru memperkokoh fundamental perekonomian.<br />
Bank Pembangunan Asia (ADB) pun tak ragu menunjuk perekonomian china dan india sebagai pendorong meningkatnya prospek perekonimian di wilayah Asia, setelah pertumbuhan di semester 11-2009 mengalami kenaikan . Dalam laporannya ADB memproyeksikan negara-negara ini akan berada pada jalur cepat pemulihan.<br />
Pertumbuhan 2009 negara berkembang Asia sebesar 5,2 persen atau diatas prediksi awal. Ini menandai keberadaan rebound yang sehat pada 2009 saat terjadi pelemahan ekonomi global. <br />
Kembali pada hubungan indonesia dengan cina , kedua negara memiliki kepentingan yang sama. Cina ingin terus melebarkan pasarannya ,dengan menggandeng sejumlah kawasan Asia , khususnya Indonesia . Begitu sebaliknya , Indonesia mengandalkan china sebagai bagian proyek penguatan pasar ekspor , disaat negara-negara tujuan ekspor tradisional mengalami kesulitan.<br />
Merunut kebelakang , setelah memburuknya hubungan negara kembali menjalin hubungan diplomatik pada 8 agustus 1990 , dan seterusnya semakin mantap dan kaut bahkan telah ditandatangani deklarasi bersama kemitraan strategis. Kemitraan strategis kedua negara ditandatangani pada 25 April 2005 di Jakarta oleh Presiden RI , Susilo Bambang Yudhoyono , dan prisiden china , Hu Jinanto , dengan tujuan menjadi kerangka atau platfrom dalam meningkatkan kerja sama bilateral yang lebih pragmatis.<br />
Dokumen dimaksud menunjukan komitmen kedua belah pihak untuk saling melengkapi upaya masing-masing dalam mencapai tujuan nasional di samping dalam membangun kerjasama ditingkat regional maupun global.<br />
Pada 2009 , berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik RI m nilai perdagangan telah mencapai 25,5 miliar dolar AS . Implementasi kesepakatan perdagangan bebas ASEAN –china yang mulai berlaku pada 1 januari 2010 diharapkan dapat lebih mendorong aktivitas perdagangan lebih jauh.<br />
Kerjasama itu , meliputi ekonomi , seperti pembangunan proyek , hingga kerjasama budaya , seperti pendirian pusat pengajaran bahasa mandarin di beberapa universitas .Mari menambahkan, hal-hal khusus yang akan dibahas tersebut , antara lain adanya target-target baru untuk hubungan kedua negara. Terpenring , kedua negara tersebut harus makin mendewasakan diri dalam membina hubungan etelah berpuluh tahun melalui pasang surut dan naik turun.<br />
<br />
I.II Rumusan Masalah<br />
Maka dalam makalah ini akan diangkat isu mengenai, bagaimana hubungan indonesia dengan china dalam menjalani free trade area ?<br />
<br />
I.III Kerangka Teori<br />
Tepat tanggal 1 januari 2010 diberlakukan free trade agreement (FTA / perjanjian perdagangan bebas ) ASEAN-China. Negra-Negara ASEAN yang termaksud yaitu : Indonesia , malaysia , singapore , brunai , vietnam , filiphina , kamboja , laos , thailand dan myanmar . Adapun hasil kesepakatannya yaitu bea masuk produk manufaktur china ke ASEAN , termaksud Indonesia , ditetapkan maksimal 5% , sedangkan di sektor pertanian 0% tanpa pajak sama sekali . Kerangka kerja sama FTA ASEAN – China sebenernya telah di sepakati pada tahun 2002 dimasa pemerintahan megawati dan baru dilaksanakan pada yanggal 1 januari 2010 . Namun baru akhir pengunjung tahun 2009 ini indonesia menyurahkan keberatannya .<br />
Bagi Indonesia sendiri , Menurut berita yang saya baca , pasar bebas ASEAN ,dan China ini dirasakan merugikan bagi kalangan pengusaha lokal , industri lokal dan sektor pertanian . Hal ini dikarenakan persiapan Indonesia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN-China masih dirasa kurang. Kondisi ini berbeda dengan China yang sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan yang mantang . Apalgi akhir-akhir ini sebelum pasar bebas diberlakukan , Indonesia sudah di banjiri produk-produk dari china yang harga dan kualitasnya lebih bersaing dari produk lokal . <br />
Untuk pasar bebas 2010 ini , produk dari china yang akan membanjiri pasar indonesia yaitu komoditas pertanian seperti buah-buahan , gula dan bahkan beras sampai dengan produk industri manufaktur seperti tekstil , mainan , dan elektronik akan memasuki indonesia dengan muran dan tentu saja kualitasnya tidak berbeda dengan produk lokal . Apalagi china sudah memasok kebutuhan yang dicari konsumen indonesia kedepannya . Hal ini akan mematikan industri kecil menengah (IKM) dan kawasan ekonomi dan industri akan terancam bubar . Produk kita akan kalah di negeri sendiri . Di lokal saja kita sudah kalah , apalagi kita mau mengadakan impor ke china . Akibatnya akan berpengaruh terhaap perekonomian bangsa ini .<br />
Ada yang menarik mengapa china bisa menjual produk dengan harga yang bersaing . Hal ini dikarenakan china bukan saja menjadi produsen sekala besar , tetapi juga telah membangun sebuah jaringan perdagangan yang kuat dan terpadu , di seluruh dunia . Selain itu upah buruh murah dan industri pokok masal yang sudah terotomasi meningkatkan kemampuan produksi . Prinsip dari ‘oranf-orang china “untung sedikit tidak apa-apa , asalkan dagangan bisa cepat laku dan kontinu”. Juga telah menanamkan tingkat perpuratan uang yang cepat .<br />
Kita tidak bisa menghindar dari pasar bebas tersebut , namun seharusnya pemerintah juga harus melindungi industri lokal dalam negeri . Kebijakan-kebijakan yang menguntungkan industri lokal juga harus di keluarkan , investor di undang dan ditingkatkan , dan tentu saja bagi kita sebagai warga negara indonesia kita harus menanamkan sikap untuik selalu menggunakan produk dalam negeri karena sebernya produk kita tidak kalah dengan produk asing , dan tentu saja akan membantu perekonomian negara kita .<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB<br />
II<br />
<br />
II.I Perjanjian free trade area <br />
Pemerinth melalui menteri perdangan pada tanggal 28 februari 2009 lalu bersama sejumlah menteri perdagangan ASEAN , Australia dan Newzeland telah mendatangani persetujuan perdagangan bebas ASEAN-Australia-selandia baru , atau AANZ-FTA (ASEAN,Australia,Newzeland Free Trade Area), yakni perjanjian kerja sama untuk melakukan perdagangan bebas di antara negara-negara tersebut . Sementara itu perjanjian ASEAN-China sudah akan mulai berlaku sejak bulan januari 2010.<br />
Bahkan menteri perdagangan ASEAN juga telah membahas kerangka kerja penyusutan FTA dengan Uni Eropa dan India . Pokok dari perjanjian tersebut adalah masing-masing Negara akan menurunkan tarif bea masuk barang dan jasa dari negara-negara yang terlibat perjanjian menjadi 0% dengan tahapan-tahapan yang telah di sepakati . Pada perjanjian AANZA-FTA , sekitar 86% dari pos tarif Indonesia bertahap akan menjadi 0% pada 2015 , atau sekitar 13 % tarif menjadi 0% pada 2009 . Dari Australia, 92% menjadi 0% pada tahun pertama . Lebih dari 70 % pos tarif selandia baru juga langsung 0% di tahun pertama .Sementara produk perternakan , seperti daging dan susu , dari kedua negara itu dinolkan pada 2017-2020.<br />
Padahal jika di cermati perjanjian tersebut justru merugian Indonesia . Selama ini misalnya neraca perdagangan non migas Indonesia baik dengan Austrlia dan New Zealand selalu negativ . Artinya tanpa perdagangan bebas pun , Indonesia lebih banyak mengimpor barang dari kedua negara tersebut . Auatrlia selama ini dikenal sebagai pemasok utama susu daging sapi dan sejumlah bahan pangan ke Indonesia .<br />
Jika tarif di turunkan menjadi 0% maka dapat dipastikan ketergantungan pada impor akan semakin tinggi . Sementara itu pertanian yang kini terseok-seok akibat gempuran produk-produk impor akan semakin terpukul . Sekedar catatan hingga saat ini Indonesia mengimpor sejumlah produk pertanian antara lain : gandum sebanyak 100% dari total kebutuhan gandm dalam negeri , kedelai 61% , gula 31% , susu 70%, daging sapi 50% , garam 66% , dan kapas sebanyak 80% . china akan lebih dominan dari negara-negara ASEAN , ketika perdagangan bebas ASEAN China diperlakukan 1 januari 2010 . Perdangan bebas ASEAN-China akan berdampak kepda tidak seimbangnya neraca perdagangn antara china dengan negara-negara ASEAN , termaksud Indonesia .China lebih menguasai perdagangan karena produktivitas yang tinggi dan tenaga kerja yang masal. Disaat bersamaan negara china agresif mendoronf ekspor ke luar negeri dengan kebijakan yang bersaing . China menerapkan tarif pajak hingga 0% . Hal ini menekan harga ekspor . Dengan produktifitas massal , biaya produksi produk-produk china rendah karena biaya perunit lebih rendah.<br />
Produk-produk yang murah tersebut , membanjiri pasar-pasar nasional dengan harga murah .Indonesia lalu dipaksa menampilkan produk-produk yang memiliki keunggulan komperatif tertentu , seperti batik dan melakukan subtitusi impor dengan berupaya mengatasi masalah-masalah impor . Indonesia sulit menjadwal ulang perdagangan bebas ASEAN-China karena kesepakatannya cukup lama . Tang bisa dilakukan adalah bagaimana negara-negara tersebut menghindari praktik-praktik yang tidak sehat dalam perdagangandampak buruk indonesia.<br />
Perdagangan ASEAN-China per 1 januari 2010 akan membuat banyak industri nasional gul;ung tikar karena kalh bersaing. Akibatnya , angka pengangguran diperkirakan melonjak. Pengusaha Indonesia yang mampu bersaing dengan china akan gulung tikar atau mengurangi kapasitas produksinya . Meski perdagangan bebas itu bisa juga berdampak signifikan pada industri nasional , karena neraca perdagangan indonesia-china pernah mencatat surplus US$ 300 juta , tahun lalu indonesia sudah mencatat defisit US$ 4 miliar . Terbesar di sektor nonmigas. Dalam jangka pendek perdagangan bebas ASEAN-China ini lebih banyak mengidikasikan kerugian di banding keuntungan. Pemerintah kurang mempersiapkan industri dalam negeri bersaing seimbang dengan industri ASEAN ,khususnya china.<br />
Neraca perdagangan Indonesia-China menunjukan defisit yang terus membesar semenjak tahun lalu. Indonesia dengan kekuatan pasar domestik 230 juta penduduk merupakan target pasar yang sangat besar , yang pasti akan segera di sambar industri negara tetangga. Perdagangan bebas akan mempercepat proses deindustrialisasi dan mempersempit kesempatan kerja.<br />
Kesepakatan perdagangan bebas yang telah dilakukan sejak delapan tahun lalu itu malah akan memperburuk sektor manufaktur . menjelang diimplementasikan bulan depan , kesepakatan itu mulai menuai masalah yang mengkhawatirkan . Celakanya baru sepekan terakhir tujuh instansi baru mulai menghintung kemungkinan daya tahun manifaktur indonesia . Dari faktor kerugian dalam jangka pendek perdagangan bebas itu antara lain akan membuat perusahaan yang tidak efesian bangkrut . Akibat barang impor menjdai lebih murah , volume impor barang konsumsi naik sehingga menghabiskan devisa dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sulit menguat. <br />
Perusahan juga cenderung akan menahan biaya produksi melalui penghematan tenaga kerja tetp , sehingga job security tenaga kerja menjadi rapuh dan angka pengangguran akn meningkat . Dalam jangka pendek perdagangan bebas itu membuat angka pengangguran membengkak lagi ke level di atas 9,5% jika sekitar 700 jenis produk terpaksa “hialng” karena akan bersaing dengan produk china. Padahal sektor industri merupakan sektor kedua terbesar setelah pertanian dalam penyerapan tenaga kerja . Situasi ketenagakerjaan ini tampaknya akan menjadi penyakit kronis yang bisa merapuhkan fudamental ekonomi indonesia. Perdagangan bebas akan menjadi masalah baru dalam ketenagakerjaan di indonesia .<br />
Dalam jangka pendek , tampaknya indonesia akan mengalami neto negativ yang tidak hanya merugikan sektor industri dan ketenagakerjaan , tapi juga penerimaan negara pajak..<br />
<br />
II.II Dampak Free trade area bagi indonesia <br />
Dampak free trade area bagi indonesia , sejak 1 januari 2010 memulai free trade agreement di sektor 14 industri . ternyata dampaknya bagi industri dalam negeri negatif. Dampaknya pemerintah jakarta meminta penudaan pelaksaan untuk jangka waktu tertentu . Menurut Kusanto Anggoro kesalahan pertama di buat di tingkat departemen , perindustrian dan perdagngan indonesia , yang punya visi dan misi berbeda mengenai perdangan bebas . <br />
Kelihatanyya ada semacam birokrasi politik atau tidak ada semacam pembicaraan di antara mereka-mereka yang bernaung khusunya di bawah departemen keungan , departemen perdagangan dan perindustrian . Sudah sejak lama , sejak fahmi idris menjabat menteri perindustrian sudah mulai ada perbedaan pandangan mengenai apakah ASEAN – China AFTA itu bisa dilaksankan 1 januari 2010 .<br />
Beberapa pengamat amerika mulai menggunakan beberapa istilah bahwa china mulai menggunakan soft power , dlam memperkembangkan pengaruh dan kerjasama dalam sasaran global di banyak tempat . Mulai dari Asia Tenggara , Timur Tengah dan bahkan hingga ke Afrika . Praktis china mendapat ruang yang amat kuat . <br />
Persoalan ketika Indonesia dan dalam hal ini bersama dengan ASEAN , berhadapan dengan china , bagaimana ASEAN harus mempertahankan diri . Di satu sisi indonesia dihadapkan pada soal tidak mungkin untuk melaksanakan diplomasi sendirian , atas basis bilateral , tapi disisi lain indonesia juga ikut dalam percaturan perdgngan yang lebih global . Apalgi dalam konteks perekonomian , antara china dan indonesia berbeda dengan indonesia – jepang . Antara indonesia jepang lebih ada saling ketergantungan , sementara dengan china – indonesia punya persamaan komoditi , dan pada prinsipnya lebih kompotitif .<br />
Perdagangan antara negara-negara si Asia Tenggara dengan China dinilai bisa menguntungkan Indonesia jika aturan-aturan dan formatnya benar-benar di aplikasikan dengan benar.<br />
Diakui , China bisa saja akan lebih jauh dominan di banding negara-negara di ASEAN ketika perdagangan bebas diberlakukan .China bisa saja lebih menguasai perdagangan karena produktivitas tenaga kerjanya yang tinggi dan mampu memproduksi secara massal. <br />
Indonesia sendiri harus menentukan format-format yang tepat agar perdagangan bebas ASEAN-China tersebut tidak sampai mematikan industri di dalam negeri.China jauh lebih agresif mendorong ekspor ke luar negeri dalam bentuk skim-skim kebijakan dan mendorong industri bersaing secara produktif . china bahkan menerapkan tarif pajak hingga 0% yang secara langsung menekan harga ekspor.<br />
Melihat dampak yang luar biasa merugikan tersebut sebaiknya harus dilakukan antisipasi yang cepat dan menyeluruh. Langkah segera yang dapat di upayakan adalah pemerintah negoisasi ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal menundanya , terutama untuk sektor-sektor yang belum siap .<br />
Indonesia perlu melakukan produk untuk melindungi industri nasional . Mialnya , garmen Indonesia dibebaskan masuk ke negara lain , sementara industri makanan dibolehkan masuk. Pemerintah mencabut pungutan restribusi yang memberatkan dunia usaha di daerah agar industri lokal menjadi kompetitif.perbatasan provinsi.pelabuhan Tanjung Priok , jakarta adalah satu pintu masuk barang ke Indnesia , termaksud dari china dan negara lainnya.Meski serbuan impor barang dari china diprediksi terjadi 3 bulan mendatang , pemerintah hanya bisa membendung barang impor melalui mekanisme non tarif . Pengetatan pemeriksa barang masuk di pelabujan harus dilakukan karena negara lain juga melakukan hal sama.Memang pengetatan pemeriksaan barang impor dalam jangka pendek bisa menahan serbuan produk china.Namun , pemerintah agaknya masih harus bekerja keras agar industri di Tanah Air bangsa bisa bersaing dengan produk impor yang lebih murah .<br />
Disisi lain , pemerintah menyiapkan industri domestik agar lebih kompetitif dengan produk china serta memberikan kemudahan dalam bentuk pendanaan atau lainnya. Pemerinyah harus memperbaiki sebagai kebijakan ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas .Pemerintah sebaiknya mengaktifkan rambu-rambu nontarif , seperti safeguard (jaring pengamanan) dan dumping , yang selama ini dimilai tak punya gigi oleh para pengusaha.<br />
Selain itu masalah pnyelundupan harus diselesaikan agar daya saing produk Indonesia bisa tercapai. Pasalnya , diluar penurunan tarif nol , sekarang disinyalir sinyal banyak produk ilegal yang masuk . Kalau tarifnya zero , berarti sudah tidak bisa ketahuan lagi , mana yang ilegal dan legal dengan tarif zero . Tetapi secara jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak bisa di pertahankan . Sebagai bagian dari masyarakat dunia , bangsa ini tidak bisa mengelak dari kebijaksanaan global tersebut . Masyarakat industri harus berjuang dengan keras untuk memenangkan persaingan global yang semakin emngancam . Dibutuhkan kejelian dan kreatifitas untuk dapat menembus persaingan ketat tersebut . beberapa hal yang menjadi kelemahan barang industri china adalah kualitasnya . kelemahan ini harus di manfaatkan oleh pelaku industri di indonesia.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB<br />
III<br />
<br />
Kesimpulan<br />
<br />
Hubungan diplomasi Indoneia dengan china sangat berjalan dengan baik . Contohnya saja dalam Free Trade Area , kedua negara tersebut bisa bekerjasama dengan baik dan saling menguntungan . Tidak terhadap satu negara saja , tetapi bagi Indonesia banyak yang menguntungkan contohnya saja dalam bidang ekonomi , china sangat membantu dalam pemasukan barang ke indonesia dan pasar di Indonesia pun berlaju dengan pesat akibat dari pemasukan barang dari china. Sedangkan di Indonesia pun banyak yang berminat terhadap barang-barang cina . <br />
Walaupun ada berbagai dampaknya terhadap perjanjian Free Trade Area tetapi Indoneisia tetap berhubungan baik dengan china dan sampai sekarang pun tidak ada satupun yang menghalangi hubungan diplomasi terhadap kedua negara tersebut .<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
www.google.com//hubungandiplomasiindonesiadenganchina <br />
www.google.com//freetradeareaDiplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-7295563164649796112010-06-02T22:27:00.001-07:002010-06-02T22:27:12.399-07:00<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5Cray%27s%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cray%27s%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cray%27s%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:.5in;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:.5in;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1081755289;
mso-list-template-ids:1665587318;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level2
{mso-level-start-at:4;
mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l0:level3
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l0:level4
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.75in;}
@list l0:level5
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-1.0in;}
@list l0:level6
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-1.0in;}
@list l0:level7
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.5in;
text-indent:-1.25in;}
@list l0:level8
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.5in;
text-indent:-1.25in;}
@list l0:level9
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.75in;
text-indent:-1.5in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">NAMA : Suci R. Baadilla<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">NIM : 209000319<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">TUGAS : Pengantar Diplomasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">BAB 1.1<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">LATAR BELAKANG <o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-MALAYSIA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Hubungan bilateral antara kedua ini sudah terjalin sejak lama. Sejak 31 agustus 1957 resmi dinyatakan terjalin dan pada saat itu juga Indonesia termasuk salah satu dari 14 negara yang mengakui kemerdekaan iplomat akan tetapi, selalu terjadi perseteruan antar kedua iplom ini. Pada tahun 2010 semakin memburuk. Karena pada tahun-tahun sebelumnya selalu ada situasi menegangkan antara kedua iplom. Entah itu soal budaya,iplomatic,perdagangan hingga iplom. Hubungan kedua Negara sebenarnya terjalin jauh sebelum masing-masing Negara merdeka. Pada masa kerajann sriwijaya pada abad ke-7 sampai pada masa berdirinya kerajaan samudera pasai pada abad ke 17 serta pada masa penjajahan hubungan kedua Negara dapat dikatakatan harmonis. Hubungan antar Negara dan kekerabatannya terjalin dengan erat satu sama lain. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Oleh sebab itu hingga sekarang banyak berbagai macam keturunan asli Indonesia menetap dan tinggal di semenanjung Malaysia seperti keturunan jawa berdiam diri di sekitar pantai barat johor , Selangor , perak. Keturunan bugis banyak tersebar di pantai timur johor , Pahang dan Terengganu. Keturunan aceh berdiam di sekitar pulau pinang , kedah dan perak. Keturunan batak mandailing tersebar di Selangor dan perak sedangkan keturunan kerinci berdiam diri di sekitar Pahang dan Selangor. Keturunan minangkabau tersebar di negeri Sembilan, Melaka dan Selangor dan keturunan banjar tersebar di perak serta Pahang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pada awalnya hubungan bilateral antar kedua Negara juga sempat mengalami era konfrontasi pada tahun 1963-1965. Namun dengan visi jauh ke depan, para pemimpin kedua Negara telah mengambil sikap yang bijak untuk segera memulihkan hubungan dan bahkan menjadi pelopor dalam pembentukan organisasi regional ASEAN , 1967. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Intensitas kunjungan dan komunikasi antar kedua pemimpin Negara Indonesia-malaysia dinilai cukup tinggi. Sejak februari 2005, presiden RI telah 4 kali berkunjung ke kuala lumpur. Terakhir, presiden RI berkunjung ke Malaysia pada 6-8 juli 2008 dalam rangka menghadiri KTT D-8.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Selain itu wapres RI sendiri telah berkunjung 3 kali, yaitu pada mei 2005, juli 2007 untuk memperoleh gelar HONORIS CAUSA dari university Malaya dan pada tanggal 30 agustus untuk menghadiri 50 tahun kemerdekaan Malaysia. Sedangkan PM Abdullah badawi telah berkunjung ke Indonesia sekurangnya 8 kali sejak januari 2004 dan deputi PM najib tun razak sebanyak 7 kali. Yang DI-pertuan agong Malaysia telah berkunjung ke Indonesia sebanyak 2 kali sejak januari 2006</span><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif";">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">BAB 1.2<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">PERUMUSAN MASALAH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1. Bagaimana agar hubungan diplomatik antara Indonesia-malaysia bsa berjalan dengan lancer tanpa adanya hambatan?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2. apa sikap yang ditunjukkan warga Negara kedua Negara pada saat terjadi konfrontasi pada tahun 1962-1966?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3. apakah kedua Negara yang selalu dikenal satu rumpun sudah saling mengenal satu sama lain dengan baik? <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">BAB 1.3<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraph" style="text-indent: -0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Konfrontasi adalah sebuah perang mengenai masa depan pulau Kalimantan, antara Malaysia dan Indonesia 1962-1966 perang ini bisa terjadi dikarenakan keinginan Malaysia untuk menggabungkan brunei, sabah dan serawak dengan persekutuan tanah melayu pada tahun 1961. Keinginan itu ditentang oleh presiden soekarno yang menganggap Malaysia sebagai” boneka” britania.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tahun 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah kerajaan brunei dan dua koloni inggris ; Sarawak dan britania borneo utara, kemudian dinamakan mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan semenanjung Malaya untuk membentuk Malaysia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Rencana ini ditentang oleh pemerintah Indonesia ; presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah control inggriss di kawasan ini, sehingga megancam kemerdekaan Indonesia. Fiipina juga membuat klan beim atas sabah, dengan alas an daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalu kesultanan sulu. Di brunei tentara nasional Kalimantan utara memberontak pada tanggal 8 desember 1962. Mereka mencobamenangkap sultan brunei, lading minyak dan Sandera orang eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan orang inggris. Dia menerima pasukan inggris dan gurka dari singapura. Pada 16 desember,komando timur jauh inggris mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada tanggal 17 april 1963, pemimpin pemberontakan di tangkap dan pemberontakan berakhir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pada 27 juli , sukarno mengumumkan bahwa dia akan mengganyang Malaysia pada 16 agustus, pasukan dari regimen askar melayu diraja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia. Keteganggan berkembang di kedua belah pihak selat malaka. Dua hari kemudian para kerusuhan membakar kedutaan britania di Jakarta. Di Malaysia, agen Indonesia di tangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di kula lumpur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">AKHIR KONFRONTASI<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Menjelang akhir 1965, jendral soeharto memegang kekuaasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI. Oleh karena konflik domestic ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia jadi berkurang dan peperangan pun mereda. Pada tanggal 28 mei 1966 di konfrensi di Bangkok, kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesain konflik.kekerasan berakhir bulan juni dan, perjanjian perdamaian ditandatangani pada tanggal 11 agustus dan diresmikan 2 hari kemudian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">HUB UNGAN BILATERAL RI-MALAYSIA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">a.konsultasi tahunan tingkat kepala pemeerintahan terakhir di selenggarakan di putera jaya pada tanggal 11 january 2008 dan telah membahas isu penting dalam bidang politik, hankam , social ekonomi,budaya dan pendidikan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">b. pembentukan eminent persons group ( EPG ) salh satu kesepakatan konsultasi tahunan 2008 adalah pembentukan EPG /dewan pakar guna menyusun rekomendasi sehubbungan isu2 bilateral serta dapat menyampaikan rekomendasi yang menjadi rujukan pemerintah kedua Negara.EPG di resmikan oleh presiden RI dan PM Malaysia di sela-sela penyelenggaraan KTT D-8 di kuala lumpur pada 8/9 oktober 2008. Beberapa ha <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">l yang diangkat dari pertemuan kali ini antara lain : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">- penggunaan bahasa Indonesia atau melayu dalam pelaporan / rekomendasi EPG kepada kepala pemerintahan. Penggunaan bahasa inggris hanya sebagai refrensi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">- rencana penyelenggaraan dialog kesejarahan dan dialog budaya pada November 2008 di batam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">- pembahasan pembentukan tim kecil untuk menangani TKI yang di pekerjakan secara illegal oleh pihak Malaysia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">- mendorong kerja sama antar UKM dan KADIN kedua Negara yang bersangkutan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">- penyelenggaran intermedia dialog secara berkala pada kedua Negara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">- pelaksanaan kunjungan muhibah antar kalangan media kedua Negara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pertemuan EPG selanjutanya akan dilaksanakan pada 12 – 13 november 2008 di Indonesia dan di Malaysia pada 22 – 23 desember 2008<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">c. <i>General border committee</i> (GBC)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">GBC merupakan badan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Malaysia dalam bidang militer dan pertahanan.sidang GBC diselenggarakan setiap tahun dengan tempat penyelenggaraan secara bergantian di lakukan di Negara Indonesia dan Negara Malaysia. Sejak tahun 1971 sampai pada saat sekarang ini siding telah berlangsung sebanyak tiga puluh enam kali.sidang kie tiga enam GBC telah dilangsungkan di Negara Malaysia pada tanggal 11 hingga 15 desember 2007.beberapa kesepakatan untuk memperluas kerjasama Indonesia dan Malaysia antara lain kerja sama di bidang operasi pengamanan pada perbatasan, kunjungan antar pejabat kedua belah Negara pada tingkat panglima komando,pertukaran kunjungan para perwira kedua belah Negara, pendidikan maupun latihan gabungan bagi ketiga matra TNI dengan ATM (angkatan tentara Malaysia).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dampak positif dari kerjasama kedua belah pihak Negara tersebut adalah hubungan kedua angkatan bersenjata kedua Negara yang mengedepankan profesionalisme tentara namun tetep professional dan kritisdalam menanggapi isu – isu yang terjadi diantara kedua Negara. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">HUBUNGAN DAGANG DAN DIPLOMATIK KEDUA NEGARA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Seperti yang selama ini kita ketahui bersama ketegangan yang terjadi diantara Negara Indonesia dan Negara malaysia selalu membawa dampak atau kerugian bagi kedua Negara. Contohnya yang terjadi pada sector perdagangan dan perekonomian ini merupakan salah satu sector yang bakal terancam apabila peroalan ini terjadi terus menerus dan tidak segera di tuntaskan.contoh – contoh kasus yang terjadi diantara Malaysia dan Indonesia adalah kasus ambalat, kasus penganiayaan TKI yang sering terjadi, pemukulan wasit karateka Indonesia, sampai kebrutalan pasukan ikatan relawan rakyat Malaysia yangt biasa di singkat RELA tidak hanya menimpa istri atase pendidikan Indonesia. Seperti yang di ketahui pasukan gabungan warga sipil Malaysia ini merusak tempat tinggal seorang mahasiswa Indonesia yang berada di daerah kajang sekitar 25 kilometer dari kuala lumpur . dengan motivasi jika berhasil menangkap pendatang asing illegal mereka akan mendapat bonus uang sebesar 80 ringgit perkepala/ perorang itu setara dengan uang sebesar 200 ribu rupiah. Dan pasukan RELA kini bernaung di bawah Departemen Dalam Negeri Malaysia dan di bawah kendali PM atau perdana mentri Malaysia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pada bidang perdagangan Indonesia dan Malaysia telah menyepakati beberapa kesepakatan diantaranya peningkatan kerjasama di bidang perdagangan, investasi, energy, dan termasuk sub regional yang tergabung dalam kerangka segitiga pertumbuhan ketiga Negara Indonesia- Malaysia- singapura dan Indonesia- Malaysia- Thailand (IMS dan IMT-GT). Dan menurut presiden republic Indonesia bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono “ dengan kerjasama perdagangan, investasi dan energy ini lebih di tingkatkan lagi di masa mendatang dan sekaligus meningkatakan pereekonomian diantara kedua Negara serta membuka lapangan kerja memang sangat di butuhkan untuk mengurangi pengangguran yang saat ini semakin lama semakin meningkat.dan Indonesia kini harus mengangani masalah baru yaitu climate change atau perubahan iklim.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0.75in; text-align: center;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">BAB 1.4<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.75in; text-align: center;"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0.75in;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kesimpulan yang saya ambil pada kasus ini, meskipun kedua Negara ini satu rumpun, akan tetapi kedua Negara ini tidak mengenal satu sama lain dengan baik sehingga hubungan diplomatik tidak berjalan dengan baik. Salah satu solusi yang bisa saya contohkan disini ; pemuda-pemudi Negara Malaysia dan juga Indonesia saling bekerjasama dalam berbagai bidang seperti bidang olahraga,desain,bisnis, dan pendidikan. Mungkin hal ini merupakan hal kecil, akan tetapi hal-hal kecil inilah yang bisa memupuk rasa persaudaraan antar kedua Negara semakin erat dan harmonis. Meskipun, hal ini sepertinya sulit untuk direalisasikan dan sulit untuk dimulai tapi dengan adanya hati yang besar antar kedua Negara dan saling menerima hal ini pasti akan terwujud dan yang pasti butuh proses yang amat sangat lama.yakinkan dalam hati k ita bahwa kita satu rumpun,bersaudara<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">DAFTAR PUSTAKA :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-www.okezone.com<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-www.kaskus.com<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-www.wikipedia.com<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-www.kapanlagi.com</span><span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;"><br />
</div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-28870983716162338562010-06-02T21:22:00.001-07:002010-06-02T21:22:45.969-07:00PERANAN PBB DALAM PENYELESAIAN PERMASALAHAN KRISIS KEMANUSIAAN DI SOMALIAOLEH : MARLINA GILANG HERDHIKA<br />
NIM : 205000136<br />
HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS PARAMADINA<br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
1.1. LATAR BELAKANG<br />
<br />
Setelah berakhirnya perang dingin, konflik intra state sering menimbulkan banyak konflik di negara-negara yang belum mapan perekonomian maupun politiknya. Dimana konflik internal ini mengakibatkan stabilitas pertahanan keamanan nasional menjadi terancam dan mempengaruhi perdamaian dunia. Konflik internal yang berkepanjangan dapat dianggap oleh banyak pihak dapat mengancam dan mengganggu stabilitas keamanan nasional yang berdampak pada perdamaian dunia. <br />
Pada awalnya negara Afrika dijajah oleh tiga negara Eropa yakni Inggris, Perancis dan Italia kemudian ketiga penjajah ini membagi wilayah Afrika menjadi beberapa wilayah yang terpisah. Hal itu dapat dilihat berawal dari masa awal kemerdekaan dimana British Somaliland dan Italian Somalia digabung membentuk Republik Somalia. Mulai dari situlah muncul adanya pergerakan-pergerakan etnis yang menuntut hak klaim atas wilayah kependudukan yang menjadi faktor pemicu awal terjadinya konflik di Somalia. <br />
Konflik Somalia berawal pada saat Presiden Siad Barre jatuh dari kepemimpinannya pada bulan Januari 1991, yang menimbulkan banyaknya pertikaian yang terjadi di berbagai wilayah Somalia. Kebijakan Siad Barre yang dikenal dengan scientific socialism yang bertujuan untuk menghapuskan clanism dalam memperkuat politik berdasarkan pada kelompok-kelompok.<br />
Awal sejarahnya, Somalia memang sudah terpecah menjadi dua bagian yakni, bagian utara dikuasai oleh Inggris sedangkan di bagian selatan dikuasai oleh Italia. Pada tahun 1960, berdirilah Republik Somalia dimana bahwa keseimbangan wakil-wakil suku wilayah utara dan selatan yang berada di pucuk pemerintahan maka dengan sendirinya akan membangun persatuan dari dua kelompok tersebut. <br />
Somalia merupakan salah satu dari negara yang masih less development dimana tidak pernah henti-hentinya mengalami konflik baik dalam internal maupun eksternal negaranya dengan negara-negara tetangganya yakni, Ethiopia. Secara geografis Somalia berada di kawasan Afrika Timur, yang seringkali mengalami konflik berkepanjangan karena hal itu dipicu oleh keadaan Somalia sendiri yang masih sangat terbelakang, dimana tingkat kemiskinan merupakan urutan tertinggi di dunia..<br />
Sejak masa kemerdekaan tahun 1960 pemerintahan Somalia sampai ke pemerintah pusat, mengadopsi suatu perpaduan antara hukum Islam dan sistem ketatapemerintahan barat yang selaras dengan semangat moderat dan keyakinan rakyat Somalia. Somalia juga salah satu negara yang memiliki tingkat korupsi pemerintah yang tinggi, absensi legitimasi terhadap pemerintah, banyaknya pelanggaran HAM, perang sipil, serta hilangnya legitimasi hukum karena ambiguitas preferensi sistem hukum yang terdistorsi, menjadikannya sebagai proses pengidentifikasian Somalia dan restrukturisasi pasca perang sipil yang menyebabkan berakhirnya pemerintahan Siad Barre pada tahun 1991.<br />
Konflik antar etnis muncul sejak Somalia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1960 sebagian besar penduduk Somalia memiliki latar belakang kebudayaan serta tradisi adat istiadat yang kuat, walaupun terbagi dari beberapa etnis dan klan. Islam merupakan agama mayoritas yang memiliki kedekatan dengan para penduduk disana. Selain itu, penduduk Somalia yang tinggal di Tanduk Afrika, harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam Afrika yang sangat gersang dan tandus.<br />
Somalia merupakan negara yang terdiri dari banyak kelompok etnis minoritas yang homogen, dimana perbedaan etnis di Somalia justru memiliki kesamaan bahasa dan agama, namun konflik yang terjadi Somalia berasal dari perpecahan antara klan-klan kelompok minoritas dengan mayoritas.<br />
Somalia adalah tanah strategis, yang menjadi kunci regional. Di samping itu wilayah Somalia memiliki sumber daya alam, seperti minyak, gas dan uranium sedangkan bagian pantai Somalia dijadikan sebagai jalur transportasi maritim internasional yang sangat penting. Munculnya konflik internal, disebabkan karena Somalia memiliki sejarah konfliktual dengan Ethiopia dimana dukungan Somalia untuk perjuangan kemerdekaan rakyat Somalia di Ethiopia.<br />
Dahulu negara Somalia bernama Republik Demokratik Somali, yaitu negara di pesisir Afrika Timur secara de jure dimana Somalia tidak memiliki otoritas pemerintah pusat yang diakui. Apabila secara de facto berarti berada di tangan pemerintah yang tidak diakui, yaitu Somaliland (bekas wilayah Britania Raya yang terletak di bagian barat laut Somalia), Puntland (wilayah bagian Timur laut Somalia), dan beberapa panglima perang yang saling berselisih, dimana ketiga-tiganya memimpin pemerintahan oposisi.<br />
Konflik yang terjadi dalam lingkup informalisasi politik dan masyarakat di Somalia dapat dikatakan sebaga warisan kolonialisme Inggris dan Italia. Hal tersebut terjadi melalui usaha Inggris dan Italia yang mengonstruksi identitas etnis. <br />
Hal tersebut dapat dilihat bahwa Puntland dan Somaliland adalah salah satu contoh konstruksi identitas etnis kolonial tersebut. Somaliland menganggap dirinya sebagai negara pengganti protektorat Somaliland Inggris, sementara Puntland merupakan wilayah yang terdahulu bekas jajahan negara Italia. <br />
Pertikaian yang terjadi menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerusakan fasilitas sarana umum yang mengakibatkan sebagian besar rakyat Somalia mengungsi ke negara-negara tetangganya.<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
Negara dunia ketiga di kawasan Afrika ini sangat rentan sekali terjadinya konflik, hal itu disebabkan negara-negara tidak hanya terlibat dalam konflik antar negara melainkan dengan konflik internal dalam negaranya. Negara Somalia merupakan suatu wilayah yang dianggap kurang menguntungkan bagi kepentingan negara maju dan berkembang, karena di kawasan ini seringkali terjadi konflik yang menimbulkan adanya krisis kemanusiaan bagi sebagian besar penduduk di Somalia. <br />
Semenjak pemerintahan Mohammed Siyad Barre tahun 1991, wilayah Somalia tidak pernah memiliki pemerintahan yang bersifat fungsional, dikarenakan wilayah Somalia diatur oleh para militan militer bersenjata dari berbagai suku. Pada tahun 1990 wilayah Somalia mengalami krisis kekurangan bahan pangan yang menyebabkan sebagian besar penduduk meninggal dunia akibat kemunduran perekonomian negaranya.<br />
Banyaknya penderitaan yang harus ditanggung oleh rakyat Somalia, maka pihak PBB berperan melakukan tindakan intervensi kemanusiaan untuk menyelesaikan konflik di Somalia. Tindakan tersebut sangat didukung oleh pihak pemerintahan Somalia sendirinya dan negara-negara anggota PBB untuk mempertahankan stabilitas nasional demi mewujudkan perdamaian dunia.<br />
Sejak pertikaian di Somalia mulai menyebar ke seluruh wilayah di Somalia yang melibatkan unsur militer, bila dilihat secara keseluruhan negara Somalia tidak lagi memiliki pemerintahan pusat dan seluruh institusi infrastruktur pemerintahan pun juga tidak berjalan dengan baik. <br />
Intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh PBB, tidak hanya merupakan tindakan yang dilakukan sebagai aksi negara terhadap negara lainnya atau aksi bersama melainkan perang kemanusiaan melalui cara diplomasi atau negosiasi. Intervensi kemanusiaan merupakan upaya untuk mengatasi penyelesaian konflik yang terjadi baik dalam internal maupun eksternal antar negara-negara.<br />
<br />
<br />
Perang saudara di Somalia merupakan konflik gencatan senjata yang melibatkan Ethiopia dan pemerintahan transisi federal Somalia untuk melawan militan islam. Konflik tersebut menimbulkan adanya bentuk tindakan kekerasan yang membuat kondisi di Somalia menjadi kacau balau dan munculnya anarkisme.<br />
Negara Ethiopia dan AS telah menjustifikasi suatu intervensi di Somalia dengan tujuan guna mendukung pemerintahan sementara sebagai satu-satunya lembaga yang mampu memberikan stabilitas nasional dan perdamaian di Somalia. Dalam isu konflik Somalia adanya pandangan mengenai sifat anarkis, individualis dan egois individu dalam upaya mendapatkan kekuasaan dalam suatu wilayah tertentu.<br />
Konflik yang dimulai pada tahun 1991, telah menyebabkan ketidakstabilan di seluruh negara dengan fase melihat pemerintahan Somalia kehilangan kontrol substansial negara sebagai pasukan pemberontak Menurut Hans Morgenthau, aliran realis muncul setelah LBB mengalami kegagalan dalam proses perdamaian internasional, dimana aliran realis ini menempatkan aspek keamanan pertahanan nasional sebagai power yang merupakan kunci utama negara untuk mempertahankan dinamika stabilitas nasional kawasan di Somalia. Negara Somalia pada saat mempertahankan kondisinya yang relatif damai, tetapi di lain pihak kemerdekaannya tidak diakui oleh negara-negara lain termasuk PBB serta organisasi-organisasi internasional.<br />
Peran AS membuktikan bahwa adanya kepentingan AS di Somalia yakni hanya menempatkan kepentingan-kepentingan strategisnya dengan cara memanfaatkan konflik yang tengah terjadi di Somalia, hal itu dikarenakan letak wilayah Somalia yang geografis sangat menguntungkan sebagai jalur perdagangan internasional. Campur tangan pihak PBB dalam resolusi dewan keamanan PBB 733 dan 744, misi kemanusiaan untuk memberikan bantuan dan memulihkan ketertiban di Somalia setelah terjadinya perpecahan pemerintahan pusat.<br />
Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi 733 yang mengemukakan agar semua pihak yang berkaitan dengan konflik Somalia untuk melakukan gencatan senjata dan memutuskan adanya embargo bagi pengiriman persenjataan serta perlengkapan militer ke Somalia. Selain itu dewan keamanan PBB meningkatkan bantuan kemanusiaan terhadap para penduduk di Somalia. <br />
PBB telah terlibat dalam dukungan kemanusiaan di Somalia, namun karena kondisi yang tidak menentu seringkali pihak PBB menarik pasukannya dari Somalia akan tetapi bantuan kemanusiaannya tetap dilakukan dengan menjalin hubungan kerjasama dengan negara-negara luar dan organisasi-organisasi internasional.<br />
Kondisi dinamika wilayah Somalia mendapatkan perhatian dari negara-negara kawasan Afrika karena terjadinya kesalahpahaman mengenai sengketa perbatasan dan kondisi politik dalam negeri yang memicu terjadinya respon humaniter dari eksternal dapat mempengaruhi kestabilan stabilitas nasional negara-negara tetangganya. <br />
Keterlibatan pihak Ethiopia telah menimbulkan ketegangan antar kelompok baik dalam menangani krisis kemanusiaan maupun politiknya. Pengamat internasional mengatakan bahwa kondisi keamanan nasional dan kemanusiaan di Somalia semakin memburuk pada tahun 2007, karena misi AS terhadap Somalia yakni mencoba untuk membawa perdamaiaan ke wilayah Somalia sebagai salah satu eskalasi militerisasi yang berlebihan akibat keterlibatan hegemoni negara-negara luar kawasan Afrika.<br />
Keterlibatan masyarakat internasional telah membantu dalam pembentukkan keamanan nasional di beberapa wilayah Somalia selama periode tertentu sebagai proses perdamaiaan yang lebih komprehensif direalisasikan dalam upaya penyelesaiaan konflik di Somalia. Namun proses perdamaian di Somalia belum berhasil untuk diintegrasikan ke seluruh negara-negara luar. Somalia adalah tragedi kemanusiaan yang telah mengambil korban pada warga sipil yang tidak berdosa akibat dari adanya konflik berkepanjangan tersebut. Banyak rakyat Somalia yang mengalami kelaparan, kekurangan gizi, dan hidup dalam kemiskinan karena stabilitas perekonomian negaranya yang semakin memburuk akibat dari konflik tersebut. <br />
Dewan keamanan PBB pernah mengadakan operasi UNOSOM dan membantu operation restore hope oleh AS, kedua operasi ini bersifat humanitarian untuk mengembalikan keamanan nasional publik serta pendistribusian bantuan-bantuan logistik bagi rakyat Somalia. Banyak rakyat-rakyat miskin di Somalia yang tinggal di wilayah otonomi Puntland karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan lancarnya arus penyelundupan senjata. Pembajakan yang dilakukan di Pantai Somalia merupakan ancaman terhadap pengiriman barang-barang intenasional khususnya perang sipil tahun 1990. <br />
Ketika AS meninggalkan wilayah Somalia, tidak ada satupun kekuatan dominan yang berada di Somalia, maka perang untuk mendapat kekuasaan antar suku terjadi kembali. Ketidakstabilan di Somalia menarik perhatian organisasi–organisasi regional, African Union yang akhirnya mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Di lain pihak, berakhirnya pemerintahan Siad Barre dan perang sipil tahun 1991, memberikan pengaruhnya pada hubungan internasional khususnya wilayah Horn of Africa dan non-kawasan untuk menggulingkan kekuasaan Siad Barre.<br />
Kekacauan politik yang terjadi di Somalia menyebabkan kondisi di Somalia menjadi tidak aman karena banyaknya tindakan penyimpangan seperti, perampokan, pengrusakan fasilitas sarana umum, serta penjarahan bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh negara-negara luar. Hal ini dapat mengancam stabilitas regional kawasan Afrika, keamanan nasional, serta perdamaian wilayah tersebut.<br />
J.L. Holzgrefe, mengemukakan bahwa intervensi kemanusiaan merupakan suatu tindakan yang bersifat mengancam atau penggunaan kekuatan yang melintasi batas negara oleh suatu negara yang bertujuan untuk mencegah atau mengakhiri semakin menyebarnya pelanggaran hak-hak asasi manusia oleh suatu negara terhadap warga negaranya.<br />
Intervensi kemanusiaan perlu didukung oleh adanya tindakan militer, karena hal itu bisa dilakukan apabila tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan konflik tersebut. Kemungkinan besar diplomasi yang dilakukan sangat sulit karena dianggap lebih menguntungkan banyak negara-negara luar serta menarik simpati dari masyarakat internasional.<br />
Selama menjalankan misinya PBB selalu mendasarkan tindakannya sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dalam piagam PBB. Untuk mendukung aksinya, PBB mengeluarkan resolusi-resolusi yang mencerminkan kebijakan yang diambil dalam penyelesaian konflik. <br />
Tampaknya dukungan dari masyarakat internasional menjadi kunci utama dalam intervensi kemanusiaan, karena tanpa adanya dukungan itu maka intervensi yang dilakukan akan mengalami kegagalan dalam proses penyelesaian konflik<br />
Untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Somalia lebih sulit apabila dibandingkan dengan konflik lainnya, hal ini dikarenakan adanya aspek non politis serta campur tangan negara-negara luar yang menyebabkan negosiasi sulit untuk dicapai. Hal itu dapat mempengaruhi kepentingan nasional rakyat Somalia.<br />
<br />
Sebelum berakhirnya perang dingin berbagai konflik internal mencuat karena adanya suatu hegemoni dari dunia internasional dalam upaya penyelesaian konflik. Untuk mencapai perdamaian tersebut negara dan aktor negara lainnya harus mencari cara agar tindakan kekerasan tidak lagi menjadi suatu pilihan dalam pemecahan konflik. <br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
<br />
Intervensi yang dilakukan oleh PBB di Somalia berdasarkan pada aspek hukum internasional bila dilihat dari resolusi-resolusi yang dikeluarkan dewan keamanan PBB dalam upaya penyelesaian konflik di Somalia.<br />
Intervensi kemanusiaan merupakan tindakan koersif yang dilakukan negara terhadap negara lain dengan melibatkan kekuatan militer tanpa mengindahkan penguasa maupun otoritas dewan keamanan PBB, yang bertujuan untuk mencegah semakin meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia atau hukum kemanusiaan internasional.<br />
Apabila dikaji dari aspek moral maka intervensi PBB di Somalia sudah mencerminkan sebagai suatu intervensi kemanusiaan yang berdasarkan adanya keinginan untuk menghentikan terjadinya krisis kemanusiaan. Namun pada kenyataannya terkadang sangat sulit untuk dikendalikan adanya tindakan penyimpangan akibat konflik tersebut. <br />
Selain itu dari aspek politik berkaitan erat dengan konsep kedaulatan, dimana Somalia merupakan negara berdaulat yang berada dalam kondisi masih terbelakang karena tidak adanya pemerintahan. Oleh karena itu, dari tidak adanya pemerintahan yang diakui maka sebagian besar rakyat tidak mempunyai hak otoritas untuk perlindungan negaranya.<br />
Intervensi berkaitan erat dengan adanya pelanggaran terhadap kedaulatan negara yang menimbulkan krisis kemanusiaan, oleh karena itu harus ada peran serta negara-negara luar dan organisasi internasional untuk menyelesaikan konflik di Somalia.<br />
Intervensi kemanusiaan perlu didukung oleh adanya tindakan militer, karena hal itu bisa dilakukan apabila tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan konflik tersebut. Kemungkinan besar diplomasi yang dilakukan sangat sulit karena dianggap lebih menguntungkan banyak negara-negara luar serta menarik simpati dari masyarakat internasional<br />
<br />
Krisis yang terjadi di Somalia diakibatkan adanya perebutan kekuasaan oleh pihak-pihak yang saling berseberangan. Akibat dari konflik yang berkepanjangan ini menyebabkan rakyat yang tidak berdosa harus mengalami penderitaan, kelaparan, penyebaran wabah penyakit, serta munculnya arus pengungsiaan. Menanggapi konflik tersebut dewan keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa keadaan di Somalia menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan nasional dan perdamaian dunia.<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
<br />
http://www.nationsencyclopedia.com/Afrika/ml HISTORY.ht Somalia diakses pada tanggal 20 Mei 2010 jam 11.00 WIB.<br />
<br />
Bradbury, Mark , and Sally Healy. Bradbury, Mark, dan Sally Healy. “Endless war: a brief history of the Somali conflict.” Conciliation Resources. "Endless perang: sejarah singkat konflik Somalia" Sumber Perdamaian.. http://www.cr.org/our-work/accord/somalia/endless-war.php. <br />
diakses pada tanggal 20 Mei 2010 jam 12.00 WIB.<br />
<br />
http://www.helium.com/items/1804234-history-of-us-conflict-in-somalia. diakses pada tanggal 21 Mei 2010 jam 12.00 WIB<br />
<br />
Thomas G. Weiss. Military Civilian Interaction: Intervening Humanitarian Crisis ( Maryland Rowman & Littlefield Publishers, Inc 1999) diakses pada tanggal 20 Mei 2010 jam 10.00 WIB.Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-73608868083997797412010-06-02T21:17:00.001-07:002010-06-02T21:17:38.795-07:00PERANAN PBB DALAM PENYELESAIAN PERMASALAHAN KRISIS KEMANUSIAAN DI SOMALIAOLEH : MARLINA GILANG HERDHIKA<br />
NIM : 205000136<br />
HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS PARAMADINA<br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
1.1. LATAR BELAKANG<br />
<br />
Setelah berakhirnya perang dingin, konflik intra state sering menimbulkan banyak konflik di negara-negara yang belum mapan perekonomian maupun politiknya. Dimana konflik internal ini mengakibatkan stabilitas pertahanan keamanan nasional menjadi terancam dan mempengaruhi perdamaian dunia. Konflik internal yang berkepanjangan dapat dianggap oleh banyak pihak dapat mengancam dan mengganggu stabilitas keamanan nasional yang berdampak pada perdamaian dunia. <br />
Pada awalnya negara Afrika dijajah oleh tiga negara Eropa yakni Inggris, Perancis dan Italia kemudian ketiga penjajah ini membagi wilayah Afrika menjadi beberapa wilayah yang terpisah. Hal itu dapat dilihat berawal dari masa awal kemerdekaan dimana British Somaliland dan Italian Somalia digabung membentuk Republik Somalia. Mulai dari situlah muncul adanya pergerakan-pergerakan etnis yang menuntut hak klaim atas wilayah kependudukan yang menjadi faktor pemicu awal terjadinya konflik di Somalia. <br />
Konflik Somalia berawal pada saat Presiden Siad Barre jatuh dari kepemimpinannya pada bulan Januari 1991, yang menimbulkan banyaknya pertikaian yang terjadi di berbagai wilayah Somalia. Kebijakan Siad Barre yang dikenal dengan scientific socialism yang bertujuan untuk menghapuskan clanism dalam memperkuat politik berdasarkan pada kelompok-kelompok.<br />
Awal sejarahnya, Somalia memang sudah terpecah menjadi dua bagian yakni, bagian utara dikuasai oleh Inggris sedangkan di bagian selatan dikuasai oleh Italia. Pada tahun 1960, berdirilah Republik Somalia dimana bahwa keseimbangan wakil-wakil suku wilayah utara dan selatan yang berada di pucuk pemerintahan maka dengan sendirinya akan membangun persatuan dari dua kelompok tersebut. <br />
Somalia merupakan salah satu dari negara yang masih less development dimana tidak pernah henti-hentinya mengalami konflik baik dalam internal maupun eksternal negaranya dengan negara-negara tetangganya yakni, Ethiopia. Secara geografis Somalia berada di kawasan Afrika Timur, yang seringkali mengalami konflik berkepanjangan karena hal itu dipicu oleh keadaan Somalia sendiri yang masih sangat terbelakang, dimana tingkat kemiskinan merupakan urutan tertinggi di dunia..<br />
Sejak masa kemerdekaan tahun 1960 pemerintahan Somalia sampai ke pemerintah pusat, mengadopsi suatu perpaduan antara hukum Islam dan sistem ketatapemerintahan barat yang selaras dengan semangat moderat dan keyakinan rakyat Somalia. Somalia juga salah satu negara yang memiliki tingkat korupsi pemerintah yang tinggi, absensi legitimasi terhadap pemerintah, banyaknya pelanggaran HAM, perang sipil, serta hilangnya legitimasi hukum karena ambiguitas preferensi sistem hukum yang terdistorsi, menjadikannya sebagai proses pengidentifikasian Somalia dan restrukturisasi pasca perang sipil yang menyebabkan berakhirnya pemerintahan Siad Barre pada tahun 1991.<br />
Konflik antar etnis muncul sejak Somalia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1960 sebagian besar penduduk Somalia memiliki latar belakang kebudayaan serta tradisi adat istiadat yang kuat, walaupun terbagi dari beberapa etnis dan klan. Islam merupakan agama mayoritas yang memiliki kedekatan dengan para penduduk disana. Selain itu, penduduk Somalia yang tinggal di Tanduk Afrika, harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam Afrika yang sangat gersang dan tandus.<br />
Somalia merupakan negara yang terdiri dari banyak kelompok etnis minoritas yang homogen, dimana perbedaan etnis di Somalia justru memiliki kesamaan bahasa dan agama, namun konflik yang terjadi Somalia berasal dari perpecahan antara klan-klan kelompok minoritas dengan mayoritas.<br />
Somalia adalah tanah strategis, yang menjadi kunci regional. Di samping itu wilayah Somalia memiliki sumber daya alam, seperti minyak, gas dan uranium sedangkan bagian pantai Somalia dijadikan sebagai jalur transportasi maritim internasional yang sangat penting. Munculnya konflik internal, disebabkan karena Somalia memiliki sejarah konfliktual dengan Ethiopia dimana dukungan Somalia untuk perjuangan kemerdekaan rakyat Somalia di Ethiopia.<br />
Dahulu negara Somalia bernama Republik Demokratik Somali, yaitu negara di pesisir Afrika Timur secara de jure dimana Somalia tidak memiliki otoritas pemerintah pusat yang diakui. Apabila secara de facto berarti berada di tangan pemerintah yang tidak diakui, yaitu Somaliland (bekas wilayah Britania Raya yang terletak di bagian barat laut Somalia), Puntland (wilayah bagian Timur laut Somalia), dan beberapa panglima perang yang saling berselisih, dimana ketiga-tiganya memimpin pemerintahan oposisi.<br />
Konflik yang terjadi dalam lingkup informalisasi politik dan masyarakat di Somalia dapat dikatakan sebaga warisan kolonialisme Inggris dan Italia. Hal tersebut terjadi melalui usaha Inggris dan Italia yang mengonstruksi identitas etnis. <br />
Hal tersebut dapat dilihat bahwa Puntland dan Somaliland adalah salah satu contoh konstruksi identitas etnis kolonial tersebut. Somaliland menganggap dirinya sebagai negara pengganti protektorat Somaliland Inggris, sementara Puntland merupakan wilayah yang terdahulu bekas jajahan negara Italia. <br />
Pertikaian yang terjadi menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerusakan fasilitas sarana umum yang mengakibatkan sebagian besar rakyat Somalia mengungsi ke negara-negara tetangganya.<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
Negara dunia ketiga di kawasan Afrika ini sangat rentan sekali terjadinya konflik, hal itu disebabkan negara-negara tidak hanya terlibat dalam konflik antar negara melainkan dengan konflik internal dalam negaranya. Negara Somalia merupakan suatu wilayah yang dianggap kurang menguntungkan bagi kepentingan negara maju dan berkembang, karena di kawasan ini seringkali terjadi konflik yang menimbulkan adanya krisis kemanusiaan bagi sebagian besar penduduk di Somalia. <br />
Semenjak pemerintahan Mohammed Siyad Barre tahun 1991, wilayah Somalia tidak pernah memiliki pemerintahan yang bersifat fungsional, dikarenakan wilayah Somalia diatur oleh para militan militer bersenjata dari berbagai suku. Pada tahun 1990 wilayah Somalia mengalami krisis kekurangan bahan pangan yang menyebabkan sebagian besar penduduk meninggal dunia akibat kemunduran perekonomian negaranya.<br />
Banyaknya penderitaan yang harus ditanggung oleh rakyat Somalia, maka pihak PBB berperan melakukan tindakan intervensi kemanusiaan untuk menyelesaikan konflik di Somalia. Tindakan tersebut sangat didukung oleh pihak pemerintahan Somalia sendirinya dan negara-negara anggota PBB untuk mempertahankan stabilitas nasional demi mewujudkan perdamaian dunia.<br />
Sejak pertikaian di Somalia mulai menyebar ke seluruh wilayah di Somalia yang melibatkan unsur militer, bila dilihat secara keseluruhan negara Somalia tidak lagi memiliki pemerintahan pusat dan seluruh institusi infrastruktur pemerintahan pun juga tidak berjalan dengan baik. <br />
Intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh PBB, tidak hanya merupakan tindakan yang dilakukan sebagai aksi negara terhadap negara lainnya atau aksi bersama melainkan perang kemanusiaan melalui cara diplomasi atau negosiasi. Intervensi kemanusiaan merupakan upaya untuk mengatasi penyelesaian konflik yang terjadi baik dalam internal maupun eksternal antar negara-negara.<br />
<br />
<br />
Perang saudara di Somalia merupakan konflik gencatan senjata yang melibatkan Ethiopia dan pemerintahan transisi federal Somalia untuk melawan militan islam. Konflik tersebut menimbulkan adanya bentuk tindakan kekerasan yang membuat kondisi di Somalia menjadi kacau balau dan munculnya anarkisme.<br />
Negara Ethiopia dan AS telah menjustifikasi suatu intervensi di Somalia dengan tujuan guna mendukung pemerintahan sementara sebagai satu-satunya lembaga yang mampu memberikan stabilitas nasional dan perdamaian di Somalia. Dalam isu konflik Somalia adanya pandangan mengenai sifat anarkis, individualis dan egois individu dalam upaya mendapatkan kekuasaan dalam suatu wilayah tertentu.<br />
Konflik yang dimulai pada tahun 1991, telah menyebabkan ketidakstabilan di seluruh negara dengan fase melihat pemerintahan Somalia kehilangan kontrol substansial negara sebagai pasukan pemberontak Menurut Hans Morgenthau, aliran realis muncul setelah LBB mengalami kegagalan dalam proses perdamaian internasional, dimana aliran realis ini menempatkan aspek keamanan pertahanan nasional sebagai power yang merupakan kunci utama negara untuk mempertahankan dinamika stabilitas nasional kawasan di Somalia. Negara Somalia pada saat mempertahankan kondisinya yang relatif damai, tetapi di lain pihak kemerdekaannya tidak diakui oleh negara-negara lain termasuk PBB serta organisasi-organisasi internasional.<br />
Peran AS membuktikan bahwa adanya kepentingan AS di Somalia yakni hanya menempatkan kepentingan-kepentingan strategisnya dengan cara memanfaatkan konflik yang tengah terjadi di Somalia, hal itu dikarenakan letak wilayah Somalia yang geografis sangat menguntungkan sebagai jalur perdagangan internasional. Campur tangan pihak PBB dalam resolusi dewan keamanan PBB 733 dan 744, misi kemanusiaan untuk memberikan bantuan dan memulihkan ketertiban di Somalia setelah terjadinya perpecahan pemerintahan pusat.<br />
Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi 733 yang mengemukakan agar semua pihak yang berkaitan dengan konflik Somalia untuk melakukan gencatan senjata dan memutuskan adanya embargo bagi pengiriman persenjataan serta perlengkapan militer ke Somalia. Selain itu dewan keamanan PBB meningkatkan bantuan kemanusiaan terhadap para penduduk di Somalia. <br />
PBB telah terlibat dalam dukungan kemanusiaan di Somalia, namun karena kondisi yang tidak menentu seringkali pihak PBB menarik pasukannya dari Somalia akan tetapi bantuan kemanusiaannya tetap dilakukan dengan menjalin hubungan kerjasama dengan negara-negara luar dan organisasi-organisasi internasional.<br />
Kondisi dinamika wilayah Somalia mendapatkan perhatian dari negara-negara kawasan Afrika karena terjadinya kesalahpahaman mengenai sengketa perbatasan dan kondisi politik dalam negeri yang memicu terjadinya respon humaniter dari eksternal dapat mempengaruhi kestabilan stabilitas nasional negara-negara tetangganya. <br />
Keterlibatan pihak Ethiopia telah menimbulkan ketegangan antar kelompok baik dalam menangani krisis kemanusiaan maupun politiknya. Pengamat internasional mengatakan bahwa kondisi keamanan nasional dan kemanusiaan di Somalia semakin memburuk pada tahun 2007, karena misi AS terhadap Somalia yakni mencoba untuk membawa perdamaiaan ke wilayah Somalia sebagai salah satu eskalasi militerisasi yang berlebihan akibat keterlibatan hegemoni negara-negara luar kawasan Afrika.<br />
Keterlibatan masyarakat internasional telah membantu dalam pembentukkan keamanan nasional di beberapa wilayah Somalia selama periode tertentu sebagai proses perdamaiaan yang lebih komprehensif direalisasikan dalam upaya penyelesaiaan konflik di Somalia. Namun proses perdamaian di Somalia belum berhasil untuk diintegrasikan ke seluruh negara-negara luar. Somalia adalah tragedi kemanusiaan yang telah mengambil korban pada warga sipil yang tidak berdosa akibat dari adanya konflik berkepanjangan tersebut. Banyak rakyat Somalia yang mengalami kelaparan, kekurangan gizi, dan hidup dalam kemiskinan karena stabilitas perekonomian negaranya yang semakin memburuk akibat dari konflik tersebut. <br />
Dewan keamanan PBB pernah mengadakan operasi UNOSOM dan membantu operation restore hope oleh AS, kedua operasi ini bersifat humanitarian untuk mengembalikan keamanan nasional publik serta pendistribusian bantuan-bantuan logistik bagi rakyat Somalia. Banyak rakyat-rakyat miskin di Somalia yang tinggal di wilayah otonomi Puntland karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan lancarnya arus penyelundupan senjata. Pembajakan yang dilakukan di Pantai Somalia merupakan ancaman terhadap pengiriman barang-barang intenasional khususnya perang sipil tahun 1990. <br />
Ketika AS meninggalkan wilayah Somalia, tidak ada satupun kekuatan dominan yang berada di Somalia, maka perang untuk mendapat kekuasaan antar suku terjadi kembali. Ketidakstabilan di Somalia menarik perhatian organisasi–organisasi regional, African Union yang akhirnya mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Di lain pihak, berakhirnya pemerintahan Siad Barre dan perang sipil tahun 1991, memberikan pengaruhnya pada hubungan internasional khususnya wilayah Horn of Africa dan non-kawasan untuk menggulingkan kekuasaan Siad Barre.<br />
Kekacauan politik yang terjadi di Somalia menyebabkan kondisi di Somalia menjadi tidak aman karena banyaknya tindakan penyimpangan seperti, perampokan, pengrusakan fasilitas sarana umum, serta penjarahan bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh negara-negara luar. Hal ini dapat mengancam stabilitas regional kawasan Afrika, keamanan nasional, serta perdamaian wilayah tersebut.<br />
J.L. Holzgrefe, mengemukakan bahwa intervensi kemanusiaan merupakan suatu tindakan yang bersifat mengancam atau penggunaan kekuatan yang melintasi batas negara oleh suatu negara yang bertujuan untuk mencegah atau mengakhiri semakin menyebarnya pelanggaran hak-hak asasi manusia oleh suatu negara terhadap warga negaranya.<br />
Intervensi kemanusiaan perlu didukung oleh adanya tindakan militer, karena hal itu bisa dilakukan apabila tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan konflik tersebut. Kemungkinan besar diplomasi yang dilakukan sangat sulit karena dianggap lebih menguntungkan banyak negara-negara luar serta menarik simpati dari masyarakat internasional.<br />
Selama menjalankan misinya PBB selalu mendasarkan tindakannya sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dalam piagam PBB. Untuk mendukung aksinya, PBB mengeluarkan resolusi-resolusi yang mencerminkan kebijakan yang diambil dalam penyelesaian konflik. <br />
Tampaknya dukungan dari masyarakat internasional menjadi kunci utama dalam intervensi kemanusiaan, karena tanpa adanya dukungan itu maka intervensi yang dilakukan akan mengalami kegagalan dalam proses penyelesaian konflik<br />
Untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Somalia lebih sulit apabila dibandingkan dengan konflik lainnya, hal ini dikarenakan adanya aspek non politis serta campur tangan negara-negara luar yang menyebabkan negosiasi sulit untuk dicapai. Hal itu dapat mempengaruhi kepentingan nasional rakyat Somalia.<br />
<br />
Sebelum berakhirnya perang dingin berbagai konflik internal mencuat karena adanya suatu hegemoni dari dunia internasional dalam upaya penyelesaian konflik. Untuk mencapai perdamaian tersebut negara dan aktor negara lainnya harus mencari cara agar tindakan kekerasan tidak lagi menjadi suatu pilihan dalam pemecahan konflik. <br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
<br />
Intervensi yang dilakukan oleh PBB di Somalia berdasarkan pada aspek hukum internasional bila dilihat dari resolusi-resolusi yang dikeluarkan dewan keamanan PBB dalam upaya penyelesaian konflik di Somalia.<br />
Intervensi kemanusiaan merupakan tindakan koersif yang dilakukan negara terhadap negara lain dengan melibatkan kekuatan militer tanpa mengindahkan penguasa maupun otoritas dewan keamanan PBB, yang bertujuan untuk mencegah semakin meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia atau hukum kemanusiaan internasional.<br />
Apabila dikaji dari aspek moral maka intervensi PBB di Somalia sudah mencerminkan sebagai suatu intervensi kemanusiaan yang berdasarkan adanya keinginan untuk menghentikan terjadinya krisis kemanusiaan. Namun pada kenyataannya terkadang sangat sulit untuk dikendalikan adanya tindakan penyimpangan akibat konflik tersebut. <br />
Selain itu dari aspek politik berkaitan erat dengan konsep kedaulatan, dimana Somalia merupakan negara berdaulat yang berada dalam kondisi masih terbelakang karena tidak adanya pemerintahan. Oleh karena itu, dari tidak adanya pemerintahan yang diakui maka sebagian besar rakyat tidak mempunyai hak otoritas untuk perlindungan negaranya.<br />
Intervensi berkaitan erat dengan adanya pelanggaran terhadap kedaulatan negara yang menimbulkan krisis kemanusiaan, oleh karena itu harus ada peran serta negara-negara luar dan organisasi internasional untuk menyelesaikan konflik di Somalia.<br />
Intervensi kemanusiaan perlu didukung oleh adanya tindakan militer, karena hal itu bisa dilakukan apabila tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan konflik tersebut. Kemungkinan besar diplomasi yang dilakukan sangat sulit karena dianggap lebih menguntungkan banyak negara-negara luar serta menarik simpati dari masyarakat internasional<br />
<br />
Krisis yang terjadi di Somalia diakibatkan adanya perebutan kekuasaan oleh pihak-pihak yang saling berseberangan. Akibat dari konflik yang berkepanjangan ini menyebabkan rakyat yang tidak berdosa harus mengalami penderitaan, kelaparan, penyebaran wabah penyakit, serta munculnya arus pengungsiaan. Menanggapi konflik tersebut dewan keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa keadaan di Somalia menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan nasional dan perdamaian dunia.<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
<br />
http://www.nationsencyclopedia.com/Afrika/ml HISTORY.ht Somalia diakses pada tanggal 20 Mei 2010 jam 11.00 WIB.<br />
<br />
Bradbury, Mark , and Sally Healy. Bradbury, Mark, dan Sally Healy. “Endless war: a brief history of the Somali conflict.” Conciliation Resources. "Endless perang: sejarah singkat konflik Somalia" Sumber Perdamaian.. http://www.cr.org/our-work/accord/somalia/endless-war.php. <br />
diakses pada tanggal 20 Mei 2010 jam 12.00 WIB.<br />
<br />
http://www.helium.com/items/1804234-history-of-us-conflict-in-somalia. diakses pada tanggal 21 Mei 2010 jam 12.00 WIB<br />
<br />
Thomas G. Weiss. Military Civilian Interaction: Intervening Humanitarian Crisis ( Maryland Rowman & Littlefield Publishers, Inc 1999) diakses pada tanggal 20 Mei 2010 jam 10.00 WIB.Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-25579872945842556222010-06-02T20:55:00.001-07:002010-06-02T20:58:02.691-07:00Achmad Bagus Prasetyo, NIM 208000333, Dosen : Shiskha Prabawaningtyas<br />
<br />
<br />
<br />
Pencapaian Diplomasi Indonesia Terhadap Eropa<br />
<br />
BAB I <br />
PENDAHULUAN <br />
Latar Belakang Masalah <br />
Kegagalan perundingan Linggarjati yang menyebabkan agresi militer pertama, memaksa Indonesia dan Belanda untuk berunding kembali dan melaksanakan perundingan Renville. Pada perundingan Renville ini Indonesia diwakili oleh Amir Syarifudin dan Dr. Leimena, sementara Belanda diwakili oleh Vredenburg dan Abdul Kadir Widjojo. Dalam perundingan ini Belanda mengusulkan akan melakukan gencatan senjata tetapi tidak menarik pasukannya, dan garis Van Mook harus dikosongkan oleh pihak RI. Namun RI tidak setuju karena hal ini diangggap merugikan. Tetapi Graham (penengah dari komisi jasa baik) menyarankan pihak RI agar menyetujui perundingan ini, supaya konflik ini tidak semakin panjang dan akhirnya selesai. <br />
Indonesia protes dengan kebijakan yang dibuat oleh komisi jasa baik karena dianggap merugikan Indonesia. Belanda disebut-sebut merusak perjanjian Renville karena Indonesia merasa dirugikan oleh kepungan Belanda di daerahnya sendiri. Akhirnya Graham, wakil dari Amerika yang ditunjuk sebagai penengah digantikan oleh Cochran. Lalu untuk mempercepat pelaksanaan keputusan Renville akhirnya dibuat “Cochran Plan” yang isinya agar Belanda secara step by step memberikan kedaulatan pada Indonesia. Tidak lama setelah itu terjadi pergolakan PKI di Madiun, Belanda menganggap Indonesia semakin lemah tapi akhirnya Indonesia membuktikan dengan berhasil menumpas pergolakan tersebut. Hatta saat itu tidak setuju dengan adanya pemerintahan transisi dan mengirim surat ke Belanda melalui komisi jasa baik. Namun permintaan tersebut ditolak oleh pihak Belanda. Alih-alih memperhatikan permintaan Indonesia, Belanda malah mengirimkan ultimatum kepada Indonesia sebagai awal dimulainya Agresi Militer II. <br />
<br />
Rumusan masalah<br />
Bagaimana diplomasi Indonesia dalam mencapai kadaulatan dari tahun 1948 dan apa diplomasi lain yang dilakukan Indonesia terhadap negara – negara lain ?<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
1. Awal Mula<br />
Kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan sejak tanggal 17 Agustus 1945, namun Belanda belum menerima kemerdekaan Indonesia. Banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh Belanda untuk merebut kembali Indonesia menjadi daerah jajahannya. Agresi Militer I adalah salah satu contohnya. Penyelesaian agresi tersebut akhirnya diselesaikan melalui perundingan Renville. Perundingan Renville ditandatangani pada tanggal 17 dan 19 Januari 1948, isinya adalah Kedaulatan seluruh Hindia Belanda akan menjadi Negara berdaulat dan merdeka. Status republik (dalam wilayah yang tak ditentukan batasnya) akan menjadi negara bagian dari Indonesia serikat. Negara serikat ini nantinya akan menjadi negara mitra sederajat dengan Belanda dalam suatu kesatuan di bawah pimpinan Raja Belanda.<br />
Diplomasi Indonesia sebagai Upaya Mencapai Pengakuan Kedaulatan. <br />
Upaya-upaya diplomasi Indonesia yang kita lihat pada tahun 1948-1949 lebih mengandalkan bantuan pihak ketiga dan perundingan secara multilateral. Dari awal perjuangan diplomasi Indonesia, bantuan pihak ketiga sangat membantu proses berjalannya perundingan-perundingan yang dilakukan oleh pihak Indonesia dan Belanda. Mulai dari bantuan pihak Inggris pada perjanjian Hoge Veluwe ada tahun 1946, dukungan negara-negara Arab, bantuan dari Australia dan India khususnya untuk memperjuangkan isu mengenai negara Indonesia dalam forum sidang Dewan Keamanan PBB hingga terbentuknya Komisi Jasa Baik dan UNCI oleh Dewan Keamanan PBB merupakan bentuk intervensi dari pihak ketiga dalam perjuangan mencapai pengakuan kedaulatan. Bantuan-bantuan tersebut tidak mungkin diperoleh apabila Indonesia tidak melakukan upaya diplomasi kepada pihak-pihak tersebut dalam mendukung upaya pengakuan kedaulatan bagi pihak Indonesia. <br />
Gaya diplomasi yang dipakai oleh pihak Indonesia pada tahun 1948 lebih cenderung menggunakan gaya diplomasi dengan memanfaatkan pihak ketiga. Strategi diplomasi Indonesia pada saat itu tidak lebih merupakan implementasi dari tiga sasaran utama diplomasi Indonesia pada saat itu yakni mencari pengakuan kedaulatan internasional, mencegah upaya Belanda untuk masuk ke Indonesia kembali, serta meminta bantuan PBB untuk menyelesaikan sengketa dengan Belanda.<br />
Diplomasi, seperti yang telah disebutkan di atas merupakan ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia. Alasan lain diambilnya jalan diplomasi sebab tindakan konfrontasi yang dilakukan Belanda tidak bisa diseimbangkan oleh perlawanan rakyat Indonesia. Seperti yang juga telah kita ketahui bahwa proses diplomasi Indonesia dalam upaya mencapai pengakuan kedaulatan merupakan perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan. Berbulan-bulan lamanya mengadakan suatu negosiasi dan perundingan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tidak sedikit mendapatkan hasil yang mengecewakan seperti yang terjadi pada perjanjian Renville. Teori Shop Keeper (Merchantile) yang dibuat oleh Harold Nicholson melalui jalan kompromi dan negosiasi menggambarkan upaya diplomasi Indonesia demi memperoleh pengakuan kedaulatan . <br />
<br />
Contoh diplomasi Indonesia masa kini dengan salah satu negara Eropa yaitu Perancis dalam bidang pendidikan<br />
<br />
Setelah mengalami perlambatan akibat krisis keuangan Asia dan krisis politik pada periode tahun 1998 - 1999, hubungan bilateral Indonesia Perancis digiatkan kembali, sejak terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu langsung tahun 2004. Persamaan analisis dan pandangan Perancis dan Indonesia atas berbagai isu internasional (mengutamakan peran Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengedepankan dialog dalam penyelesaian krisis, bantuan pada pembangunan, dukungan pada keanekaragaman budaya) mendorong mendekatkan kedua negara. Di samping itu, Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar dan negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbanyak di dunia, ditinjau dari posisinya di tingkat regional maupun peranannya di kancah internasional, merupakan mitra yang penting bagi negara kami. <br />
Meskipun jumlahnya masih di bawah ambisi kami, rangkaian kunjungan bilateral terakhir dimanfaatkan oleh Perancis untuk menyatakan dukungannya kepada Pemerintah Indonesia yang telah berhasil membawa negaranya melangkah di jalan demokrasi dan reformasi.<br />
Bapak Xavier Darcos, Menteri Urusan Kerjasama, Pembangunan, dan Frankofoni melakukan lawatan ke Indonesia pada bulan Januari 2005 Bapak Renaud Muselier, Menteri Muda Luar Negeri pada bulan Maret 2005 dan Bapak Francois Loos, Menteri Perdagangan Luar Negeri, yang didampingi oleh delegasi pengusaha Perancis, juga pada bulan Maret 2005. Di sela-sela KTT ASEM di Helsinki bulan September 2006, Presiden Republik Perancis Jacques Chirac sempat berbincang-bincang dengan Presiden Republik Indonesia. Sementara menteri luar negeri kedua negara berjumpa di New York pada akhir September 2006 di samping Sidang Umum PBB. Kunjungan Menteri Muda Luar Negeri dan Hak Asasi Manusia Ibu Rama Yade ke Jakarta di bulan September 2007 telah memungkinkan dilaksanakannya dialog politik tingkat tinggi dan menandai keinginan bersama kedua negara untuk mempererat hubungan di berbagai bidang. Hubungan ekonomi Perancis-Indonesia bertumpu pada kehadiran sekitar seratus perusahaan Perancis, mayoritasnya bagian dari kelompok usaha Perancis besar dan sejumlah UKM yang sudah lama menetap di Indonesia dan terus berkembang. <br />
Di bidang kerjasama, politik kami di Indonesia ditekankan pada berbagai bidang : kerjasama universitas dan penelitian, penguatan pemerintahan yang demokratis dan negara hukum, promosi keanekaragaman budaya dan studi di Perancis, penggalakan kembali pelajaran bahasa Perancis. Selain itu, kehadiran lembaga kebudayaan Perancis di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Bali dan Balikpapan memungkinkan Perancis menonjolkan budaya Perancis, seperti Printemps français (Musim Semi Budaya Perancis di Indonesia) yang pada setiap tahunnya banyak menarik perhatian masyarakat.<br />
Menyusul bencana tsunami Desember 2004, Perancis menjalankan berbagai proyek bantuan (bantuan logistik Angkatan Bersenjata Perancis senilai ± 16,5 juta €, bantuan untuk rekonstruksi dari Pemerintah sebesar 10,6 juta €, bantuan dari Asosiasi Pemerintah Daerah Perancis 20 juta €). Di samping itu, dijalin pula kemitraan dengan Palang Merah Perancis dalam sebuah program pencegahan dan penanggulangan bencana yang mencakup pembangunan ruang pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana (Pusdalop PB) di tingkat nasional dan di sejumlah daerah, pelatihan bagi personil terkait dan penyebaran informasi serta sosialisasi kepada penduduk setempat.<br />
Selain itu, hubungan kami dengan Indonesia perlu dilihat dalam kerangka politik kami yang lebih besar di Asia dan Asia Tenggara. Memang, Perancis mempunyai minat khusus pada ASEAN yang merupakan, bersama India, Cina dan Jepang, salah satu pilar keseimbangan regional. Keanggotaan Perancis (negara Eropa pertama) pada Traktat Persahabatan dan Kerjasama (TAC), di bulan Januari 2007, pada KTT ASEAN di Cebu (Filipina), merupakan titik keberhasilan logis dari kepentingan tersebut. Perlu diingatkan bahwa bahwa komitmen Perancis di masa lalu untuk mengembangkan dialog Eropa - Asia telah mendorong munculnya sejumlah prakarsa regional baik dalam kerangka ASEM maupun dalam penguatan kerjasama antara Uni Eropa dan ASEAN. Bersama 7 negara lain, Perancis juga ikut serta dalam misi pengawasan kesepakatan damai di Aceh yang untuk pertama kalinya menggabungkan Uni Eropa dengan beberapa negara ASEAN. Selain itu, lima orang dari Perancis menjadi bagian dari misi pengawasan pilkada Uni Eropa di Aceh, pada bulan Desember 2006. Kinerja Aceh Monitoring Mission telah memberikan satu ilustrasi nyata dan sukses dari pernyataan itikad Eropa yang mendukung perkembangan kerjasama di dalam kerangka Politik Keamanan dan Pertahanan Eropa (PESD). <br />
<br />
Kesimpulan<br />
Poin penting yang bisa diambil dari sejarah diplomasi Indonesia tahun 1948 sampai saat ini adalah cara diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia, dimana akan sulit untuk berhasil tanpa dukungan dari pihak-pihak asing yang sebenarnya telah mengakui kemerdekaan Indonesia namun masih menunggu diserahkannya kedaulatan secara penuh oleh Belanda yang tadinya merupakan negara penjajah kepada Indonesia sebagai bekas negara jajahan. Diterimanya delegasi Indonesia di PBB dan dibuatkannya resolusi khusus Dewan Keamanan PBB untuk masalah Indonesia memperlihatkan bahwa diplomasi Indonesia telah mencapai sasarannya untuk mendapatkan pengakuan Internasional walaupun pada saat itu belum sepenuhnya diakui secara formal dan legal.Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-46900412788486111822010-06-02T20:37:00.001-07:002010-06-02T20:45:15.227-07:00Keputusan mahkamah Internasional tentang kasus perebutan pulau sipadan ligitan antara Indonesia dan MalaysiaNama : Riana Sopiana<br />
NIM : 209000197<br />
Prodi : Hubungan Internasional<br />
Mata Kuliah : Pengantar Diplomasi<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
1. 1. LATAR BELAKANG<br />
<br />
Terjadinya perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia dikarenakan Malaysia menganggap Sipadan dan Ligitan itu adalah milik Malaysia. Asal muasalnya adalah Pulau Sipadan dan Ligitan tersebut dibagi lewat perjanjian konvensi pada tahun 1891 yaitu antara negara Belanda dan Inggris. Namun disini Inggris lah yang pada akhirnya melakukan eksploitasi terhadap Sipadan dan Ligitan dengan membangun aktivitas penangkaran penyu dan ekspoitasi sumber daya alam serta membangun resort pada tahun 1988. Seiring dengan dimerdekakannya Malaysia. Apa yang di miliki oleh Inggris dianggap oleh Malaysia sebagai milik Malaysia. Karena Inggris memberikan daerah penjajahanya kepada pemerintahan Malaysia. Malaysia berasumsi bahwa apa yang telah Inggris berikan adalah miliknya, dan Malaysia pun melanjutkan penangkaran penyu, sumber daya alam, dan membangun resort pada tahun 1988. Namun hal ini ternyata menimbulkan kontroversi antara pihak Malaysia dan Indonesia. Indonesia mengklaim bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan daerah kedaulatan Indonesia, bukan milik Malaysia. Secara ekonomis, Malaysia yang telah melakukan pembangunan di kedua pulau tersebut menganggap bahwa hak untuk memiliki Pulau Sipadan dan Ligitan adalah hak Malaysia<br />
Permasalahan ini pun tidak bisa diselesaikan oleh kedua belah pihak sehingga sengketa kedua pulau ini dibawa ke Mahkamah Internasional. Di mahkamah internasional, kedua pihak baik Indonesia maupun Malaysia melakukan berbagai usaha persuasive dan meyakinkan mahkamah internasional bahwa mereka berhak untuk memiliki kedua pulau tersebut. Ternyata, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Malaysia yang berhak atas kepemilikan. Pulau Sipadan dan Ligitan tersebut. Mengapa Malaysia mendapatkan hak tersebut? Karena Mengapa Indonesia kalah dalam memperjuangkan Pulau Sipadan dan Ligitan? Dalam tulisan ini, akan dijelaskan bagaimana latar belakang yang menyebabkan kepermasalah ini terjadi.<br />
<br />
1.2. RUMUSAN MASALAH<br />
Rumusan Masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:<br />
1. Bagaimana latar belakang terjadinya sengketa antara Indonesia dan Malaysia perihal kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan?<br />
2. Bagaimana proses diplomasi dan kasus hukum Sipadan dan Ligitan sehingga kasus sengketa ini dimenangkan oleh Malaysia?<br />
<br />
1.3. KERANGKA PEMIKIRAN<br />
1. Mengenai negosiasi, Abbe Duguet (dalam buku Nation and Men), memberikan batasan sebagai berikut: ‘ Negotiation is a contact and communication between policy makers with a view toward coming to terms. The search is for harmony and unanimity, not victory…’(Negosisasi adalah kontak dan komunikasi antara pembuat kebijakan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan. Yang ingin dicapai adalah harmoni dan saling pengertian, bukan samata- mata kemenangan). Adapun ada tujuan dari negosiasi adalah:<br />
1. menyelesaikan konflik kepentingan secara damai.<br />
2. menghindarkan bahaya langsung dari cara- cara pemecahan dengan kekerasan, atau munculnya tekanan lawan<br />
3. mewujudkan perdamaian setelah terjadinya konflik kepentingan yang mengarah pada kekerasan<br />
4. mewujudkan suasana yang baik melalui pembentukan suatu sistem atau organisasi permanen sebagai wadah memecahkan masalah- masalah secara damai, selain sebagai upaya menghindarkan konflik potensial dimasa mendatang.<br />
<br />
Dari tujuan negosiasi di atas, jelas terlihat tujuan dasar dari negosiasi adalah perdamaian yang mencapai kesepakatan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Jika dalam suatu negosiasi situasi “menang- kalah” tidak bisa di hindarkan lagi, bukan berarti aktivitas negosiasi berhenti. Dengan kata lain, upaya- upaya penyelesaian harus tetap dijalankan, melalui negosiasi selanjutnya. Maka negosiasi merupakan proses yang berkesinambung, bahkan jika suasana sudah mengarah pada kekerasan dan peperangan.<br />
Adapun penyelesaian sengketa secara hukum (Judical Settlement) dalam hal penyelesaian dengan cara hukum (judicial settlement atau adjudication) para pihak yang bersengketa dapat mencari penyelesaian dengan memajukan pertikaian mereka itu kepada Mahkamah Internasional (Internasioanl Court of justical) yang dibentuk sejak tahun 1946 sebagai badan utama PBB. <br />
Permanent Court of Internasional Justice maupun Internasional Court of Justice telah menangani berbagai kasus persengketaan yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa untuk diselesaikan secara hukum (judicisl settlement) yang semuanya itu menyangkut masalah penafsiran, atau penerapan perjanjian- perjanjian internasional (S.S Wimbledon, PCIJ Series A No.1 hal. 15), atau perhatian terhadap masalah khusus seperti:<br />
a. Masalah- masalah yang berkaitan dengan kedaulatan terhadap wilayah- wilayah tertentu dan pertikaian mengenai perbatasan; (status Eastern Greenland antara Denmark dan Norwegia PCIJ Series A/B No. 53 hal.22)<br />
b. Masalah- masalah mengenai delimitasi maritime dan masalah- masalah hukum lainya yang berhubungan dengan perselisihan laut; (masalah perikanan antara Inggris dan Norwegia, ICJ Report 1951, hal.116)<br />
c. Semua permasalahn hukum yang berkaitan dengan perlindungan diplomatic bagi warga negara di luar negeri yang muncul (Kasus Oscar Chinn antara Inggris dan Belgium, PCIJ Series A/B No. 63, hal.65)<br />
d. Masalah- masalah yang timbul akibat terjadinya penggunaan kekerasan (Kasus Corfu Channel antara Inggris dan Albania, ICJ Report 1949,hal. 4)<br />
e. Bebagai kasus lainya yang melibatkan pelaksanaan kontrak- kontrak dan pelanggaran terhadap asas- asas hukum kebiasaan internasional. (Kasus S S Lotus antara Perancis dan Turki, PCIJ Series A, No.10 hal..4)<br />
<br />
2. Konsep Kepentingan National ( Nationl Interest )<br />
3. Konsep Kedaulatan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
<br />
2. 1. Klaim kepemilikan Pulau dan Sipadan Ligitan oleh Malaysia<br />
Pada tahun 1969 Malaysia mengklaim bahwa Sipadan dan Ligitan adalah milik Malaysia, karena kedua pulau itu berdsarkan chain of title (rantai kepemilikan) merupakan wilayah dibawah kekuasaan Inggris yang menjajah Malaysia sebelum Malaysia menyatakan merdeka. Pada saat itu, Inggris telah membangun penangkaran penyu dan eksploitasi sumber daya alamdi kedua pulau tersebut. Jadi Malaysia melakukan klaim bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan adalah milik Malaysia. Sepeninggalan Inggris dari Malaysia, Malaysia melanjutkan berbagai proyek yang dulu dilakukan Inggris di Pulau Sipadan dan Ligitan. Berbagai proyek tersebut adalah penangkaran penyu, eksploitasi sumberdaya alam, dan Malaysia juga melakukan pengembangan sektor pariwisata dikedua pulau tersebut. <br />
Indonesia dan Malaysia memasukan Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi wilayah kedua tersebut. Dan kemudian Indonesia dan Malaysia menyepakati bahwa masalah perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan dibawa dalam keadaan setatus quo. Namun disini Indonesia dan Malaysia mengartikan berbeda. Malaysia malah mengartikan bahwa status quo adalah masih dibawah Malaysia, dan Malaysia pun malah membangun resor parawisata yang dikelola oleh pihak swasta Malaysia sampai masalah ini selesai. Disini pula Malaysia memasukan pulau Sipadan dan Ligitan itu kedalam peta nasionalnya pada tahun 1969. Disini berbeda halnya dengan Indonesia. Dalam status quo ini, Indonesia salah mengartikan. Disini malah Indonesia mengira kedua pulau Sipadan dan Ligitan tidak boleh ditempati, dan tidak boleh diduduki sampai masalah tersebut selesai.<br />
Untuk menyelesaikan masalah ini Dewan Tinggi ASEAN menyelesaikan perselisihan Indonesia dan Malaysia. Disini Malaysia menolak bantuan Dewan Tinggi Asean karena Malaysia beranggapan bahwa terlibat sengketa pada Singapore untuk klaim pulau batu puteh. Disini Indonesia mengambil sikap, bahwa masalah ini harus diselesaikan pada Dewan Tinggi ASEAN, dan Indonesia menolak ksusus ini dibawa ICJ (Inteternational Court Justice). Pada tanggal 31 Mei 1997 Presiden Soeharto menyetujui kesepakatan “Final and Binding” berasama dengan perdana mentri Muhatir Muhamad.<br />
<br />
2. 2. Penyelesaian Kasus Sipadan dan Ligitan<br />
• Proses Hukum Pulau Sipadan dan Ligitan<br />
Pada tanggal 3-12 Juni 2002 Indonesia menyelesaiakan persidangan anatara Indonesia dan Malaysia yang digelar di Mahkamah Internsional (International Court Justice), di Den Haag, Belanda. Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi masalah penting bagi Indonesia dan Malaysia. Konflik mencuat pada tahun 1969 ketiaka Indonesia dan Malaysia membahas permasalahan perbedaan penafsiran yakni perjanjian yang dibuat pada tahun 1891 yang dibuat oleh dua kolonialis. Dimaman Inggris dan Belanda membagi Kalimantan. Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dari delagasi Indonesia menunding bahwa Malaysia telah melakukan kesalahan. dimana Malaysia melakukan aktivitas di Pulau Sipadan dan Ligitan. Kesepakatan yang dibuat oleh kedua Negara Indonesia dan Malaysia bahwa tidak ada aktivitas yang dilakukan di pulau itu karena masih dalam sengketa. Angkatan laut Malaysia datang untuk mengamankan Pulau tersebut, akan tetapi angkatan laut bukan saja menjaga Pulau Sipadan dan Ligitan. Tetapi membangun penangkaran penyu dan tempat parawista. Indonesia mengkalim bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan layak masuk kedalam peta kedaulatan Indonesia. Namun disini Mahkamah Internasional cenderung memenangkan Negara yang lebih dahulu melakukan aktivitas di atas sebuah kekuasaan. Disini Malaysia melakukan aktivitas terlebih dahulu. <br />
Pada tahun 1969 Indonesia dan Malaysia melakukan kesepakatan bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan adalah pulau yang masih sengketa. Dan kedua Negara tersebut mengetahui bahwa pulau yang menjadi sengketa tidak boleh dikenai aktivitas oleh kedua Negara. Namun kenyataanya pada tahun 1988 Malaysia melakukan aktivitasnya di Pulau Sipadan dan Ligitan. Indonesia berargument bahwa pulau yang menjadi sengketa tidak boleh dikenai aktivitas. Namun disini Malaysia banyak melakukan aktivitas di Pulau Sipadan dan Ligitan. Dan itu yang menjadi argument Indonesia untuk mendapatkan Pulau Sipadan dan Ligitan. Namun pihak Malaysia tidak mau kalah, Malaysia juga mengajukan argument. Yaitu argument rantai kepemilikan. Dimana Malaysia menerima kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan berdasarkan chain of title (rantai kepemilikan), dan melakukan perjanjian pada Sultan Sulu dengan Spanyol tentang kedua pulau tersebut. Melihat perdebatab tersebut Mahkamah Internasional melakukan penyelidikan atas kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan ini baik secara historis maupun sacara geografis. <br />
Pada abad ke 19 Pulau Sipadan dan Ligitan adalah perebutan Inggris dan Belanda. Karena menurut Belanda Pilau Sipadan dan Ligitan masih termasuk diwilayah jajahan yang dibuat pada tahun 1824. Sebaliknya dengan Inggris bahwa pulau Sipadan dan Ligitan masih dalam wilayah jajahan Inggris. Pertikaian antara Inggris dan Belanda terjadi sampai pada tahun 1891. Dan pada akhirnya kedua Negara tersebut membuat kesepakatan menentukan wilayah antara borneo Inggris dan borneo Belanda. Perundingan antara Inggris dan Belanda pun akhirnya menetapkan Sipadan dan Ligitan adalah garis perbatasan, dan pihak Belanda tidak lagi mempersoalkan masalah tersebut. Maka dari perundingan itu jelaslah bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi milik Inggris. Disini Indonesia berpegang pada perjanjian Inggris dan Belanda yang berisi tentang pembagian wilayah Kalimantan. Yaitu utara milik Inggris sedangkan selatan milik Belanda. Pada bagian timur, tepatnya lintag 4 derajat 10 menit yang ditarik menjadi dua bagian di Pulau Sibatik,<br />
Belanda menempatkan Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi bagian dari wilayah Belanda. Karena Belanda pernah menjajah Indonesia, dan Inggris pernah menjajah Malaysia. Jadi dikedua Negara menyepakati pernanjian atas kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan. <br />
Pada tahun 1954 borneo menjadi koloni Inggris. Inggris mengumumkan bahwa dari pangkal garis lurus ujung Pulau Sibatik sertaPulau Sipadan dan Ligitan adalah milik Inggris. Borneo pun menjadi bagian dari Malaysia. Pada tahun 1963 Malaysia mengumumkan bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan termasuk wilayah Malaysia karena wilayah tersebut telah menjadi wilayah pelantar laut baru yang berdasarkan pada perjanjian- perjanjian undang- undang padda tahun 1963. Disinilah pihak Malaysia mengklaim bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan dari wilayah Malaysia. <br />
<br />
• Kemenangan Malysia atas Indonesia<br />
Pada kasus sengketa antara Indonesia dan Malaysia. Kasus ini dibawa ke Dewan Tinggi ASEAN. Yakni guna untuk menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dan Malaysia. Disini Malaysia menolak bantuan dari Dewan Tinggi Asean karena Malaysia beranggapan bahwa terlibat sengketa pada Singapore untuk klaim pulau batu puteh. Disini Indonesia mengambil sikap, bahwa masalah ini harus diselesaikan pada Dewan Tinggi ASEAN Pada tahun 1998 kasus sengketa anatara kedua Pulau Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ (International Court of Justice). <br />
Pada tanggal 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan hasil sengketa yang merebutkan kedua pulau tersebut. Dan hasil yang di keluarkan oleh ICJ kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan hasilnya yang digunakan adalah hasil voting. Hasil yang di dapat dari voting adalah Malaysia menang. Karena pihak Malaysia lebih dahulu melakukan aktivitas diwilayah sengketa. Padahal dalam perjanjian antara Indonesia dan Malaysia dalam status quo tidak ada yang melakukan kegiatan dipulau sengketa. Pihak Malaysia mengirim tentaranya ke Pulau yang bersengketa, namun selain mengirim tentara, Malaysia malah membuat tempat kegiatan pariwisata. Disini pihak Indonesia kecewa pada pikah Malaysia karena tidak konsisten pada perjanjian tersebut. Permasalahn ini dibawa ke Mahkamah Internasionla, dan hasilnya pihak Malaysia yang menang, karena siapa yang lebih dahulu melakukan aktivitas pulau tersebut maka, pihak tersebut yang menang, selain itu, Indonesia tidak memiliki peta Pulau Sipadan dan Ligitan, maka ditetapkan lah, Malaysia yang yeng berhak mendapatkan Pulau Sipadan dan Ligitan. Jadi disini Malaysia mendapatkan Pulau Sipaddan dan Ligitan. <br />
<br />
2.3. Analisis kekalahan Indonesia atas kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligatan<br />
Pada tahun 1962 Indonesia dan Malaysia mulai ada konflik diantar kedua Negara tersebut. Dengan slogan Ganyang Malaysia. Pada saat itu, diplomatic dalam keadaan krisis di kedua Negara Indonesia dan Malaysia. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ini adalah hasil dari kegagalan diplomasi. Karena gagalnya diplomasi, maka permasalahn sengketa dibawa ke Mahkamah Internasional membawakan hasil yang bisa diterima oleh kedua Negara. Dibawanya masalah ini ke Mahkamah Internasional membawa keberhasilan Pihak Indonesia tidak mendapatkan Pulau Sipadan dan Ligitan, Karena secara fisik Malaysia telah meluruskan jalannya sepanjang 2.100 km, Sedangkan Indonesia meluruskan jalannya dengan terputus- putus dengan total 540 km. Itu pun titik dari perbatasan bagian selatan. Dalam konflik ini Malaysia menerima Pulau Sipadan dan Ligitan dengan menggunakan rantai kepemilikan berdasarkan chain of title. Chain of title adalah perjanjian Sultan Sulu dengan Spanyol tentang kedua Pulau Sipadan dan Ligitan. Kekalahan atas kasus Pualau Sipadan dan Ligitan ini karena Pulau Sipadan dan Ligitan tidak masuk peta. Malaysia lebih dahulu melakukan aktifitas di pulau yang menjadi sengketa, Maka disini pihak Malaysialah yang menang.<br />
Pada tahun 1998 masalah sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ. Dan mengeluarkan hasil keputusan yang diperoleh oleh hasil voting. Malaysia demenangkan oleh 16 hakim dan yang berpihak Indonesia Cuma 1 yang berpihak. Mahkamah Internasional membawa 15 hakim, 1 hakim dari pihak Malaysi dan 1 hakim lagi dari pihak Indonesia. Dari hasil posting tersebut 15 hakim dari Mahkamah Internasional memilih pihak Malaysia, karena Siapa yang lebih dahulu melakukan aktifitas di Pulau itu, maka ia berhak memiliki Pulau tersebut. <br />
Kasus Pulau Sipadan dan Ligitan yang direbutkan Indonesia dan Malaysia malaui jalur hukum. Prosenya berjalananya dengan baik. Penyelesaian yang dilakukan oleh Mahkamah Internasional pun, merupakan keberhasilan diplomasi dari pihak Indonesia dan Malaysia. karena pihak Malaysia dan Indonesia mempercayakan sepenuhnya masalah ini ke Mahkamah Internasional. Cara ini pun memberikan dampak yang begitu besar bagi pihak Asia Tenggara. Dapat dilihat bahwa cara diplomasi ini berjalan dengan baik, yang menyerahkan masalah ini ke pihak Mahkamah Internasional dan mempercayai sepeunuhnya oleh pihak Mahkamah apa pun hasil yang didapat oleh pihak Indonesia ataupun Malaysia.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
<br />
<br />
3.1. Kesimpulan<br />
Berdasarkan permasalah diatas dapat kita simpulkan bahwa Malaysia telah menguasai Pulau Sipadan dan Ligitan. Pada tahun 1969 Malaysia mengklaim bahwa Sipadan dan Ligitan adalah milik Malaysia, karena kedua pulau itu berdsarkan chain of title (rantai kepemilikan) merupakan wilayah dibawah kekuasaan Inggris yang menjajah Malaysia sebelum Malaysia menyatakan merdeka. Malaysia telah melakukan kecurangan terhadap Indonesia. Karena pada saat Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi sengketa, Indonesia dan Malaysia pun membuat perjanjian yakni perjanjian status quo. Dimana kedua Negara ini tidak boleh melakukan aktivitas. Karena masih dalam sengketa. Namun disini Malaysia malah melakukan kecurangan karena melakukan aktivitas di tanah sengketa dengan membuka tempat wisata penangkaran penyu, pembuatan risosrt, dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Pulau Sipadan dan Ligitan tersebut. Maka Indonesia pun merasa di curangi. <br />
Masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan cara yang baik. Maka Dewan Tinggi Asean mencoba untuk melakukan perdamaian antara kedua Negara tersebut. Namun pihak Malaysia menolak bantuan Dewan Tinggi Asean karena Malaysia beranggapan bahwa dulu pernah terlibat sengketa pada Singapore untuk klaim pulau batu puteh. Disini Indonesia mengambil sikap, masalah ini harus diselesaikan pada Dewan Tinggi ASEAN, dan Indonesia menolak ksusus ini dibawa ICJ (Inteternational Court Justice). Namun pada akhirnya masalah ini dibawa ke Mahkamah Internasionl dan kedua Negara ini siap menerima keputusan yang diberikan oleh Mahkamah Internasional. Karena di setiap keputusan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Keputusan Mahkamah Internasional pun telah memberi keputusan bahwa Negara Malaysia berhak atas kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan karena Mahkamah Internasional melihat siapa yang lebih dahulu melakukan aktivitas ditanah sengketa, maka Negara itulah yang berhak menerima Pulau tersebut. Disini juga Indonesia tidak memiliki peta atas Pulau Sipadan dan Ligitan. Maka jelaslah pihak Malaysia yang menang dalam kasus sengketa ini. Pada tanggal 31 Mei 1997 Presiden Soeharto menyetujui kesepakatan “Final and Binding” berasama dengan perdana mentri Muhatir Muhamad. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan adalah bentuk dari kegagalan diplomasi Indonesia. Dan kegagalan Indonesia dalam mempertahan kan hak- haknya. Malaysia kuat karena masih berstatus Negara yang bersemakmuran Inggris. <br />
<br />
3.2. Saran<br />
Dalam kasus Pulau Sipadan dan Ligitan penulis memberikan saran, Apabila Pulau Sipadan dan Ligitan milik Indonesia, maka Indonesia memiliki peta kepemilikan Pulau terebut. Namun disini Indonesia tidak mempunyai peta Pulau Sipadan dan Ligitan. Akan tetapi Indonesia mengkomplain bahwa Pulau tersebut adalah milik Indonesia. Kegagalan diplomasi yang telah terjadi karena permasalah tidak dapat diselesaikan dengan cara yang baik., ini adalah sebagian dari pemicu untuk Indonesia. Mengapa diplomasi bisa gagal?? Maka Indonesia harus lebih belajar dan memahami lagi diplomasi yang bagaimana yang dapat menyelesaikan pulau sengketa tersebut. <br />
Pihak Malaysia dalam kasus ini sangat melakukan kecurangan atas perjanjian yang telah dibuat oleh kedua Negara Indonesia dan Malaysia. Malaysia malah melakukan aktivitas ditanah sengketa. Padahal dalam perjanjian status quo tidak ada yang melakukan aktivitas ditanah sengketa. Tetapi Malaysia malah melakukan aktivitas ditanah sengketa. Yakni, membuat tempat wisata penangkaran penyu, membuat risosrt, dan eksploitasi sumber daya alam yang ada dipulau tersebut. Dan disni juga pihak Malaysia tidak mau memnyelesaikan masalah ini ke Dewan Tinggi Asean. Karena dengan alasan yang tidak meyakinkan Indonesia. <br />
Yang penting kedepanya bagaimana membina pulau- pulau yang dimiliki oleh Negara kepulauan sehingga tidak ada lagi permasalah yang terjadi seperti kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan. <br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Buku <br />
Verma, Vidhu. 2002. Malaysia, state and Civil Sociecy in Transition. Singapore:Institute of South East Asian Studies.<br />
Weatherbee. Donald E. 2005 Internasional Relations In South East Asia. The Struggle for Autonomy.USA<br />
Roman and Littlefield Publishers. Inc<br />
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi Antara Teori dan Praktik.Yogyakarta:Graha Ilmu.<br />
Suryokusumo, Sumaryo.2007.Studi kasus Hukum Internasional.Jakarta:Tatanusa<br />
<br />
Halaman Web<br />
Diakses pada tanggal 21 mei 2010 pukul 08.26 pm<br />
<br />
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=3362, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 20:26<br />
<br />
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Hindari+Kasus+Sipadan+dan+Ligitan+Jilid+Kedua&dn=20090219134413, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 20: 30 pm<br />
<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 21:00 pm<br />
<br />
http://fisippemerintahan.unila.ac.id/index.php?option=com_articles&task=viewarticle&artid=18&Itemid=66, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 21:21<br />
<br />
http://www.tempointeractive.com/harian/wawancara/waw-ishaklatuconsina.html, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 21: 58<br />
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/12/23/WAW/mbm.20021223.WAW83561.id.html, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 22:10<br />
<br />
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=1022&coid=3&caid=31&gid=3, Diakses pada 21 Mei 2010 pukul 23: 32<br />
<br />
http://alimargono.wordpress.com/2008/05/04/ambalat-1/, Diakses pada tanggal 21 Mei 2010 pukul 23: 38<br />
<br />
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=3362, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 23: 47 <br />
<br />
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Hindari+Kasus+Sipadan+dan+Ligitan+Jilid+Kedua&dn=20090219134413, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 00:07<br />
<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 00: 28<br />
<br />
http://fisippemerintahan.unila.ac.id/index.php?option=com_articles&task=viewarticle&artid=18&Itemid=66, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 00: 34<br />
(okupasi)<br />
http://www.tempointeractive.com/harian/wawancara/waw-ishaklatuconsina.html, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 00: 42<br />
<br />
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/12/23/WAW/mbm.20021223.WAW83561.id.html, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 1: 00<br />
<br />
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=1022&coid=3&caid=31&gid=3, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 1:33<br />
<br />
http://alimargono.wordpress.com/2008/05/04/ambalat-1/, Diakses pada 22 Mei 2010 pukul 09:05Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-81881460604167408992010-06-02T20:33:00.001-07:002010-06-02T20:33:45.172-07:00“Peran Liga Arab dalam Penyelesaian Konflik perselisihan Israel-Palestina”Lesly Agistania<br />
Hubungan Internasional ‘09<br />
Pengantar Diplomasi<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang Masalah<br />
<br />
Konflik Israel palestina adalah konflik terpajang setelah perang salib diawali pada tahun 1979 hingga sekarang. Dalam sejarahnya, konflik di Timur Tengah berawal dari penolakan Arab terhadap gerakan zionisme dan pendirian negara Israel di wilayah yang diklaim Arab sebagai milik bangsa Palestina. Dalam perkembangannya, pengertian luas konflik Arab-Israel kemudian tereduksi menjadi sengketa mengenai wilayah-wilayah Arab yang dikuasai Israel pada perang Arab-Israel 1967, yaitu: Semenanjung Sinai, Jalur Gaza, Jerusalem Timur, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan. Penandatanganan perjanjian damai Mesir-Israel pada tanggal 26 Maret 1979 kemudian mengakhiri pen¬dudukan Israel atas Sinai. Saat ini, berdasarkan wilayah yang masih berada dalam pendudukan Israel sejak perang 1967, konflik Arab-Israel dipetakan menjadi tiga jalur utama, yaitu: jalur Palestina (Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem Timur), jalur Suriah dan jalur Farms Lebanon (Shebaa, Ghajar Utara, dan Kafr Shuba Hills).<br />
<br />
. Konflik Palestina-Israel memang merupakan bagian dari konflik yang lebih luas antara Arab-Israel yang memerlukan penyelesaian, secara terpadu atau pun terpisah, pada setiap jalur yang ada. Meskipun demikian, berdasarkan pendekatan pada inti permasalahan (core problem approach), hampir semua pihak, baik di tingkat regional maupun internasional, meyakini bahwa masalah Palestina merupakan inti dan akar dari berbagai masalah yang ada di Timur Tengah. Penyelesaian konflik Palestina-Israel dipercaya akan memudahkan penyelesaian berbagai masalah lain di kawasan dan bahkan dipercaya akan membantu pula penyelesaian berbagai konflik lain di sekitar kawasan yang dipandang sebagai efek samping, secara langsung atau pun tidak, dari berlarut-larutnya penyelesaian masalah Palestina. Sejalan dengan Arab Peace Initiative (2002), Road Map (2003), dan kesepakatan Konferensi Annapolis (2007), solusi yang dipandang terbaik bagi konflik Palestina-Israel adalah pendirian dua negara (two-state solution) yang sama-sama berdaulat, me¬miliki batas-batas teritorial yang diakui internasional, namun tetap hidup berdampingan secara aman dan damai serta saling menguntungkan.<br />
<br />
<br />
1.2. Rumusan Masalah<br />
• Tuntutan Palestina dan Tututan Israel<br />
• Presepsi Militan Hamas dan Militan Kahane-Kach<br />
• Bagaimana Liga Arab Mengupayakan Prospek Perdamaian Israel – Palestina<br />
<br />
BAB II<br />
KERANGKA TEORI<br />
2.1. Coercive Diplomacy ( Diplomasi Kekerasan ) : adalah jalur diplomasi yang diambil apabila jalur damai tidak mungkin dicapai lagi maka jalur penyelesaian yang diambil adalah konflik<br />
<br />
2.2. Preventive Diplomacy (Diplomasi pencegahan) : sebelum terjadinya konflik yang beujunga perang maka seharusnya diambil langkah jalur diplomasi pencegahan agar tidak terjadi pecah perang yang mengakibatkan trauma perang,hancurnya sebuah infrastruktur negara.<br />
2.3. Multi-Track Diplomacy : Jalur Diplomasi antara Pemerintahan ke Non Pemerintahan ( Hamas – Israel)<br />
<br />
BAB III<br />
PEMBAHASAN<br />
3.1.Tuntutan Israel dan Tuntutan Palestina<br />
<br />
Tuntutan Palestina<br />
Palestina menuntut agar israel meninggalkan jalur gaza serta mengosongkan wilayah tepi barat sesuai sseperti sebelum perang 1967.mengembalikan 3,5 pengungsi Palestina dari pengasingan serta membebaskan sekitar 7.000 tahan palestina di penjara – penjara israel.<br />
Dan juga palestina menuntut agar israel membongkar pagar pembatas yang tingginya 7 meter serta panjangnya 750 km yang baru dibangun untuk mengahalangi kaum militan masuk, pagar yang disebut arafat tembok berlin baru yang panjangnya dimulai dari kota jenin hingga ke selatan bersheba di jalur Gaza,Serta Israel harus menghentikan pengambilan sumber air dari Galilea, Tiberas dan dataran tinggi Golan.<br />
<br />
Tuntutan Israel <br />
Sedangkan Israel menghendaki agar kaum mulitan menghentikan serangannya dan perlucutan senjata hingga level zero untuk menjaga keamanan dan memepertahankan jerussalem<br />
hentikan serangan kaum militan, perlucutan senjata pasukan keamanan hingga ke level zero cukup untuk menjaga keamanan internal (polisi) dan mempertahankan Yerusalem. <br />
<br />
3.2.Militan Hamas vs Kahane-Kach<br />
Terjadi perbedaan presepsi yang sangat bersebrangan antara kaum militant hamas Palestinadan kaum militant kahane-kach Israel<br />
Kaum militant hamas palestina mengklaim bahwa menganggap Tepi Barat dan jalur Gaza tanah air, serta Yerusalem adalah Ibu Kotanya sedangkan Militan Kahane-Kach mengklaim bahwa Tanah Perjanjian (di utara Tepi Barat hingga ke selatan Berseheba), adalah milik/warisan sejarah yang harus dipertahankan. <br />
Militan Hamas, Jihad Islami dan Brigade Al Aqsa tetap menolak perdamaian dan bahkan Negara Israel harus dienyahkan. Maka itu Israel tetap galak, arogan dan membunuh setiap tokoh militan. Yang mana yang paling benar? Militan Palestina yang menyerang dengan bom bunuh diri dan menewaskan orang-orang tak bersalah. Kekerasan mereka ini sebagai jawaban atas kekerasan tentara Israel. Atau Israel yang membalas dengan mengejar, menembaki atau menangkap semua tokoh militan mulai dari Abdul Azis Rantisi, Syeik Ahmad Yasin hingga puluhan aktivis lainnya? <br />
Doktrin Israel hancurkan kaum militan, maka terorisme akan berakhir. Sementara kaum militan Palestina merasa Israel yang arogan dan penindas perlu diberi pelajaran dengan jihad dan intifadah. <br />
Disini saya akan memaparkan tentang konflik yang terjadi pada tahun-tahun terakhit ini<br />
Kronologi dan Anatomi Konflik Israel-Palestina<br />
Tahun Pristiwa Deskripsi<br />
1917 Deklarasi Balfour 2 November 1917 Inggris memenangkan Deklarasi Balfour yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina.<br />
1922 Mandat Palestina <br />
1936-1939 Revolusi Arab Pimpinan Amin al Husein yang menyebabkan tidak kurang 5000 warga Arab terbunuh<br />
1947 Rencana pembagian wilayah oleh PBB 29 November 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui untuk mengakhiri Mandat Britania untuk Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948 dengan pemecahan wilayah mandat<br />
1948 Deklarasi Negara Israel Israel diproklamirkan pada tanggal 14 Mei 1948, sehari kemudian langsung diserang oleh tentara dari Libanon, Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab lainnya. Israel berhasil memenangkan peperangan dan merebut + 70% dari luas total wilayah mandat PBB Britania Raya. <br />
1949 Perseteujuan gencatan senjata 3 April 1949, Israel dan Arab sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan rencana pemisahan PBB<br />
1956 Perang Suez 29 Oktober 1965, Krisis Suez, sebuah serangan meliter terhadap Mesir dilakukan oleh Britania Raya, Perancis dan Israel.<br />
1964 Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) berdiri Mei 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri, tujuannya untuk menghancurkan Israel. <br />
1967 Perang enam hari Dikenal dengan perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab: Mesir, Yordania dan Suriah, yang mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit.<br />
Resolusi Khartoum Sebuah pertemuan 8 pemimpin negara Arab pada tanggal 1 September 1967 karena terjadinya perang enam hari. Resolusi ini berlanjut ke perang Yom Kippur tahun 1973.<br />
1968 Palestina menuntut pembekuan Israel Perjanjian Nasional Palestina dibuat, dan secara resmi Palestina menuntut pembekuan Israel. <br />
1970 War of Attrition Setelah perang enam hari (5-10 Juni 1967), terjadi insiden serius di Terusan Suez. Tembakan pertama dilepaskan 1 Juli 1967, ketika pasukan Mesir menyerang patroli Israel, dan ini merupakan awal dari perang War of Attrition. <br />
1973 Perang Yom Kippur Dikenal juga dengan Perang Ramadhan pada tanggal 6-26 Oktober 1973 karena bertepatan dengan bulan ramadhan. Perang ini merupakan perang antara pasukan Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah, terjadi pada hari raya Yom Kipur, hari raya yang paling besar dalam tradisi orang-orang Yahudi. <br />
1978 Kesepakatan Camp David Ditandatangani pada tanggal 17 September 1978 di Gedung Putih yang diselenggarakan untuk perdamaian di Tmur Tengah. Jimmy Carter (Presiden Amerika Serikat) memimpin perundingan rahasia yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir, Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin. <br />
1982 Perang Libanon Perang antara Israel dan Libanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika angkatan bersenjata Israel menyerang Libanon Selatan. <br />
1990-1991 Perang Teluk <br />
1993 Kesepakatan damai antara Palestina dan Israel 13 September 1993, Israel dan PLO sepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pertemuan Yaser Arafat dan Israel Yitzhak Rabin berhasil melahirkan kesepakatan OSLO. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa memerintah di kedua wilayah. Arafat mengakui hak negara Israel untuk eksis secara aman dan damai. <br />
1996 Kerusuhan teromongan al Aqsha Israel sengaja membuka terowongan Masjid al Aqsha untuk memikiat para turis dan membahayakan fondasi mesjid bersejarah, pertempuran berlangsung beberapa hari. <br />
1997 Israel menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat<br />
1998 Perjanjian Wye River Oktober 1998, Perjanjian Wye River yang berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal. <br />
2000 KTT Camp David <br />
2002 Israel membangun tembok pertahanan di tepi Barat diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina<br />
2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya<br />
2005 Mahmud Abbas terpilih menjadi Presiden 9 Januari 2005, Mahmud Abbas dari al Fatah terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina menggantikan Yaser Arafat yang wafat pada 11 November 2004<br />
Juni 2005, pertemuan Mahmud Abbas dan Ariel Sharon di Yerusalem. Mahmud Abbas mengulur Jadwal Pemili karena mengkhawatirkan kemenangan diraih pihak Hammas<br />
Agustus 2005, Israel hengkang dari pemukiman Gaza dan empat wilayah pemukiman di Tepi Barat<br />
2006 Hamas memenangkan Pemilu Januari 2006, Hammas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi fatah selama 40 tahun<br />
2008 Januari-Juli, ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas, Hamas dituding tidak mampu mengendalikan kekerasan<br />
November 2008, Hamas batal ikut serta dalam pertemuan univikasi Palestina yang dilaksanakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel. <br />
26 Desember 2008, Agresi Israel ke Jalur Gaza. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. <br />
(Didapat dari berbagai sumber)<br />
<br />
Presepsi kedua militant inilah yang menyebabkan susahnya perdamaian terwujud antara Israel - Palestina ,kedua presepsi kaum miltan tersebut yang inkosisten terhadap perjanjian perjanjian damailah yang menyebabkan konflik terus berkobar sehingga damai hanya sebuah mimpi bagi masyarakat sipil Israel maupun Palestina.<br />
<br />
3.3. Upaya Liga Arab mengupayakan jalur damai Israel - Palestina<br />
Seperti yang kita tahu kurang gregetnya peran liga arab dalam mengupayakan damai Israel palestina, dan Liga Arab cenderung mengharapkan,Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) harus memainkan peran yang lebih besar lagi dalam usaha menyelesaikan konflik Palestina-Israel dan Amerika Serikat hendaknya tidak menjadi satu-satunya penengah. Selain itu, tanpa mengeritik langsung kebijakan AS di Timur Tengah, setiap penengah harus objektif,seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa. <br />
<br />
"Hendaknya ada perubahan dalam arah proses perdamaian, dengan menjadi penengah yang memahami kebutuhan dua pihak, dan bukan satu pihak," katanya.<br />
Ia juga mengatakan, peran PBB yang dipinggirkan pada satu tahap tertentu terkait dengan konflik Arab-Israel hendaknya dikembalikan. <br />
<br />
Banyak peran yang masih di lakukan. Sampai saat ini, Liga Arab masih berperan dalam membantu penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel. Tidak hanya itu, Liga Arab juga telah memainkan peran dalam meningkatkan konsolidasi dan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya di antara negara-negara Arab. Salah satu peran yang bisa dilihat adalah keputusan Liga Arab dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Beirut, Maret 2002. (KTT Liga Arab di Beirut memutuskan mendukung perjuangan rakyat Palestina).<br />
<br />
PBB merupakan bagian dari kuartet penengah bersama Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia, tetapi AS telah mengambil peran menonjol dalam proses perdamaian itu.padahal Liga Arab mempunyai andil yang sangat besar dalam menyikapi konflik yang terjadi di wilayah regionalnya.<br />
<br />
<br />
<br />
BAB IV<br />
PENUTUP<br />
4.1. Kesimpulan<br />
<br />
Pentingnya peran Liga Arab sebagai penyelesai konflik Israel Palestina , sebagai organisasi regional Liga Arab mempunyai andil besar untuk mengusung damai,apa lagi jika diprakarsai mesir sebagai negara yang langsung berbatasan dengan gaza.<br />
Perdamaian bisa dicapai apabila memang adanya I’tikad dari kedua pihak yang berkonflik benar-benar ingin menyelesaikannya,masalah presepsilah yang menyebabkan Israel dan palestina jauh dari prospek damai.<br />
Damai bukannlah hanya sebuah wacana apabila adanya adanya keterbukaan dimana dibuat forum khusus yang benar-benar ingin mencapai kadamaian serta tentram dalam bermasyarakat walaupun masalah histori sangat mempengaruhi akar pemikiran masyakakat israel maupun palestina,akan tetapi sterotype sebuah pemikiran bukan hal mutlak tapi masih diubah.<br />
<br />
Selain I’tikad dari kedua negara sangat penting peta jalur damai Israel – Palestina bisa terwujud apabila israel berhenti membombardir , membunuh, menghancurkan serta menghentikan agresi ke Palestina.<br />
Ada benarnya bahwa jika ingin adanya perdamaian maka harus dibentuklah dua negara yang berdaulat serta batas negara yang jelas antara Israel Palestina agar terbentuk dua negara yang saling berdampingan dan juga hidup dalam damai seperti yang diimpikan slalu oleh warga sipil israel palestina.<br />
Penderitaan masyarakat sipil Palestina yang mengungsi mengalami trauma serta cacat akibat perang akibat perang Banyaknya menuai simpati dari negara-negara sehinga banyaknya dan yang mengalir ke palestina diharapkan kedepannya bisa membangun kembali infrastuktur di Palestina yang hancur akibat bom serta agresi Israel.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Trias Kuncahyono,Jalur gaza,Intifada, dan Pembersihan etnis,2005.<br />
http://abukhonsa.multiply.com/journal/item/14<br />
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78075:liga-arab-inginkan-pbb-perannya-lebih-besar-lagi&catid=16:internasional&Itemid=29<br />
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=DgZeCAEMClMM<br />
http://muhsinlabib.wordpress.com/2008/05/15/menyelesaikan-konflik-palestina/<br />
Penjelajahan Dimensi Politik dan Teologis EkoMarhaendy.htmDiplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-18425887145405542162010-06-02T20:28:00.001-07:002010-06-02T20:28:09.270-07:00Diplomasi kontemporer Amerika Smart Power Diplomacy<b>Rizka Sherlyta Adriani<br />
209000200<br />
</b><br />
<b>I. Pendahuluan</b><br />
<br />
Amerika serikat adalah negara yang dapat dikatakan untung dalam masa berakhirnya perang duni kedua , karena dari sisi Amerika Serikat mereka menang melawan para musuh – musuhnya sehingga menempatkan negara adidaya tersebut sebagai pemenang mutlak perang tersebut. Selain itu runtuhnya era komunisme pada akhir dekade Sembilan puluhan yang ditandai dengan runtuhnya Uni soviet, musuh utama AS semakin menandaskan posisi AS sebagai negara yang penuh dengan hegemoni. Konsep dunia yang unipolar saat itu sangat terasa dimiliki oleh AS melalui berbagai doktrin-doktrinnya untuk mencapai tujuan nasional negaranya. Seperti doktrin Truman yang tujuannya adalah untuk membantu rekonstruksi negara – negara di Eropa Barat pasca perang dunia ( lebih dikenal dengan politik pembendungan ) serta Doktrin Monroe yang menggambarkan kepentingan nasional AS di belahan bumi barat melalui kebijakan – kebijakan yang di terapkan.<br />
Pada masa kepemimpinan Presiden George.W Bush, politik luar negeri AS terlihat cenderung menggunakan Hard Power sebagai instrumen diplomasinya , terlebih lagi setelah peristiwa serangan 11 september 2001 yang semakin membuat politik luar negeri AS mencapai titik klimaksnya. Pada masa pemerintahan Bush state power ini didominasi oleh kekuatan neokonservatif yang menjadikan Bush sebagai simbol utamanya. Ketika AS dalam control Bush sebagai presidennya , Amerika dikucilkan , ditakuti , dan dibenci dunia. Lebih jauh dia menyatakan pemerintah hanyalah sekumpulan hipokrit yang duduk dalam kursi pemerintahan , menjadikan AS sekarang sebagai sebuah negara yang tidak “damai”.<br />
Dalam berbagai ranah politik internasional dan permasalahan internasional hampir selalu AS muncul sebagai negara yang sangat ingin menunjukkan hegemoninya. Terkait dengan permasalahan domestik di Eropa tentang keanggotaan NATO , nama AS dan Inggris merupakan aliansi yang telah lama bersatu dan sekarang keberadaan Inggris di NATO dianggap oleh negara – negara Eropa lainnya adalah tidak lain sebagai kepanjangan tangan dari AS. AS telah berhasil memperalat keberadaan NATO sebagai collective defense untuk menjaga kepentingan – kepentingan AS di luar negeri. Apalagi hal ini diperburuk dengan invasi AS ke Afganistan dengan dalih serangan 11 september 2001 yang dilakukan oleh Rezim Taliban yang berbasis di Afganistan. Tidak hanya itu,kepentingan AS di Timur Tengah juga telat membuat terpecahnya keanggotaan NATO ke dalam dua kelompok, yakni Europianist dan Atlanticist, terkait dengan serangan AS ke Irak . Telah cukup terlihat jelas bahwa politik luar negeri AS selalu mengutamakan “POLITIK SERANG DULUAN” dalam menangani kasus – kasus yang cukup krusial bagi AS, yang sebenarnya ini merupakan salah satu Doktrin yang Bush terapkan pada masa pemerintahannya karna dia tidak mau Amerika dipermalukan lagi setelah pasca 11 september 2001 yang dimana AS diserang oleh kawanan Teroris.<br />
Terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden kulit hitam AS pertaama telah memberikan suatu era baru dalam politik Luar negeri AS, yang oleh banyak negara- negara di dunia diharapkan mampu merubah politik luar negeri AS lebih cenderung ke arah Soft Power. Perbaikan citra AS di mata dunia internasional dan keterpurukan ekonomi AS adalah hal utama pertama yang sudah menjadi tanggungan dan tantangan Obama diawal masa pemerintahannya , juga menjadi masalah yang amat penting bagi Obama untuk memulihkan nama baik AS yang pada masa kepemimpinan Bush, AS selalu identik dengan kekerasan. Berbeda dengan politik luar negeri AS pada masa kepemimpinan Bush , politik luar negeri AS pada masa Obama sekarang lebih banyak menggunakan soft power dan smart power dalam hubungannya dengan negara lain. Smart power yang sekarang dikembangkan oleh Obama tidak hanya melibatkan unsur militer tetapi juga melibatkan kapasitas ekonomi, intelijen, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta diplomasi damai lainnya.<br />
Yang menjadi research question adalah :<br />
1. Bagaimana Presiden Obama menerapkan Smart Power Diplomacynya di masa pemerintahannya saat ini ?<br />
2. Bagaimana Presiden Obama menyelesaikan masalah – masalah AS dan apa saja langkah-langkah yang diambilnya ?<br />
<br />
<br />
<b>II. Pembahasan</b><br />
20 januari adalah hari besar dan merupakan babak baru yang Amerika masuki karna terpilihnya Presiden Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 , Presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat. , harapan yang sangat besar rakyat Amerika dalam menyongsong masa depan, yang juga harapan dari banyak negara didunia, kini menjadi sebuah tanggung jawab besar Obama. <br />
Obama menjadi presiden ditengah situasi yang memburuk yang memukul AS dan mengimbas keseluruh dunia. Dia mengingatkan rakyat AS bahwa tantangan yang dihadapi tidak mudah, dia mengajak seluruh bangsa untuk selalu penuh harapan dan meminta seluruh rakyat untuk memikul tanggung jawab pribadi dan bersiap-siap menghadapi masa-masa sulit ke depan. Obama akan lebih mencurahkan perhatian pada masalah ekonomi selama 16 bulan ke depan. Presiden Obama yang berasal dari partai Demokrat itu sangat diharapkan mampu membawa Amerika serikat ke arah yang lebih baik oleh warga Amerika Serikat dan seluruh dunia karna , pada masa pemerintahan sebelumnya Presiden Bush membuat nama Amerika sangat terpuruk dimata dunia. <br />
Obama dihadapkan pada dua masalah pokok yaitu masalah dalam negerinya memperbaiki perekonomian dan kebijaksanaan politik luar negerinya yang pada delapan tahun terakhir banyak diwarnai kekuatan keras atau militer (hard power). Diharapkan dengan terpilihnya Presiden Obama sejarah Amerika baru akan terukir dengan baik , rakyat Amerika ikut membantu dan ikut berpartisipasi melalui perencanaan sistem demokrasi yang amat matang , pemerintah dan rakyat dapat bahu-membahu membangun kembali ekonomi AS yang dilanda resesi dan mengembalikan citra AS di mata dunia. Berbagai tugas berat sudah siap menunggu Obama pada hari pertama pelantikannya. Dari sisi domestik, rakyat Amerika berharap Obama dapat membalikkan situasi resesi ekonomi yang membebani rakyat menjadi keadaan yang memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak Amerika. Rakyat AS juga berharap agar pemerintah dapat memperluas layanan kesehatan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih layak dibanding delapan tahun di bawah Presiden George W Bush dari Partai Republik.<br />
Smart Power adalah struktur Diplomacy yang Obama gunakan. Smart Power yang digunakan oleh Obama sekarang dilatarbelakangi oleh Partai Demokrat dari mana Presiden Obama berasal. Partai Demokrat lebih menonjolkan gaya puritan demokratis dari ideologi liberalisme sedangkan Partai republik pada masa Bush lebih menonjolkan nuansa konservatisme. Oleh karna itu Partai Demokrat lebih enggan menggunakan kekuatan militer dalam penerapan politik luar negerinya. Persoalan HAM, demokrasi, dan lingkungan hidup tetap menjadi bagian penting dari politik domestik dan luar negeri AS. Selain itu Partai Demokrat lebih memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi AS, jaminan social, penerapan pajak progesif yang konsisten (khususnya penarikan pajak yang tinggi pada orang kaya AS), pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan perhatian pada pendidikan yang tersebar dan bermutu di seluruh negeri. Selain itu permasalahan internasional juga menanti Obama untuk diselesaikan, seperti penutupan penjara di Teluk Guantanamo, penarikan pasukan AS dari Irak, soal pembangunan nuklir di Iran dan hubungan AS – Iran , dan kebijakan positif AS untuk menyelesaikan konflik di Jalur Gaza. <br />
<br />
Dengan konsep diplomacy yang Obama jalankan , orang-orang yang mendampingi dan membantu Obama untuk mengatur Amerika Serikat juga adalah orang – orang yang sudah Obama dan partainya pilih dan dipikirkan secara matang , karna dibutuhkan orang yang benar-benar ahli dan mampu membantu Obama mengatur AS dan mengubah citra AS , karna hal tersebut tidaklah mudah dan tidak boleh setengah-setengah melakukan pekerjaanya. Presiden Obama bersama wakilnya Joe Biden merupakan gabungan 2 pemimpin baru Amerika yang muda dan energik penuh semangat dan politisi handal dan berpengalaman yang amat matang serta penuh pertimbangan. Di bidang politik luar negeri, AS juga memiliki Orang terpilih yakni Hillary Clinton , mantan pesaing utamanya Presiden Obama saat pemilihan capres dari Partai Demokrat. Hillary dipilih Obama menjadi Menteri Luar Negeri AS dan itu sudah mendapatkan persetujuan dari Senat AS. Hillary bukan hanya mantan ibu negara yang disegani , melainkan juga pernah menjadi anggota Senat AS dari negara bagian New York dan dia sangat menunjukkan kepiawaiannya dalam urusan luar negeri. <br />
<br />
Ada perbedaan mendasar antara Partai Demokrat dan Partai Republik,walaupun kedua partai itu sama-sama menganut ideologi liberal ala Amerika. Partai Republik lebih menonjolkan nuansa konservatisme ketimbang Partai Demokrat yang lebih menonjolkan gaya puritan demokratis dari ideologi liberalisme.<br />
Dibandingkan dengan Partai Republik, misalnya, Partai Demokrat lebih kurang menggunakan<br />
kekuatan militer dalam penerapan politik luar negerinya. Persoalan HAM , demokrasi, dan<br />
lingkungan hidup tetap menjadi bagian penting dari politik domestik dan luar negeri AS.<br />
Partai Demokrat lebih memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi AS , jaminan sosial,<br />
penerapan pajak progresif yang konsisten (khususnya penarikan pajak yang tinggi pada orang<br />
kaya AS) , pelayanan kesehatan yang lebih baik, perhatian pada pendidikan yang tersebar dan<br />
bermutu di seluruh negeri , dan tidak enggan untuk menggunakan kekuatan negara demi<br />
keadilan sosial.<br />
Hal penting yang perlu dipahami, penerapan politik luar negeri AS tidaklah akan berubah<br />
secara total dan drastis dari pemerintahan Republik ke Demokrat. Berbagai perjanjian<br />
internasional atau MoU yang sudah ditandatangani AS dengan berbagai negara tentunya akan<br />
tetap berlaku dan dihormati , termasuk berbagai hal yang terkait dengan peningkatan hubungan<br />
militer AS dan Indonesia.<br />
<br />
Didalam Smart Power Diplomasi bukan hanya didukung oleh kapabilitas militer saja , melainkan oleh pemanfaatan seluruh kapabilitas yang dimiliki AS seperti ekonomi , intelijen , ilmu pengetahuan dan teknologi , serta diplomasi damai lainnya. <br />
Untuk mencapai smart power itu AS harus menjalankan perannya sebagai pemimpin yang mengayomi , meski pada saat tertentu AS juga harus menjadi pemimpin yang Tegas. Secara sederhana, AS harus pintar melakukan perubahan-perubahan dari Hard power yang Amerika Serikat gunakan pada awalnya , kemudian diubah dan dibentuk menjadi bentuk baru yaitu Smart Power. Karena itu, di samping kekokohan kekuatan militer, AS juga perlu memberi perhatian terhadap kebutuhan publik global, menyediakan kebutuhan orang-orang dan pemerintahan di seluruh dunia yang tidak bisa mereka penuhi.<br />
Ini dimaksudkan bahwa AS harus mendukung lembaga-lembaga internasional , mengaitkan kepentingan AS dengan pembangunan internasional , memajukan kesehatan publik , meningkatkan interaksi masyarakat sipil AS dengan negara lian, memelihara ekonomi internasional yang terbuka, dan secara serius mengurusi perubahan iklim. Secara kelembagaan, Smart Power ini menghendaki adanya keseimbangan peran antara Departemen Luar Negeri yang lebih berfungsi diplomatik dan Departemen Pertahanan yang berfungsi militeristik. Seperti kita ketahui, selama pemerintahan Bush kebijakan-kebijakan luar negeri AS lebih sering disetir dari Dephan ketimbang Deplu. Anggaran Dephan per tahunnya mencapai hampir setengah triliun dolar, sedangkan Deplu hanya dijatah 36 miliar dolar. <br />
Meski AS dalam keadaan resesi ekonomi, tak dapat dipungkiri bahwa AS masih merupakan negara adidaya yang ramah dan masih diharapkan untuk memainkan peran pentingnya dalam kanca dinamika politik , ekonomi , pertahanan dan keamanan , serta sosial-budaya internasional.China, India, Rusia, dan Brasil dapat saja dikatakan sebagai kekuatan-kekuatan dunia yang sedang bangkit atau bangkit kembali. Namun,kekuatan kumulatif AS masih jauh lebih unggul dari negara-negara tersebut. Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur Laut akan menjadi negara utama yang mendapatkan perhatian khusus dalam politik luar negeri AS . Diprediksi masa depan hubungan AS-Rusia, AS-Uni Eropa, AS-negara-negara Timur Tengah, AS dengan Jepang, China,Taiwan dan Korea Selatan akan selalu menjadi perhatian utama AS. Asia tengggara yang semakin berkembang juga menjadi perhatian Amerika Serikat. Negara terpenting dalam perhatian AS ke Asia Tenggara adalah Singapura ,Thailand , Vietnam , dan Filipina mendapatkan tempat khusus dalam politik luar negeri AS.<br />
Masalah Obama lainnya adalah Terorisme yang merajalela semakin hari , apalagi 11 september 2001 adalah hari buruk bagi Amerika Serikat , saat itu jaringan teroris membuat Amerika terpukul dan sangat terpuruk. Teroris yang diduga berasal dari jaringan Al-qaedah pimpinan Osama bin Laden ini memporak-porandakan Amerika dalam satu hari , disaat itu Bush merupakan Presiden Amerika dan disaat itu pula , Bush melakukan kesalahan – kesalahan fatal yang membuat Amerika menjadi negara yang dikecam dan dikucilkan oleh Dunia. Bush saat itu sangat memerangi Islam , karna dianggap islam adalah tempat jaringan terorisme lahir. Tapi disaat sekarang Obama mulai merangkul islam dan Obama mengatakan akan menempuh jalan baru dengan menciptakan hubungan baru secara langsung melalui hubungan saling menghormati dan mengedepankan kepentingan bersama.<br />
Al-Qaeda dan Osama bin Laden adalah ancaman nomor satu bagi keamanan AS, setelah sebuah rekaman suara baru muncul dari Osama , yang berisi “Kami akan melakukan apa saja semampu kita untuk meyakinkan bahwa mereka tidak dapat menciptakan tempat berlindung yang aman yang dapat menyerang Amerika. <br />
Dalam konteks mengatasi ancaman dan perseteruannya dengan kelompok teroris internasional , Obama menyadari betul bahwa ancaman teror terhadap AS harus diselesaikan dengan gabungan smart dan hard power. Obama akan melakukan tekanan lebih serius terhadap kelompok-kelompok teroris di Afganistan dan dia akan menetralisir pengaruh terorisme di negara-negara muslim.<br />
Osama Bin Laden adalah produk budaya yang memperkuat rasa permusuhan, rasa tidak percaya dan dan kebencian mereka terhadap Barat khususnya AS. Budaya ini tidak mendewakan terorisme tetapi menyalakan fanatisme yang sudah ada dihati mereka. Masalahnya bukanlah Osama Bin Laden yakin kalau ini adalah perang suci melawan Amerika, masalahnya adalah jutaan orang di negara-negara Islam kelihatannya setuju. Inilah sebenarnya masalah yang harus diselesaikan oleh AS. Kini AS dibawah Obama memasuki babak baru dalam membuat negaranya aman dan tenteram. Ancaman teroris harus dinetralisir segera karena teroris memang ancaman utamanya yang nyata dan tak terduga, pernah mengharu birukan AS dengan meruntuhkan menara World Trade Center.<br />
Obama memfokuskan kekuatan militernya di palagan bergunung Afganistan, membungkam Al-Qaeda, sementara dilpomasi pintarnya akan lebih diutamakan khususnya kepada negara-negara muslim. Bila AS dapat membantu negara-negara Islam dan negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam seperti Indonesia memasuki kehidupan yang lebih maju, bermartabat dan penuh dengan kedamaian, maka hasilnya akan dirasakan oleh Amerika jauh lebih besar dari pada hanya sekedar mengatasi ancaman terorisme. Nampaknya memang jalan ini yang akan ditempuh oleh AS dibawah kepemimpinan Obama. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar didunia, Indonesia harus menempatkan rasa percaya diri yang lebih besar dan pintar dalam berhubungan dengan anak menteng yang kini menjadi penguasa dunia.<br />
Masalah internasional lainnya adalah Kebijakan AS untuk menyelesaikan konflik di Jalur Gaza. Partai Demokrat sebenernya jauh lebih dekat dengan lobi-lobi Yahudi di AS seperti dengan America-Israel Public Affairs Committee (AIPAC) dibandingkan dengan Partai Republik.<br />
Namun, masyarakat Yahudi Amerika juga ada yang sangat progresif dan properdamaian<br />
dengan slogan kampanye mereka ”PeaceNow” seperti organisasi ”J Street” yang baru berdiri di<br />
AS. Kampanye ”PeaceNow” juga dikembangkan oleh kalangan Yahudi di Israel sendiri dengan<br />
slogan ”Peace in the Palestine=Peace in Israel”.<br />
Disini Presiden Obama dan Menteri Luar negeri Hillary Clinton perlu membuktikan kalau Amerika Serikat , yang dikenal negara Adidaya itu mampu melakukan lobi – lobi pada Israel dan Yahudi serta menguatkan titik – titik kekuasaan yang sebelumnya sudah Amerika tanamkan pada beberapa negara Arab yang dianggap akan mampu memberi dukungan positif bagi perdamaian di Timur tengah.<br />
<br />
<b>III. Penutup & Kesimpulan</b><br />
<br />
Amerika Serikat negara adidaya yang kuat dan mempunyai banyak pengaruh dikanca dunia internasional. Diplomasi Amerika melewati banyak fase-fase perubahan dikarenakan perbedaan pemikiran yang Presiden Amerika miliki , Presiden George.W Bush yang mengatur Amerika dengan Hard power diplomasinya. Ketika Amerika berada di kekuasaan Bush , Amerika dianggap negara yang kejam , keras , dan sangat mengagungkan sifat Hegemoni yang dimilikinya. Ini membuat negara mengucilkan , tidak menyukai Amerika dan bahkan warga negara Amerika sendiri tidak setuju atas kebijakan – kebijakan yang Bush buat. Amerika dinilai ingin selalu menjadi negara yang paling depan dalam pembuat keputusan , menjadi negara penindas dan banyak hal lain lagi yang membuat nama Amerika jelek dan terpuruk. Pada masa pemerintahan Bush juga , Amerika mendapatkan pengalaman buruk akan kejamnya terorisme , yaitu diserangnya titik-titik penting dan berpengaruh di Amerika pada tanggal 11 september 2001 oleh teroris Al-qaeda pimpinan Osama bin Laden , disaat itu Bush menjadi Center of attention karna Bush wajib melindungi dan mengambil tindakan sebagai Presiden Amerika. Tetapi ternyata Bush juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kepentingannya sendiri. Setelah Bush habis masa pemerintahannya , datanglah sosok baru yang terpilih sebagai Presiden Amerika kulit hitam pertama yaitu Barack H Obama. Obama terpilih sebagai Presiden Amerika disaat Amerika sedang benar-benar membutuhkan pemimpin baru yang mampu membawa Amerika bangkit kembali dari keterpurukannya , baik dari struktur ekonomi , keamanan maupun hubungan diplomatiknya dengan dunia. Obama yang berasal dari partai Demokrat yang memiliki gaya yang lebih mengayomi memikirkan masyarakat baik dari ekonomi , kesehatan , keamanan , kenyamanan , dan cenderung menggunakan soft power. Smart power diplomacy adalah dasar pemikiran Obama dalam mengatur dan membangun Amerika Serikat. Bersama Joe Biden (wakilnya) dan Hillary Clinton (menteri luar negeri) , AS mengambil langkah yang lebih mendasar dalam Smart Power Diplomacy. Banyak masalah – masalah yang sudah menunggu Obama untuk ditangani , mulai dari membangun citra AS menjadi baik kembali , mengangkat keterpurukan Ekonomi di AS dan masalah – masalah internasional lainnya.<br />
<br />
Jadi Smart power yang Obama jalankan juga merangkul dan mengajak banyak pihak hampir diseluruh dunia untuk ikut berpartisipasi mermbawa Dunia dan menghilangkan masalah – masalah internasional yang kian waktu terus berkembang. Islam yang dulu adalah salah satu musuh Amerika , sekarang sudah mulai dirangkul untuk bekerja sama. Smart power yang Obama pilih membuat Amerika merubah image-nya dalam sekejap, Amerika negara dikenal sebagai negara yang hegemoninya tinggi sekarang sudah berkurang dan lebih ramah dari sebelumnya.<br />
Apa yang Obama coba bangun kembali merupakan sebuah awal untuk membuat Amerika menjadi baik dan membuat dunia juga menjadi lebih baik dengan hubungan – hubungan yang tercipta dengan Amerika , semoga apa yang Obama dan AS terus lakukan dan kembangkan bisa membawa dampak positif baik bagi AS sendiri , dan dampak positif bagi dunia juga.<br />
<br />
<b>Daftar Isi</b><br />
<br />
1 . kompas.com/tanggung _jawab_obama /21 Januari 2009 /10:51<br />
2 . Rencana Obama dengan kedamaian dunia/pengarang alterman albright<br />
3 . Jurnal New York times/Obama_Joebiden_hillary/2009 january 20/19:18<br />
4 . Ikrarnusabakti.blogspot.com/Monday, 19 January 2009/22:12<br />
5 . Jurnal New york times/the_new_beginning_of_Amerika/Januari 15th, 2009<br />
6 . Wikipedia.com/invasi irak ke amerika yang terjadi pada tanggal 11 september 2001<br />
7 . Harian Seputar Indonesia/ancaman_osama_bin_laden/Senin 19 Januari 2009Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-76536990832383696672010-06-02T20:18:00.001-07:002010-06-02T20:39:51.459-07:00Jerman dalam Upayanya Menguasai Dunia pada era 1940-anNama : Indra Yoga<br />
Prodi : Hubungan Internasional<br />
NIM : 209000144<br />
Mata Kuliah : Pengantar Diplomasi<br />
<br />
Bab I<br />
Pendahuluan<br />
1.1 Latar Belakang<br />
Seperti yang diketahui saat ini dimana pada tahun 1940 telah terjadi perang dunia kedua dimana Jerman lewat NAZI-nya bersama Italia dan Jepang ingin menguasai dunia dengan paham fasisme yang dianut. Apakah itu NAZI? NAZI ialah partai buruh di Jerman yang ketika itu dipimpin oleh Adolf Hitler. Adolf Hitler yang merasa bahwa ras Arya Jerman merupakan ras dan bangsa yang harus dihormati, tidak terima akan kekalahan Jerman di perang dunia I dari Amerika Srikat dan sekutunya. Hitler bersama NAZI berusaha merebut jajahan Jerman yang dirampas oleh Amerika Serikat dan sekutunya ketika penandatanganan perjanjian damai Versailles (1919). Yang mana isi dari perjanjian tersebut diantaranya berisi tentang pelucutan senjata, pembatasan kekuatan militer jerman, serta penyerahan wilayah jajahan Jerman kepada sekutu. Maka dari itu, Hitler melalui NAZI-nya ingin mengatakan kepada dunia bahwa Jerman yang lebih kuat telah lahir. <br />
Hitler yang kemudian memimpin Jerman pada tahun 1940 menyulut mulainya perang dunia dengan menyerang Polandia lewat serangan kilatnya atau yang disebut Blitzkrieg. Serangan ini sontak membuat dunia mengecam atas tindakan yang dilakukan Jerman. Maka dari itu, dunia dalam hal ini Prancis dan Inggris mengumumkan perang terbuka dengan Jerman. Lalu sejak saat itu, tepatnya sekitar September 1939 Perang Dunia II telah berkobar. <br />
Hitler semakin melancarkan serbuan NAZI-nya melalui Gestapo ke tanah Eropa serta Afrika yang kemudian mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1940-an. Dibantu Italia, Paris selaku ibukota Prancis jatuh ketangan Jerman dalam sehari. Begitu juga dengan negara-negara lain di Eropa, menyerah begitu saja kepada Jerman meskipun ada perlawanan namun tak berarti apa-apa bagi Jerman. Invasi Jerman ke Eropa membuat Jepang memberanikan diri untuk ikut serta dalam perang dunia kedua. Pemboman Jepang terhadap Pearl Harbour membuat Amerika Serikat turut meramaikan perang kedua. Maka, lengakap sudah “pesta” peperangan bersenjata terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Indonesia juga saat itu terkena imbasnya. <br />
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana Adolf Hitler lahir hingga NAZI dibuat lalu diplomasi apa yang membuat NAZI begitu disegani oleh beberapa negara di Eropa yang bergabung menjadi sekutu Jerman.<br />
<br />
<br />
1.2 Perumusan Masalah<br />
<br />
a. Lahirnya Sang Fuhrer .<br />
b. Jalannya perang dunia kedua pada masa puncak kejayaan Jerman sekitar yaitu pada tahun 1939 hingga 1942 serta titik balik kekalahan Jerman pada tahun 1943 dan 1944 dan Jerman menyerah kalah pada tahun 1945.<br />
c. Diplomasi yang digunakan Hitler dalam menumpaskan semua lawan politik maupun lawanya dalam perang dunia kedua.<br />
<br />
1.3 Tujuan Penulisan<br />
<br />
- Mempertajam tingkat kemampuan menganalisis suatu isu atau permasalahan.<br />
- Melaksanakan tugas akhir dari maya kuliah Pengantar Diplomasi.<br />
- Berusaha lebih memahami apa yang terjadi di perang dunia dari sisi Jerman dan sekutunya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab II<br />
Pembahasan<br />
<br />
2.1 Lahirnya Sang Fuhrer.<br />
Adolf Hitler lahir di Braunau, Austria pada tanggal 20 April 1889 dari keluarga Alois Hitler dan Klara Polzl. Ayah Hitler muda ialah pegawai bea cukai selama perang dunia pertama di jerman. Sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang mengurus Hitler muda dan kelima saudaranya. Hitler muda merupakan anak yang pendiam, dikarenakan dari kelima saudaranya Hitler muda sering kena amarah ayahnya. Hitler muda dipaksa ayahnya untuk menjadi pegawai bea cukai sama seperti dirinya, namun Hitler muda justru menginginkan menjadi pelukis. Sejak kecil Hitler muda selalu melihat kekerasan dalam rumah tangganya, terlebih melihat perlakuan kasar kasar ayahnya terhadap ibu yang sangat dia cintai. Alhasil, inilah mengapa kelak nanti Hitler sangat kejam dalam mengatasi perlawanan musuhnya. Menurut khabar, Hitler muda masih ada keturunan Yahudi dari sang ayah. Karena perlakuan kasar sang ayah, Hitler akhirnya juga sangat membenci orang-orang keturunan Yahudi.<br />
Beranjak muda, bakat melukisnya yang semakin tajam mulai tercium oleh ayahnya, sehingga sang ayah semakin melakukan tindak kekerasan terhadap Hitler muda. Hitler semakin tak karuan sekolahnya. Di usia 14 tahun, Hitler muda mesti mengulang sekolahnya dikarenakan tidak naik kelas. Kepada pihak sekolah Hitler muda mengatakan bahwa ketidakberhasilan dia dalam berkonsentrasi di sekolah disebabkan oleh ayahnya yang selalu memukulnya tiap kali dia melukis atau saat ada kerjaan rumah yang tidak terselesaikan dengan benar oleh Hitler muda. Lalu pada akhirnya sang ayah meniggal pada tahun 1903 dan saudara-saudara Hitler muda beserta ibunya pindah ke Wina.<br />
Di Wina, Hitler yang sudah beranjak dewasa sangat menginginkan masuk ke Akademi Seni Wina, namun apa daya. Hitler remaja dua kali ditolak untuk bergabung. Akhirnya Hitler remaja memutuskan lebih menjaga ibunya daripada memikirkan kariernya dikarenakan sang ibu yang sedang sakit akibat terkena kanker payudara. Tak lama atau selang dua tahun setelah kepindahan Hitler remaja dan ibunya ke Wina, Hitler remaja dapat musibah yang kemudian nantinya memicu perjuangan semangat Htiler dalam karir di masa depannya. Ibunya meniggal karena kanker payudara yang tak terobati pada thun 1907. Rasa kehilngan dan duka menyelimuti Hitler remaja atas kehilangan orang yang paling dicintainya. Hidup Hitler remaja setelah kepergian ibunya hanya menjadi seorang pelukis kartu pos bergambar hingga tahun 1913. <br />
<br />
Pada tahun 1913 Hitler remaja lari dalam penangkapan pemuda untuk diikutsertakan dalam wajib militer oleh tentara Austria. Namun akhirnya tertangkap dan Hitler remaja menjadi tentara Austria. Ketika Jerman turut serta dalam perang dunia pertama Hitler bersama ratusan tentara Austria dikirim ke Muechen, Jerman dalam rangka memperbantukan militer Jerman. Hitler remaja ditempatkan di pasukan ketentaran Bavaria. Di perang dunia pertama Hiter remaja yang ditempatkan di Prancis dan Belgia mendapatkan medali bintang jasa Iron Cross.<br />
Setelah perang dunia pertama berakhir dengan Jerman yang mengalami kekalahan, Hitler remaja telah beranjak menjadi orang dewasa yang disegani rekan-rekannya dikemiliteran. Selanjutnya Hitler mulai memasuki kancah politik pada tahun 1921 dengan bergabung ke Partai Buruh Jerman NSDAP (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei) atau NAZI yang nantinya akan berpengaruh bagi masa depan Jerman dikemudian hari. Setelah NSDAP atau NAZI memenangi pemilu tahun 1929, Hitler dilantik oleh Presiden Jerman saat itu, Paul von Hidenburg menjadi Kanselir Jerman.<br />
Semasa menjabat Kanselir, Hitler membuat kebijakan dengan menyamaratakan ekonomi, menambah lapangan pekerjaan serta peningkatan mutu sarana umum yang salah satunya terkenal hingga sekarang yakni mobil Volkswagen. Saat menjadi Kanselir Jerman, kekejaman Hitler sudah mulai terlihat ketika ia membunuh satu persatu lawan politiknya terlebih yang keturunan Yahudi. Hitler mengatakan bahwa selama ada orang Yahudi di tanah Jerman, Jerman tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju.<br />
Setelah berkecimpung di dunia politik dalam negeri, kesempatan Hitler untuk menjadi pemimpin Jerman terbuka dengan meninggalnya presiden Jerman saat itu Paul von Hidenburgh. Ketika menggantikan Paul von Hidenburg, Hitler menyatukan jabatan kepresidenan dan kanselir menjadi Fuhrer atau pemimpin tertinggi serta menjadikan partai NAZI menjadi partai satu-satunya di Jerman. Pada tahun 1939 Hitler mulai menjadikan NAZI sebagai sumber kekuatan baru Jerman dan dijadikan alat propaganda politik dan militer. NAZI yang memiliki pasukan Gestapo (Geheime Staatspolizei), SS (Schutzstaffel) menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat Jerman sendiri. Dibahasan selajutnya akan dipaparkan bagaimana berlangsungnya perang dunia kedua.<br />
<br />
2.2 Jalannya Perang Dunia Kedua.<br />
Perang Dunia Kedua atau PD II berkecamuk puncaknya ketika Jerman melalui NAZI-nya memicu peperangan terbesar dalam sejarah umat manusia dengan menyerbu Polandia melalui strategi serangan Blitzkrieg (kilat) pada awal September 1939. Jerman saat itu dalam puncak kekuatan yang lebih mantap daripada perang dunia pertama berhasil menduduki Polandia hanya dalam satu hari. Serangan ke Polandia merupakan kombinasi yang padu antara pasukan darat SS dengan pasukan udara dalam hal ini angkatan udara Jerman. Tak heran dalam sehari suatu negara yang diserang Jerman akan menyerah dalam sehari. Panzer dan Tank Tiger serta SS terus bergerak menuju dataran Eropa lainnya dengan didukung pasukan udara seperti Pesawat pembom Stutka. Pelancaran serangan yang dilakukan Jerman sontak membuat Inggris dan Prancis menyatakan bahwa kedua negara resmi melakukan perang terbuka terhadap Jerman pada tahun 1939. <br />
Saat melancarkan serangan ke Polandia, Jerman sebenarnya “bertemu” dengan Uni Soviet yang saat itu tengah melnjutkan misi Stalin dalam menyebarkan paham komunismenya. Jerman pun sempat menandatangani perjanjian batasan wilayah Polandia kepada Uni Soviet. Namun Hitler yang berambisi menguasai Eropa dan menganggap Stalin dan Soviet-nya sebagai penghalang jalan Jerman, maka saat itu juga Hitler mengumandangkan perang dengan melanggar perjanjian batasan wliayah yang telah disepakati. Karena ketidaksiapan Soviet menahan serangan Jerman, akhirnya Polandia resmi dibawah kekuasaan Jerman pada 6 Oktober 1939. Di Polandia ini juga awal terlihatnya kekejaman pasukan SS dibawah komandannya, Heinrich Himler yang melakukan pembantaian terhadap orang-orang keturunan Yahudi.<br />
Kejayaan Jerman pun saat itu tak tertandingi. Di darat Tank Tiger dan Panser mengawal SS serta di udara pesawat pembom juga mendukung secara penuh. Hingga tahun 1940 tepatnya pada 2 April, melalui Operasi Weserubung, Jerman melanjutkan serangan ke Denmark dan Norwegia. Meskipun disokong bantuan oleh Inggris dan Prancis, Denmark pun harus mengakui kekalahannya dari Jerman pada 9 April1940 disusul kemudian Norwegia pada bulan Mei 1940. Tujuan serangan ini adalah untuk melindungi pabrik pembuatan logam bahan dasar tank dan artlileri berat Jerman dari Inggris dan Prancis.<br />
Dengan penuh rasa percaya diri dalam menaklukkan sebagian Eropa, Hitler menyuruh pasukannya bergerak menuju Prancis. Serangan kilat ke Paris membuat Prancis menyerah dari Jerman pada 25 Juni 1940. Pada saat yang bersamaan, tujuh negara termasuk Belanda dan Belgia juga menyerahkan diri kepada Jerman. Hitler kemudian berencana menaklukkan Ingris lewat serangan udara dan laut.<br />
Jerman menyerang Inggris pada 1940, dimana pertempuran ini mempertemukan angatan udara kedua negara. Jerman dengan Lutwaffe sedangkan Inggris dengan Royal Air Force-nya. Dalam Battle of Britain ini, Jerman dapat dikalahkan dikarenakan pasukan udara Jerman kurang berpengalaman dalam pertempuran udara dibanding dengan angkatan udaraInggris. Kekalahan ini berimbas kepada Operasi Seelowe, dimana angkatan laut Jerman yang akan menyerbu Inggris lewat laut tidak mendapatkan bantuan dari udara. Singkatnya, meskipun Jerman berhasil membom London dan pasukan kapal selam U-Boat Jerman hampir merapat ke Inggris tetap saja jerman harus mundur akibat perlawanan Inggris yang gigih.<br />
Dari Italia, Benito Musolini yang sedang gencar-gencarnya berambisi membentuk Italia Raya lewat gerakan fasvio de combatimento mengumumkan perang terhadap Inggris dan Prancis pada tanggal 10 Juni 1940 serta turut bekerjasama dengan Hitler dalam perang dunia kedua. Italia langsung unjuk gigi dengan meyerang Yunani melalui Albania, namun pasukan Yunani berjuang tanpa mengenal menyerah sehingga berhasil memukul Italia bahkan balik menyerang dengan meduduki Albania. Hitler yang mengetahui hal ini langsung mengirim pasukannya guna membantu Italia. Kroasia dan Bosnia turut serta membantu namun perlawanan diwilayah Kerajaan Ottoman itu belum berakhir dikarenakan perlawanan kaum Nasionalis dibawah pimpinan Josep Broz Tito yang membantu Yunani dalam pertempuran.<br />
<br />
Di Asia, Jepang yang melihat pertempuran di Eropa yang diprakarsai oleh negara kecil seperti Jerman dan dapat menaklukkan Eropa dalam waktu yang singkat membuat Kaisar Jepang saat itu Kaisar Hirohito percaya diri bahwa Jepang dapat menaklukkan dunia. Pada 27 September 1940, Jerman dan Italia beserta Jepang sepakat embentuk ikatan kerjasama yang bernama Blok Poros.<br />
<br />
Melanjutkan serangan Jerman ke Eropa, Jerman hendak menyerang Uni Soviet dalam misi yang bernama Operasi Barbarossa. Menurut Hitler, komunisme sama dengan Yahudi dimana bila tidak segera dibasmi akan membahayakan Jerman dimasa yang akan datang. Hitler tetap menggunakan strategi serangan kilatnya untuk meruntuhkan Soviet, namun Hitler tidak melihat adanya “pasukan “ tambahan yang dimiliki Soviet yaitu cuaca dingin dengan curah salju yang sangat ekstrim.<br />
Dan benar saja dalam perjalanannya memasuki Rusia, pasukan Jerman “dibunuh” oleh cuaca dingin Soviet. Sehingga saat memasuki Soveit pasukan yang telah berkurang secara drastis dengan mudahnya “dipreteli” Tentara Merah milik Soviet. Belum lagi suplai makanan dan bahan bakar tank dikarenakan bantuan udara tidak dapat terbang diwilayah udara Soviet, membuat para serdadu mati kelaparan dan tank-tank Jerman “teronggok” begitu saja di jalan-jalan menuju Stanlingrad dan berbagai wilayah Soviet. Inilah awal kekalahan Jerman di Eropa. Sebelumnya, Stalin telah mengadakan kerja sama dengan Inggris dan Prancis dalam upaya menghentikan Jerman di ranah Eropa.<br />
<br />
Dari Asia, secara mengejutkan dengan pengeboman Jepang terhadap Pearl Harbor di Hawai yang mana basis pertahanan Amerika Serikat pada tanggal 7 Desember 1941. Alat perang berupa pesawat, kapal dan kapal selam AS banyak yang rusak sehingga AS mengalami kerugian besar. Akhirnya, AS yang sebelumnya “malas “ turut serta ke perang dunia kedua dengan alasan perang dunia kali ini adalah perang eropa memutuskan untuk turun ke kancah peperangan ini. Meledaklah pertempuran di Asia Pasifik antara AS dan Jepang yang salah satunya terkenal dengan perang laut yakni Battle of Philipine Sea. Jepang kemudian menjadi bulan-bulanan AS hingga tahun 1945.<br />
<br />
Tak lupa melihat perang Jerman dengan sekutu yang dalam hal ini AS telah turut serta di dataran gurun afrika. terjadi pertempuran El Alamein yang mana mempertemukan dua panglima padan gurun yang terkenal hingga saat ini yakni Erwin Johannes Eugen Rommel atau si “Rubah Gurun” serta Bernard Law Montgomery pada 1 Juli 1942. Jalannya pertempuran lebih didominasi oleh alat berat seperti tank dan artileri, dikarenakan pasukan Lutwaffe dipusatkan untuk membantu perang di Eropa dan Uni Soviet. Meskipun taktik perang gurun yang ditrapkan dari kecermelangan seorang Rommel dalam merebut Al Elamein tergolong sukses, namun Rommel tetap saja harus mengakui kekalahan dari Montgomery yang saat itu sudah dibantu oleh AS. Namun ada hal yang lebih menajubkan saat peristiwa penarikan mundur pasukan Jerman dan Italia dibawah kepemimpinan Rommel yakni pasukan yang ditarik mundur ke Tunisia semuanya utuh tanpa ada korban luka atau pun meninggal. Padahal mengingat jarak dan kondisi antara Al Elamein ke Tunisia cukup jauh dan panas, Rommel tetap bisa membawa anak buahnya (sekitar ribuan pasukan) selamat dari gempuran Inggris dan AS disepanjang perjalanan. Rommel menyerah kepada sekutu setelah Afrika Utara dapat direbut oleh sekutu.<br />
<br />
Kembali ke Eropa. Setelah Jerman gagal menumpaskan misi Operasi Barbarosa dan kalah dalam pertempuran Stanlingrad dan kalah di Afrika Utara serta Jepang yang mulai kewalahan meladeni perlawanan AS, akhirnya lama-kelaman dominasi Jerman di Eropa mengendur. Banyak negara jajahan Jerman yang melakukan pemberontakan dan mengusir Jerman keluar dari negaranya. Hitler yang mengetahui kekalahan Jerman sudah berada didepan mata masih berupaya mempertahankan kekuasaan Jerman di Eropa.<br />
<br />
Tahun 1944, sekutu yaitu Inggris, Prancis dan AS melakukan invasi melalui Normandia yang terkenal dengan sebutan D-Day. Hitler yang saat itu sednag tertidur di villanya di Austria tidak mengetahui penyerangan di Normandia. Pasukan Jerman bertahan tanpa perintah sang Fuhrer dikarenakan tidak ada yang beranikan diri membangunkan sang Fuhrer dari tidurnya. Operasi yang dinamakan Overlord ini mengeluarkan semua pertempuran terbaik antar SS Jerman yang gigih dlam menguasai Eropa melawan Sekutu yang bersifat “keroyokan”. Namun tak lama akibat “dikeroyok” Jerman akhirnya terpojok dan terkepung di Berlin. Merasa semakin tersudut, Hitler akhirnya memtuskan untuk bunuh diri di bunkernya di Jerman pada Mei 1945. Jerman menyerah tanpa syarat kepada sekutu, Jepang di bom atom AS pada taggal 6 dan 9 Agustus 1945 serta Benito Musolini yang digantung oleh rakyatnya sendiri di depan publik Italia. Berkahirlah perang dunia kedua dengan bertemunya Soviet dan sekutu AS di Berlin namun nantinya kedua blok akan bersitegang dalam perang dingin. Jermanpun terbagi dua, Jerman Barat milik sekutu dan AS, Jerman Timur milik Uni Soviet. Perang yang menjadi sejarah dalam umat manusia ini mencatatkan korban paling besar sekitar 5 juta orang.<br />
<br />
2.3 Diplomasi yang digunakan Hitler dalam menjatuhkan lawan-lawanya.<br />
<br />
Diketahui bahwa dalam menyelesaikan masalah Hitler selalu menggunakan senjata atau militer. Perlu diketahui meskipun tergolong Two Level Diplomacy yang berarti politik domestik dan politik luar negeri suatu negara saling mempengaruhi, sehingga pemimpin suatu negara diharuskan bernegosiasi dengan legislatif di internal negara (baik formal atau tidak) untuk bisa meratifikasi perjanjian internasional, selain bernegosiasi di tahap internasional namun Hitler selalu menyelesaikannya dengan pembunuhan. Seperti contoh pembunuhan oaring Yahudi. Sejumlah perwira Jerman ada yang tidak setuju dengan cara Hitler memasukkan orang Yahudi ke ruangan yang akan disemprotkan gas beracun. Menyikapinya, Hitler langsung mengutuskan pasukannya membunuh perwira-perwira tersebut. Begitu juga dengan negara yang tidak mau diajak untuk bekerjasama membantu Jerman dalam perang seperti Finlandia yang memoprtahankan negaranya menjadi musuh Jerman. Dan masih banyak lagi masalah yang diselesaikan Hitler melalui Hard Diplomasi atau diplomasi yang menggunakan kekerasan dalam hal ini senjata dan militer.<br />
<br />
<br />
<br />
Karya tulis ini adalah karya pribadi yang disusun sesuai dengan etika penulisan ilmiah dan tidak ada upaya untuk melakukan penjiplakan serta melakukan sedikit perubahan yang seperlunya. Penulis bertanggungjawab atas segala isinya.<br />
<br />
<br />
Daftar Pustaka<br />
<br />
1. Erwin Rommel, Boogie Wibowo<br />
2. Perang Eropa Jilid Pertama, PK Ojong<br />
3. Perang Eropa Jilid Kedua, PK. Ojong<br />
4. Perang Eropa Jilid Ketiga, PK. Ojong<br />
5. Operasi Barbarossa, Arie Subiakto<br />
6. Mein Kampf, Adolf Hitler<br />
7. Sedikit Bantuan Google.Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-73145426768271709532010-06-02T19:58:00.000-07:002010-06-02T19:58:27.917-07:00Perkembangan Kerjasama Bilateral Ekonomi Indonesia Dan China Dari Tahun (1967 -2006) dalam lingkup pengaruh ACFTA di Kawasan ASEANINDAH RETNONINGSIH<br />
( 206000180 )<br />
<br />
<br />
<br />
A. Latar Belakang Hubungan Bilateral Ekonomi Indonesia dan China (1967-2006 ).<br />
<br />
Indonesia dan China telah melakukan hubungan diplomatis semenjak tanggal 13 April 1950. Akan tetapi, hubungan diplomatis bilateral kedua negara tersebut sempat terhenti pada tahun 1967, setelah merebaknya isu kudeta komunisme di Indonesia. Pada bulan Desember 1989, atau selang waktu dekade setelah adanya perbaikan hubungan bilateral diantara Indonesia dan China, Indonesia dan china sepakat untuk membahas berbagai hal mengenai normalisasi hubungan bilateral kedua negara. <br />
Selanjutnya, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Ali Alatas, mengadakan kunjungan ke China tahun 1990, dan setelah kunjungan tersebut, kedua belah pihak Negara, Indonesia dan China, menandatangani Kesepakatan Penyelesaian Kewajiban Hutang Indonesia ke China, yakni, Agreement on the Settlement of Indonesia’s Debt Obligation to china, dan Komunike Pengadaan kembali Hubungan Diplomatis antara RRC dan Republik Indonesia ( RI ), ( Comminique on the Resumption of Diplomatic Relation between people’s Republic of China and the Republic of Indonesia ). <br />
Meskipun demikian hubungan China dan Indonesia masih mengalami kerenggangan, bahkan hingga tahun-tahun terakhir sebelum pemerintahan Soeharto, mengundurkan diri dari kursi jabatan pemerintahan Republik Indonesia. Keadaan ini, dikarenakan adanya faktor timbulnya rasa curiga dari pohak militer Indonesia, terhadap maksud-maksud tertentu yang dimiliki oleh China ( Haacke 2005 : 136 ). Oleh karena faktor itulah, Indonesia pernah memberikan dukungannya secara penuh, kepada keterlibatan Amerika Serikat di ARF, dan memberikan dukungan komitmenya dalam berbagai kesepakatan-kesepakatan dengn pihak Australia ( Leifer 1999 ). Akan tetapi, ibukota Jakarta, seperti halnya dengan negara-negara Maritim Asia Tenggara lainnya, dilihat oleh Beijing sangat penting, dilihat dari segi Politik, Ekonomi, dan wilayah yang Strategis. Bagi para pembuat kebijakan di Beijing, Jakarta tidak hanya memiliki faktor kepemimpinan dalam ASEAN, tetapi, dikarenakan perdagangan China yang semakin meningkat dengan dunia, memilki posisi geografis yang sangat strategis, yang merupakan elemen penting bagi kepentingan ekonomi China. <br />
Hubungan anatara kedua negara semakin membaik, selama masa krisis ekonomi, khususnya setelah adanya kunjungan mantan Presiden Abdurrahman Wahid, ke China pada bulan Desember 1999. Pada waktu itu, kedua pihak sepakat bahwa Indonesia dan China harus meningkatkan kontak antar anggota masyarakat, yang digunakan untuk memperbaiki hubungan di antara kedua negara Indonesia dan China.<br />
Indonesia sebenarnya menandatangani kesepakatan perdagangan Bilateral dengan China pertama kali pada tahun 1953, dengan nilai awal perdagangan mencapai kisaran AS$ 7,4 juta, dan secara konsisten meningkat hingga AS$ 129 juta pada jangka waktu lima tahun itu, ( Hudiono 2006 ). Setelah bertahun-tahun terhentinya hubungan diplomatis antara kedua negara, hubungan Ekonomi Indonesia dan China mulai tumbuh kembali, khusunya setelah penandatangann nota kesepahaman, (MoU) Memorandum of Understanding , untuk pembentukan hubungan perdagangan anatar kedua negara oleh kamar dagang dan Industri Indonesia ( KADIN ) dan Dewan Promosi Perdagangan International China ( CCPIT ) China Council for the Promotion of Intrenational Trade. <br />
Meskipun demikian, setelah adanya masa normalisasi saja perdagangan antara kedua negara mulai meningkat secara tajam, meskipun dalam masa volume yang relatif kecil. Satu kajian yang dilakukan oleh ilmuwan Indonesia, Atje dan Gaduh ( 1999: 9 ), mengenai hubungan Ekonomi Indonesia dan China, menujukkan bahwa antara awal tahun 1990-an hingga puncak krisis ekonomi, ekspor minyak dan gas ( migas ), dan non-migas Indonesia ke China meningkat dan sekitar AS$ 580 juta menjadi AS$ 1.320 juta, sedangkan impor dan China ke Indonesia meningkat dari AS$ 800 juta pada tahun 1991 menjadi AS$ 1.270 juta pada tahun 1997.<br />
Hubungan ekonomi antara Indonesia dan China juga semakin membaik bersamaan dengan milenium baru. China khususnya, mampu menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ), anatara tahun 2003 hingga 2004, atau masa setelah pelaksanaan tahap awal dari ACFTA, atau EHP, pada bulan Januari 2004 dan tidak lama setelah itu, ekspor Indonesia ke China meningkat sebanyak 232, 20 persen, sedangkan impornya dari China meningkat hanya sebesar 38,67 persen saja. <br />
Secara keseluruhan total volume perdagangan antara Indonesia dan China pada tahun 2004, terhitung menjadi AS$ 13,47 milyar, atau peningkatan sebesar 31,8 persen dari tahun sebelumnya, dan hampir sama dengan volume perdagangan Indonesia dan AS, yang terhitung mencapai AS$ 13,5 milyar (People’s Daily Online 2005). Sementara itu, dari sisi pandang China, Indonesia kini masuk pada peringkat ke-17, sebagai negara penerima ekspor negara itu, dengan nilai sebesar AS$ 3,59 milyar, atau peningkatan sekitar 1,01 persen dari total ekspor China ke seluruh dunia. Umumnya perdagangan bilateral semakin bertambah dengan cepat hingga mencapai AS$ 10 milyar, termasuk perdagangan melalui Hong Kong, sedangkan penanaman modal China di Indonesia kini mencapai total komulatif sebesar AS$ 282 milyar.<br />
Indonesia dan China melihat hubungan satu dengan lainnya sebagai mitra ekonomi yang potensial ( Atje dan Gaduh 1999: 8-9 ). Dari kacamata para pembuat kebijakan Indonesia, populasi penduduk China yang mencapai 1,2 milyar jiwa merupakan kesempatan ekonomi yang perlu digali. Selain itu, para pembuat kebijakan dan pelaku ekonomi Indonesia juga semakin prihatin dengan masuknya China ke dalam WTO, pada bulan November 2001, khususnya mengenai peningkatan daya saing China di pasar dunia yang dapat menjadi pesaing bagi ekspor Indonesia. <br />
Meskipun ada peningkatan angka perdagangan, perdagangan Indonesia dan China masih relatif kecil. Hal ini tidak hanya dikarenakan kedua negara merupakan negara berkembang dan memilki tingkat pembangunan yang hampir, ekonomi Indonesia dan China juga tidak memiliki komplementaritas tetapi cenderung bersaing. Para pemimpin China juga memiliki pandangan yang serupa terhadap Indonesia. Populasi Indonesia tidak hanya menjadi faktor pendorong bagi ekspor China, sumber daya alam yang melimpah di negara ini juga dapat memberikan amunisi tambahan bagi China untuk mencapai tujuannya, yakni menjadi kekuatan dunia melalui jalan damai ( Wang Jiang Yu 2005: 53 ).<br />
<br />
A. Perkembangan Bilateral Ekonomi Indonesia dan China di Tahun 2006<br />
Berbagai usaha lainnya untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan China juga terjadi ketika presiden China, Hu Jintao, mengunjungi Jakarta pada bulan April 2005. Pada waktu itu, Presiden Hu dan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sepakat untuk mengeluarkan satu pernyataan bersama mengenai pembentukan Kemitraan Strategis antara Republik Rakyat China dan Republik Indonesia ( Establishing Strategic Partneship between the people Republic of China and the Republic of Indonesia ). Kemitraan Strategis ini berisi satu kesepakatan dari kedua pihak untuk bekerjasama dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi persenjataan. Sealin itu, pada waktu itu China juga memberikan hadiah kepada Indonesia dengan memberikan kesepakatan pinjaman dana AS$ 100 juta dalam bentuk Kredit Pembeli dan Dukungan pengajaran bahasa China. Setelah di tandatangani kesepakatan ini, Presiden Hu, menyatakan bahwa kemitraan strategis ini menunjukkan, bahwa hubungan sino dan Indonesia mulai memasuki tahap pembangunan baru ( International herald Tribune 2005 ). Pada tanggal 27 sampai 30 Juli 2006, presiden Yudhoyono mengadakan kunjungan china. Dalam kunjungannya tersebut, presiden yudhoyono ditemani wakil presidennya, Jusuf kalla, dan ditemani oleh sekelompok pengusaha sukses, dan sekleompok individu mewakili KADIN. Komunitas pengusaha besar Indonesia, sangat antusias menanggapi prosepek diberlakuaknnya kerjasama ekonomi yang lebih dekat dengan negara China.<br />
Seperti dikutip dalam People’s Daily Online tahun 2005, KADIN menunjukkan optimisme bahwa perdagangan Indonesia dengan China diharapkan dapat meningkat dari $15 milyar pada tahun 2005 lalu menjadi $20 milyar pada tahun 2008. Artikel yang sama juga mengutip pernyataan dari Duta Besar China dan Indonesia, Lan Lijun, bahwa perdagangan anatar kedua negara mulai menunjukka peningkatan dengan nilai rata - rata per tahun 18 persen. Setibanya dari konferensi di China, Presiden Yudhoyono, dan beberapa kelompok bisnisnya, berhasil meraup kesepakatan-kesepakatan perdagangan dan penanaman modal sebesar $ 20 milyar, menurut data majalah Forbes tahun 2005. Meskipun kebanyakan pelaku ekonomi yang terlibat dalam kesepakatan– kesepakatan ini meliputi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti perusahaan-perusahaan dari sektor baja, gas, distribusi, telekomunikasi, dll. Akan tetapi berbagai masalah dalam negeri, seperti korupsi, masih akan menjadi ganjalan terrhadap pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan bilateral tersebut.<br />
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua piihak, atau ASEAN, khususnya Indonesia dan China, yang kedua negara ini mengalami pasang naik turun, dan adanya perubahan politik di timgkat Internasional, menjadikan China mengubah orientasi Kebijakan Luar Negerinya guna mengedepankan ambisi negar itu, untuk menjadi kekuatan ekonomi baru. Jalan yang ditempuh oleh China adalah dengan mengefektifkan kerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara melalui ASEAN, selain masuk menjadi anggota WTO, pada bulan Nopember 2001. Hubungann diplomatik Indonesia dan China mulai membaik kembali setelah kunjungan mantan presiden Abdulrrahman Wahib ke China. Inisiatif tersebut kemudia diteruskan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun demikian, membaiknya hubungan diplomatis antara Indonesia dan China tidak sera merta memberikan peluang pasar yang besar bagi Indonesia. Kemampuan akses pasar para pelaku usaha Indonesia ke China, masih patut dipertanyakan, khusunya dikarenakan besarmya berbagai persoalan domestik yang tidak kunjung selesai. <br />
B. Indentifikasi Masalah<br />
<br />
1. Bagaimana proses pembangunan kerjasama bilateral Indonesia dan China, dalam hal pengembangan teknologi dan ekonomi pada era tahun 2000?<br />
2. Bagaimana keadaan pasar ekonomi Indonesia, selama 60 tahun ( 1950 – 2010 ), setelah China masuk sebagai ACFTA?<br />
<br />
Jawaban<br />
Keadaan perdagangan luar negeri dan kerjasama ekonomi kedua negara China dan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Setelah pemulihan hubungan diplomatik kedua negara telah sepakat menandatangani kesepakatan militer angkatan udara,melalui mekanisme Perjanjian Perlindungan Investasi. Selain itu juga, kedua negara China dan Indonesia telah menandatangani nota untuk mengadakan kerjasama di bidang pertambangan, kehutanan, pariwisata, perikanan, transportasi, pertanian dan keuangan, dll.<br />
Pada tahun 1990, kedua negara membentuk komite bersama untuk ekonomi perdagangan dan kerjasama teknologi. Dan sampai beberapa tahun kedepan, telah mengadakan lima kali pertemuan untuk membahas kerjasama tersebut. Pada bulan Maret 2002, sebuah forum energi , yang membahas tentang bilateral teknlogi dibuat, dan mengadakan pertemuan pertama kali pada bulan September tahun 2002. <br />
Volume perdagangan bilateral kedua negara ini, telah mengalami peningkatan sangat cepat karena kedua negara, telah sepakat melanjutkan hubungan diplomatik, dengan donor sebanyak $ US 1180000000 di tahun 1990 menjadi $7,464 miliar pada tahun 2000. <br />
Pada tahun 2001, volume perdagangan bilateral, sedikit mempunya hambatan, indeks keuntungan hanya mencapai prosentase Rp 6725000000, akibat mengalami perlambatan ekonomi global. Dan pada tahun pertama di 2002, hasil kerjasama teknologi ini, telah menyumbangkan USD 3,6 milyar, atau meningkat sebesar 5,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Dan pada akhirnya, menjadikan Cina sebagai mitra perdagangan ke-5 dari Indonesia sementara Indonesia, menjadi mitra perdagangan di urutan 17 oleh Cina. Pada bulan Mei 2000, Menteri Luar Negeri Tang Jiaxuan telah mengadakan kunjungan ke Menteri Luar Negeri Indonesia Alwi Shihab menandatangani pernyataan bersama mengenai arah pembangunan hubungan bilateral di masa depan dan sebuah nota kesepahaman tentang menempatkan sebuah komite bersama mengenai hal hubungan kerjasama bilateral.<br />
China telah berjanji, untuk mengadakan kerjasama yang efektif dengan pihak Indonesia, dengan tujuan untuk mendorong kemitraan strategis bilateral kedua negara tersebut. Kesepakatan ini, dari pihak Cina, difasilitator oleh Wu Bangguo dan penasihat politik, Jia Qinglin. Hal tersebut dikemukakan dalam pertemuan terpisah dengan Taufik Kiemas, yang saat itu, beliau menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia. <br />
Sebagai sebuah kesepakatan momentum pengembangan hubungan bilateral, Tiongkok-Indonesia, Wu mengatakan negara telah menikmati dan saling meningkatkan kepercayaan politik, yakni baik bersifar kerja sama yang bermanfaat di berbagai sektor, dan koordinasi yang erat dalam organisasi-organisasi regional dan internasional. <br />
Indonesia dan Cina, merupakan dua negara yang memiliki kepentingan politik di kawasan Asia-Pasifik, kedua negara ini telah menikmati kepentingan bersama yang luas dan saling menguntungkan. Wu menjelaskan, bahwa ia berharap kedua belah pihak akan meningkatkan pertukaran parlemen dan kerja sama untuk mempererat isi dari perjanjian hubungan bilateral. <br />
Jia Qinglin, ketua Nasional Permusyawaratan Politik Rakyat Cina's Konferensi ( CPPCC), mengatakan bahwa Kami siap bekerja sama dengan Indonesia untuk memperluas kerjasama di bidang ekonomi, baik dalam bidang perdagangan , budaya, yang semua itu ditunjukkan untuk memajukan kemitraan strategis kami, dan mencatatnya, bahwa hal ini akan menguntungkan kedua bangsa dan membantu regional dan perdamaian dunia dan pembangunan kedua negara. <br />
Jia berharap, CPPCC, sebagai badan penasehat atas politik, dan MPR Indonesia akan mempertahankan pertukaran bilateral ini dan mau saling mempelajari satu sama lain untuk membantu mempromosikan hubungan antara kedua negara.Indonesia memilki hubungan regional yang bersahabat dan kerja sama dengan pihak Cina, dia berharap bahwa kedua negara akan meningkatkan kerjasama yang pragmatis di dalam pembangunan infrastruktur dan eksploitasi sumber daya alam.<br />
Dia mengatakan, bahwa pihak MPR, sebagai perwakilan sudah siap untuk memperkuat pertukaran dan kerjasama dengan NPC dan CPPCC , untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekononomi yang kompherensif .<br />
Selama 60 tahun hubungan bilateral China dan Indonesia, kedua negara ini telah mengalami pasang surut hubungan bilateral yang dibangun dari dekade tahun 1990’an. Banyaknya perubahan kebijakan yang telah dilakukan oleh China, membuat integrasi china di kawasan asia, menjadi integarsi yang kuat, yang bersaing dengan komoditi ekonomi dari negara-negara ASEAN. Untuk itu, integarsi ini telah menimbulkan tantangan yang kuat bagi negara Indonesia sendiri, yang salah satunya menjadi negara anggota ASEAN.<br />
Tantangan itu dapat terjadi karena intensitas hubungan meningkat, atau adanya perubahan di kawasana yang bersifat fundamental dan cepat. Hubungan dan kerjasama ekonomi telah menangani peningkatan. Perdagangan bilateral sudah melebihi 30 miliar dolar Amerika Serikat, dan akan mengalami peningkatan terus , terutama setelah kawasan Perdagangan bebas ASEAN – Cina ( ACFTA ), berlaku pada awal tahun 2010. Di Indonesia memang banyak yang dipertanyakan mengenai pelaksanaan ACFTA, tetapi pada akhirnya dengan bantuan Pemerintah dan Perusahaan besar, UKM, dapat diharapkan dapat bersaing dengan Indonesia dan China.<br />
Dalam hubungan kerjasama di Asia Timur dan Asia Pasifik perlu secara terus menerus dilakukan tukar menukar pandangan dan kebijakan demi kepentingan kerjasama kawasan yang bersangkutan, misalnya dalam soal dualisme antara ASEAN Plus Three (APT) DAN East Asia Summit (EAS), jelas harus diambil putusan bersama agar bisa mendorong kerja sama regional secara efektif di kawasan. Dalam hubungan ini sebaiknya APT diarahkan untuk kerja sama fungsional karena forum ini lebih kecil dan efektif serta telah 10 tahun lebih kerja sama, tetapi tetap dibuka untuk anggota EAS, yang merupakan forum dialog, tentang masalah-masalah strategis melalui KTT dan tidak akan mempunyai lembaga-lembaga di bawahnya, yakni pihak Amerika Serikat dan Rusia dapat diundang pula ke dalamnya. Akhirnya di bidang budaya, malalui pendidikan dan ilmu pengetahuan, jangan sampai terabaikan karena penting menyelami nilai-nilai dan karakter bangsa, yang diperlukan apa bila kerja sama dan hubungan menjadi semakin erat. Ilmu pengetahuan dean pendidikan merupakan alat-alat dan sarana-sarana yang penting untuk masa depan yang akan melakukan kerja sama ini. Indonesia dan China sama-sama saling membutuhkan kerjasama ini. <br />
Kesimpulan<br />
Kerja sama bilateral Indonesia dan China merupakan suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis dan kompetitif. Banyaknya hal yang menguntungkan dari kerjasama ini, akan menciptakan suatu hubungan bilateral yang dinamis, bersama dengan persaingan produk Cina yang menjamur di pasaran Indonesia, membuat komditi pasar Indonesia pun, harus segera dapat menyeimbangkan pendapatan distribusi penyebaran produk China, yang telah menduduki pasaran tingkat atas pada sistem distribusian.Namun dibalik persaingan ekonomi, di kedua negara ini, yakni Indonesia dan China, kedua negara ini begitu banyak membangun diplomasi di bidang lain, selain di bidang ekonomi, Indonesia dan China terlibat dalam G-20, dan termasuk dalam ASEAN plus 3, dan Organisasi perdagangan WTO. Ini membuktikan, bahwa Indonesia dan China masih memiliki hubungan yang berkesinambungan dalam hal kerjasama politik, yang dimana hubungan ini masih sangat diperlukan untuk saling mendukung dalam upaya meningkatkan dukungan intensitas kepercayaan internasional.<br />
Banyaknya produk China yang menjamur di pasaran Indonesia, dikarenakan, keahlian para pengusaha dari China, yang mampu membaca situasi pasar Indonesia, yang kurang mengembangkan industri kecilnya, yang dinilai berpotensi menjadi salah satu pengembangan hegemoni baru, untuk menghasilkan komoditi yang cukup bagus bagi pasaran ekspor di luar negeri. Hal ini menjadi sebuah problema tersedendiri yang telah dimanfaatkan China, untuk membidik pasaran Indonesia, yang dinilai oleh China, Indonesia masih mengalami pendapatan ekonomi masyarakatnya. Sehingga sebuah pencitraan konsumsi pasar baru, diciptakan oleh China, untuk mencari keuntungan tersendiri dari efek keadaan Indonesia yang rata-rata penduduknya memiliki income per kapita yang kecil, dalam statistik perekonomiannya.Diluar dari permasalahan persaingan bisnis ekonomi, Indonesia dam China, harus dapat saling memahami, untuk lebih jauh mengadakan pendekatan ke arah bidang yang lain. Indonesia dapat mempelajari dari sistem hukum China, mengenai pemberantasan Korupsi, yang dilaksanakan Pemerintah China dengan tegas. China telah berhasil menyelesaikan dengan tegas, mengenai ekspansi korupsi, dengan menggunakan sistem hukum yang cukup berat, bagi para pelaku Korupsi di negeri China tersebut. Indonesia harus lebih bersikap dewasa dalam mengelola lebih jauh mengenai hubungan diplomasi yang kondusif dengan China. Selain AFTA China yang masuk ke dalam regionalisme ASEAN, Indonesia harus dapat dengan cermat membidik celah, untuk menyeimbangkan sektor ekonominya, agat tidak terjadi konjungtivitas terlalu jauh dengan China.<br />
<br />
Daftar Pusataka<br />
<br />
Htp://www.indonesianembassy-china.com/en/bilateralrelation ekon htm , dkiakses pada tanggal 26 Januari 2006. Dari referensi buku, Pambudi Daniel dan Chandra C. Alexander, Garuda Terbelit Naga, Institute For Global Justice, Jakarta, April 2006.<br />
<br />
Htp://www.bps.go.id/sector/frade/exim/table2.shtml. Ibid.<br />
<br />
Htp://www.deplu.go.id/category id=13&country id=&news bil.id=288&bilateral=asiatimur. Ibid.<br />
<br />
Pambudi Daniel dan Chandra C. Alexander, Garuda Terbelit Naga, Institute For Global Justice, Jakarta, April 2006.<br />
<br />
http://www.gov.cn/english/2009-12/07/content_1482051.htm. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010. Jam 13.00 Wib.<br />
Koran Kompas, terbitan Tanggal Selasa 13 April 2010, Bagian Opini, dengan Judul , Tantangan Diplomatik RI-China, oleh Jusuf Wanadi, Halaman, 6.Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-19126937538719091452010-06-02T19:40:00.001-07:002010-06-02T19:40:16.021-07:00Kekuatan Diplomasi Sebagai Upaya Pencegahan Human Violence bagi TKI di Luar Negeri<div style="color: red;"><b><span style="font-size: large;">FITRI SAPUTRA</span></b></div><div style="color: red;"><b><span style="font-size: large;">209000259</span></b></div><div style="color: red;"><br />
</div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CBenq%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CBenq%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CBenq%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Cambria;
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
h3
{mso-style-priority:9;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 3 Char";
mso-style-next:Normal;
margin-top:12.0pt;
margin-right:0in;
margin-bottom:3.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:3;
font-size:13.0pt;
font-family:"Cambria","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.MsoEndnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-link:"Endnote Text Char";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:.5in;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:.5in;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
span.Heading3Char
{mso-style-name:"Heading 3 Char";
mso-style-priority:9;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 3";
mso-ansi-font-size:13.0pt;
mso-bidi-font-size:13.0pt;
font-family:"Cambria","serif";
mso-ascii-font-family:Cambria;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:Cambria;
font-weight:bold;}
span.EndnoteTextChar
{mso-style-name:"Endnote Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/Benq/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/Benq/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/Benq/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/Benq/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:424040164;
mso-list-template-ids:1495299062;}
@list l0:level1
{mso-level-text:%1;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.5in;}
@list l0:level2
{mso-level-text:"%1\.%2";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.5in;
text-indent:-.5in;}
@list l0:level3
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.5in;
text-indent:-.5in;}
@list l0:level4
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.5in;
text-indent:-.5in;}
@list l0:level5
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.75in;}
@list l0:level6
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.75in;}
@list l0:level7
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-1.0in;}
@list l0:level8
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-1.0in;}
@list l0:level9
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-1.25in;}
@list l1
{mso-list-id:1004278946;
mso-list-template-ids:1188185508;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level2
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level3
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.5in;}
@list l1:level4
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.5in;}
@list l1:level5
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-.75in;}
@list l1:level6
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-.75in;}
@list l1:level7
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.5in;
text-indent:-1.0in;}
@list l1:level8
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.5in;
text-indent:-1.0in;}
@list l1:level9
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.75in;
text-indent:-1.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.1<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Latar Belakang Masalah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">TKI merupakan pahlawan devisa karena TKI merupakan penyumbang devisa kedua terbesar setelah migas, hanya saja TKI sering mendapatkan perlakuan yang kasar dan tidak manusiawi dari majikan ataupun dari lingkungan tempat bekerjanya, hukuman dari pelanggaran yang diberikan kepada mereka tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Meskipun di Indonesia TKI dianggap sebagai pahlawan devisa, tetapi pemerintah terkesan kurang serius dalam mengelola potensi tenaga kerja Indonesia di luar negeri sehingga yang terjadi sampai saat ini adalah sebagian besar TKI yang bekerja di luar negeri selalu bekerja di sektor-sektor yang kotor dan berbahaya. Selain itu, mereka juga tidak disiapkan untuk menjadi tenaga kerja profesional sehingga sebagian besar TKI melakukan pekerjaan yang biasanya tidak mau dilakukan oleh penduduk setempat di negara ia bekerja, misalnya saja menjadi pembantu rumah tangga dan menjadi buruh kasar. Meskipun marak dengan pemberitaan mengenai pelanggaran dan penistaan TKI, tetap saja animo untuk menjadi TKI tetap tinggi karena sebagian besar yang menjadi TKI adalah orang-orang yang mengalami keterbatasan dalam kondisi ekonomi dan sosial. Sehingga mereka memutuskan untuk menyelesaikan himpitan persoalan ekonomi dan kemisikinan mereka dengan bekerja di luar negeri, mengingat tingginya angka pengangguran dalam negeri dan ketidakmampuan dari pemerintah Indonesia dalam menyediakan peluang kerja untuk penduduknya, hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor pendorong orang-orang untuk menjadi TKI dan migrasi ke luar negeri dimana bisa mendapatkan peluang kerja dengan gaji yang ditawarkan lebih tinggi dengan gaji yang mungkin diperoleh di negara asal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan-permasalahan yang dialami oleh TKI dan tidak sedikit di antara mereka yang menempuh bahaya dengan status mereka yang ilegal <i>(undocumented)</i>. Untuk fenomena ini, Malaysia adalah negara di mana terdapat banyak sekali pekerja migran yang berasal dari Indonesia, baik yang legal ataupun ilegal. Karena kedekatan geografis, maka Malaysia pun dijadikan tujuan utama bagi pekerja migran asal Indonesia. Banyaknya TKI yang ada di Malaysia mengakibatkan ketidakjelasan pekerja migran Indonesia yang legal dengan pekerja migran Indonesia yang ilegal. hal tersebut bisa terjadi karena pemerintah semakin sulit mendatanya, sebab pengelolaan dari manajemen arus masuk dan keluar TKI setiap bulan semakin tidak jelas. Sehingga angka yang dikeluarkan oleh pejabat Malaysia mengenai pekerja migran biasanya adalah angka perkiraan dan asumsi saja. Untuk persoalan TKI, yang memerlukan perlindungan dan pengawasan dari pemerintah bukan hanya TKI ilegal yang selalu dijadikan sorotan tetapi juga TKI legal yang pada awalnya berstatus legal, kemudian karena suatu masalah ia menjadi berstatus ilegal karena melarikan diri dan paspornya masih ditahan oleh majikannya. Apabila pemerintah membantu TKI agar berstatus legal kembali, selain hal tersebut bisa bermanfaat bagi kepentingan TKI tetapi juga bisa bermanfaat bagi negara asalnya melalui devisa yang dikirim dalam bentuk remitansi. Sebenarnya dari fenomena TKI ilegal terdapat suatu kepentingan dari pihak yang mengirim dan pihak yang menerima sekalipun hal tersebut dilarang oleh kedua pemerintah negara yang bersangkutan. Misalnya saja masih banyaknya kasus TKI ilegal di Malaysia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebelum dikirim ke negara tujuan, resiko yang mungkin akan dihadapi oleh TKI adalah adanya sejumlah biaya dan praktik penyelewengan yang merugikan TKI, misalnya saja pemalsuan dokumen dan calo pengiriman TKI, dalam kasus tersebut ada juga calo yang tertipu dengan mengeluarkan uang yang banyak tetapi tidak jadi diberangkatkan. Dalam hal ini, yang bisa dipersalahkan adalah kedua belah pihak, yaitu calo dan sikap calon TKI yang memilih menggunakan jasa calo daripada jalur resmi pemerintah. Apa yang dialami oleh TKI itu tidak hanya pada proses sebelum diberangkatkan, tetapi juga pada sistem penempatan. Sistem penempatan dan perlindungan TKI bisa dikatakan sangat buruk karena penempatan TKI itu hanya mengutamakan aspek prosedural formal. Selain itu, banyak calon TKI yang tidak menerima informasi mengenai majikannya, tugas-tugas yang harus dilakukannya, karakteristik majikannya dan berapa jumlah keluarga majikannya atau hak yang dimiliki TKI. Aspek-aspek penting yang sifatnya seringkali terabaikan yaitu aspek kualitatif dan substansial, di mana TKI tersebut ternyata jauh di bawah standarisasi yang ditetapkan oleh majikannya sehingga dari hal tersebut justru bisa menimbulkan konflik dan akan menciptakan suasana kerja yang tidak baik. Sebagai kompensasi dari kesalahannya tersebut, biasanya beban persoalan yang sedang diderita oleh majikannya atau perusahaan seringkali ditimpakan kepada TKI dan dari hal tersebut justru TKI yang dirugikan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk persoalan TKI di Malaysia sebenarnya hal tersebut bukan hanya sebuah persoalan ekonomi kontemporer tetapi juga sebuah permasalahan sejarah, karena itu jika terjadi suatu konflik pada TKI, seperti penganiyayaan yang dilakukan oleh majikan, maka persoalannya tidak relatif mudah untuk diselesaikan karena persoalannya tersebut bisa merembet ke hal-hal di luar permasalahan hubungan kerja sehingga dari konflik tersebut bisa merepotkan kedua negara. Di Malaysia sendiri, sebagian besar TKI adalah pekerja informal dan buruh kasar, seperti bekerja di sektor perkebunan (<i>plantation sector</i>), sektor konstruksi, sektor manufaktur dan sektor tertentu lainnya. Dalam konteks hubungan Indonesia – Malaysia pun, terdapat tiga dimensi yang menopang satu sama lain dalam pola hubungan kedua negara, yaitu berdasarkan hubungan diplomatik antar negara, keadaan geografis dimana posisi kedua negara sebagai negara tetangga dan kultural (rumpun Melayu) sehingga dari ketiga hal tersebut menyebabkan banyaknya migrasi Indonesia ke Malaysia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.2<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perumusan Masalah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beberapa hal yang dapat diidentifikasi, diantaranya:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bagaimana peranan pemerintah Indonesia mengenai TKI ilegal dan implementasi dari kebijakan pemerintah terhadap penempatan dan perlindungan TKI.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apa saja upaya yang dilakukan dalam Diplomasi TKI.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ISI<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.1<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Peranan Pemerintah Indonesia Mengenai TKI Ilegal dan Implementasi Terhadap Penempatan dan Perlindungan TKI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apabila membahas mengenai kasus TKI di Malaysia, posisi TKI bisa dikatakan sebagai titik sentral karena TKI sangat mendominasi sebagai pekerja asing di Malaysia sehingga apabila melihat dari komposisi masyarakat dan pekerja dari Indonesia, maka persoalan antara TKI dengan majikannya pun wajar saja jika terjadi. Di Malaysia, bisa dikatakan bahwa TKI ilegal lebih banyak daripada TKI legal sehingga kebijaksanaan pemerintah Indonesia terfokus kepada hal tersebut. Sebenarnya, Malaysia sendiri telah memberlakukan perundang-undangan mengenai keimigrasian dan negara yang terkena pengaruh dari perundang-undangan mengenai keimigrasian tersebut adalah Indonesia karena banyaknya pekerja dari Indonesia di Malaysia. Dampak dari adanya perundang-undangan tersebut adalah banyaknya TKI ilegal yang dipulangkan secara paksa dari Malaysia ataupun mendapatkan perlakuan yang buruk di negara tersebut, hal itulah yang menyebabkan terganggunya hubungan bilateral antara kedua negara. Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memonitoring keberadaan pekerja migran di Malaysia, tetap saja jumlah pekerja migran dengan status ilegal itu masih tinggi, selain itu menjadi TKI ilegal merupakan pilihan yang rasional bagi mereka yang kesulitan mencari pekerjaan di negara asal. Mereka yang memilih jalur ilegal karena mempertimbangkan tidak mesti mengeluarkan biaya yang besar seperti biaya yang harus dikeluarkan dalam jalur legal. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bukan hal yang mudah bagi pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan migrasi ataupun TKI legal di Malaysia, karena untuk menyelesaikan hal tersebut dibutuhkan bantuan dari negara dan pihak lain untuk menemukan solusi yang bisa saling menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu merupakan hak azasi seseorang untuk bekerja di luar negeri, tinggal bagaimana mengatur agar mobilitas yang berlangsung tersebut adalah legal sehingga TKI yang bekerja di Malaysia bisa mendapatkan pengawasan dan perlindungan human violence dari pemerintah apabila terjadi permasalahan. TKI yang berstatus ilegal keberadaannya sangat rentan terhadap eksploitasi dalam bentuk pelanggaran hak-hak kerja dan bisa juga pelanggaran terhadap hak-hak kemanusiaan seperti human trafficking, karena TKI ilegal tidak memiliki perjanjian kerja padahal mengenai perjanjian TKI telah termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri dalam Pasal 55 (2) Setiap TKI wajib menandatangani perjanjian kerja sebelum TKI yang bersangkutan diberangkatkan ke luar negeri. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apabila fenomena seperti kekerasan fisik ataupun psikis menimpa TKI di Malaysia, pemerintah seharusnya melakukan tindakan afirmasi (<i>affirmative action</i>) karena paradigma mengenai aspek kontraktual tanpa adanya campur tangan pemerintah selalu merugikan para TKI yang sebenarnya mereka juga menghadapi situasi yang sangat krusial dan mengancam hak-hak kepentingan mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Malaysia memandang isu mengenai TKI ilegal tersebut dengan menggunakan alasan kepentingan domestik dan keamanan negaranya sehingga mulai memberlakukan kebijakan mengenai tenaga kerja asing ilegal, tetapi hal tersebut justru menimbulkan suatu ketegangan di antara hubungan Indonesia – Malaysia karena dalam kebijakan tenaga kerja asing tersebut Malaysia mengusir secara paksa dan menerapkan sanksi hukuman tegas bagi TKI ilegal. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maraknya pemberitaan di media mengenai human violence yang terjadi pada TKI khususnya di Malaysia, seolah pemerintah Indonesia tidak melakukan upaya pembenahan apapun terhadap penempatan dan perlindungan TKI. Padahal untuk perlindungan TKI telah termaktub pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang Hak dan Kewajiban TKI Pasal 8 huruf g, dimana TKI memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri. Sedangkan untuk penempatan TKI telah termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Penempatan TKI di Luar Negeri Pasal 11 (1), Penempatan TKI di luar negeri oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Memang bukan hal mudah untuk mengawasi dan mengelola TKI dalam jumlah yang sangat besar khususnya di Malaysia. Banyaknya permintaan calon TKI yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia kurang diimbangi dengan kualitas yang dimiliki oleh TKI tersebut sehingga dari kurangnya kualitas yang dimiliki oleh TKI tersebut justru bisa menyebabkan banyaknya komplikasi dan permasalahan dalam proses penempatan dan perlindungannya. Pemerintah juga mengupayakan untuk meningkatkan badan atau lembaga yang ditujukan untuk melakukan pelatihan dan peningkatan kualitas TKI, tentu saja Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah memenuhi kompetensi dalam hal pelatihan dan peningkatan kualitas TKI akan diberikan dukungan dari pemerintah. Dengan adanya BLK tersebut, kebijakan untuk mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri mungkin akan berkurang karena bagi yang tidak memenuhi kualifikasi tidak dapat diberangkatkan, dan segi positif dari hal tersebut adalah peningkatan akan kapasitas TKI formal pun dapat diberangkatkan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Menteri Tenaga Kerja Malaysia Dato’ Seri Dato' Seri Hishammudin Tun Hussein menandatanagani <i>Letter of Intent</i> (LoI) mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di sektor informal (<i>domestik worker</i>)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">[i]</span></span></span></a> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">diharapkan TKI mendapatkan hak-hak normatif yang sebelumnya tidak didapatkan oleh TKI, sehingga TKI yang bekerja di sektor informal pun bisa mendapatkan libur kerja pada hari Minggu dan mendapatkan gaji yang sesuai dengan harga pasaran yang ada dengan diawasi oleh pemerintah. Yang terpenting dari penandatanganan Letter of Intent tersebut adalah paspor PLRT akan dipegang langsung oleh PRT yang bersangkutan sendiri, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang selalu dipegang oleh majikannya dan tentu saja harus ada kesepakatan antara dua negara yang bersangkutan mengenai biaya penempatan PLRT. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain itu, pemerintah juga meningkatkan upaya memonitoring keberadaan TKI khusunya terhadap pekerja domestik dan di sektor informal, dari hal tersebut diharapkan upaya untuk meminimalisir terjadinya kasus pelanggaran hak-hak normatif seperti yang sering diberitakan oleh media. Sehingga dari upaya memonitoring tersebut, bisa menjadi media untuk memediasi persoalan pekerjaan. Apabila terjadi suatu persoalan antara majikan dengan TKI tersebut, maka lembaga monitoring akan melakukan home visit untuk menyelesaikan persoalan tanpa kekerasan dan apabila persoalannya serius dan dalam bentuk kekerasan maka akan dilakukan rescue action dan TKI tersebut akan ditempatkan di shelter untuk perawatan fisik dan psikis. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.2<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Diplomasi TKI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Yang menjadi tujuan utama dari diplomasi Indonesia terhadap TKI adalah melindungi hak-hak normatif TKI di luar negeri, karena bagaimana pun juga TKI tetap berhak mendapatkan perlindungan hukum yang sudah seharusnya karena kedudukan mereka tetap sebagai warga negara Indonesia. Apalagi di berbagai media massa banyak sekali pemberitaan mengenai pelanggaran kerja dan pelanggaran hak-hak asasi manusia dan tindakan kriminal lainnya. Persoalan-persoalan tersebut sangat tipikal dengan Malaysia, sebagai negara yang menampung TKI. Pemasukan devisa dari TKI kepada negara sangat besar sehingga devisa yang dihasilkan oleh TKI merupakan devisa kedua terbesar setelah migas dan melalui remitansi yang mereka kirimkan kepada keluarganya telah memberikan multiplier effect ekonomi bagi Indonesia. Karena itulah, fokus utama dari diplomasi TKI adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan TKI dan kepentingan nasional melalui pemasukan devisa dan remitansi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Strategi diplomasi TKI di luar negeri yaitu di mana TKI harus mendapatkan perlakuan yang wajar, apabila TKI tersebut melakukan suatu kesalahan di negara tempat ia bekerja dan dihukum mati di negara tersebut, maka jenazahnya akan dipulangkan untuk dikebumikan di Indonesia. Dari diplomasi perlindungan TKI tersebut, sebenarnya akan mendatangkan keuntungan di masa depan, mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar tetapi peluang kerja di Indonesia masih tetap menghasilkan angka pengangguran yang tinggi. TKI yang dianggap sebagai pahlawan devisa tentu saja harus menjadi bagian dari strategi diplomasi Indonesia untuk melindungi hak dan martabat mereka yang sebagian besar bekerja di sektor rendahan, tetapi diplomasi TKI diharapkan tidak lagi didominasi oleh diplomat resmi melalui tutur katanya di negara di mana diplomat tersebut ditempatkan tetapi diplomasi TKI ini akan berhasil apabila dilakukan melalui upaya bersama suatu bangsa dan dari hal tersebut TKI juga bisa menjadi suatu hal yang bisa diandalkan dalam diplomasi melalui tindakan dan perilakunya di negara lain. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain itu, diplomasi TKI juga sebenarnya adalah untuk melindungi para TKI dari eksploitasi maupun dari human trafficking karena sampai saat ini TKI selalu rentan dengan berbagai macam kekerasan, pelanggaran dan ekploitasi, lebih dari 70% berada di sektor informal yang rawan terhadap pelanggaran dan eksploitasi oleh lingkungan kerja yang buruk<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">[ii]</span></span></span></a>. Untuk persoalan Indonesia – Malaysia, peranan yang dilakukan pemerintah dalam melindungi kepentingan TKI masih bisa dikatakan lemah karena kerangka hukum yang melindungi TKI tersebut sangat kurang sehingga menyebabkan diplomasi luar negeri kadang tidak berjalan dengan maksimal. Faktor rendahnya kualitas TKI dan ketidaklengkapan dokumen dari TKI termasuk salah satu faktor yang membuat mereka diperlakukan buruk dan kasar, bahkan ada juga majikan di Malaysia yang menetapkan gaji rendah kepada TKI karena kurangnya pengalaman seperti bahasa dan lain sebagainya. Dari hal tersebut, perlindungan hukum bagi migran Indonesia di luar negeri tentu saja harus di perjuangkan, karena TKI tidak hanya memberikan sumbangan devisa atau multiplier effect ekonomi kepada negara tetapi juga mampu mengurangi pengangguran di dalam domestik, selain itu devisa yang diberikan TKI kepada negara sebenarnya jauh lebih besar dari dana remitansi sendiri. Apabila dana tersebut bisa dikelola dengan baik, tentu saja akan memberikan implikasi yang sangat baik terhadap kondisi perekonomian di daerah-daerah dan jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengelola TKI tentu saja sangat tidak sebanding. Sehingga empati terhadap TKI tentu saja harus diberikan, karena empati yang bersifat preventif lebih efentif dan efisien apabila dibandingkan dengan empati yang bersifat reaktif karena dalam realitanya cakupan dari urgensi pemberdayaan TKI tersebut sangat luas.</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: center;"><br />
<br />
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB III<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">PENUTUP<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">TKI merupakan penyumbang devisa kedua terbesar setelah migas, tetapi dalam kenyataannya TKI terkadang mendapatkan pelanggaran hak-hak normatif dalam masa kerjanya di luar negeri. Sebagian besar TKI adalah orang-orang yang mengalami keterbatasan dalam kondisi ekonomi dan sosial mereka di dalam negeri sehingga mereka memutuskan untuk bekerja di luar negeri karena terpaksa atau dipaksa oleh keadaan, mengingat peluang kerja di dalam negeri tidak memadai dan menyebabkan angka pengangguran sangat tinggi. Banyaknya pelanggaran hak-hak kemanusiaan yang dialami oleh TKI di Malaysia, membuat Indonesia – Malaysia menandatangani Letter of Intent yang diharapkan bisa meminimalisir konflik yang terjadi. Selain itu, diplomasi Indonesia untuk TKI juga diharapkan bisa memberikan perlindungan hukum kepada TKI di luar negeri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">REFERENSI<o:p> </o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BUKU:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nainggolan, Poltak Partogi. 2005. <i>TKI dan Hubungan Indonesia – Malaysia. </i>Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sudjana, Eggi. 2009. <i>Melepas Ranjau TKI: Strategi Pemberdayaan Buruh Migran. </i>Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">INTERNET:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://www.nakertrans.go.id/news.html,433,naker">http://www.nakertrans.go.id/news.html,433,naker</a> (diakses pada tanggal 28 Mei 2010, pada 15:33)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><a href="http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74731">http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74731</a> (diakses pada tanggal 28 Mei 2010, pada 16:05)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><a href="http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=10589&coid=2&caid=36&gid=2">http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=10589&coid=2&caid=36&gid=2</a> (diakses pada tanggal 28 Mei 2010, pada 16:35)</div><h3 style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><cite><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 115%;">katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/.../5602/5603.pdf</span></cite><cite><span style="font-family: "Cambria","serif";"> </span></cite><cite><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 115%;">(diakses pada tanggal 28 Mei 2010, pada 19:20)</span></cite><i><o:p></o:p></i></h3><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><a href="http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1329:perlindungan-tki-diperkuat&catid=95:info&Itemid=124">http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1329:perlindungan-tki-diperkuat&catid=95:info&Itemid=124</a> (diakses pada tanggal 29 Mei 2010, pada 08:17)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><a href="http://portalhi.web.id/?p=14&cpage=1">http://portalhi.web.id/?p=14&cpage=1</a> (diakses pada tanggal 29 Mei 2010, pada 09:10)</div><div class="MsoNormal"><a href="http://bataviase.co.id/detailberita-10493574.html">http://bataviase.co.id/detailberita-10493574.html</a> (diakses pada tanggal 01 Juni 2010, pada 14:12)</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><br />
</div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="edn1"><div class="MsoNormal"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">[i]</span></span></span></a> <a href="http://www.nakertrans.go.id/news.html,433,naker">http://www.nakertrans.go.id/news.html,433,naker</a> (diakses pada tanggal 28 Mei 2010, pada 15:33)</div></div><div id="edn2"><div class="MsoEndnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[ii]</span></span></span></a> Sudjana, Eggi. 2009. <i>Melepas Ranjau TKI: Strategi Pemberdayaan Buruh Migran. </i>Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia, hal 51.</div></div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-77638582970376132612010-06-02T19:24:00.001-07:002010-06-02T19:30:04.200-07:00“Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia”Nama : FITRIA RUTHI MAHARANI<br />
HUBUNGAN INTERNASIONAL<br />
209000026<br />
<br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
LATAR BELAKANG<br />
Dewasa ini, meningkatnya intensitas arus globalisasi tidak dapat dihindarkan dengan makin kuatnya interdependensi antar negara. Globalisasi menciptakan budaya borderless society dimana identifikasi masyarakat lebih dicirikan sebagai suatu hegemoni internasional yang saling membutuhkan dalam konteks hubungan komunikasi transnasional. Negara bukan lagi sebagai pelaku transnasional yang mempunyai kapasitas vital dalam menentukan arah hubungan internasional. Dinamika pemenuhan kebutuhan per individu yang bergerak fluktuatif sebagai akibat meningkatnya arus liberalis global, menyebabkan semakin meningkatnya jumlah pelaku industri untuk berpartisipasi menopang kebutuhan individu-individu melalui entertainment tracks dengan proporsi pembagian feedback yang seimbang. Namun tanpa disadari, produktivitas pelaku bisnis industri lintas negara yang berbeda genre berpotensi mengganggu dan menggeser nilai-nilai budaya suatu bangsa dengan inovasi gagasan yang ditawarkan melalui sesi tayangan tersebut. Diplomasi publik oleh individu-individu dalam sebuah entitas perindustrian memainkan peranan vital di sini.<br />
Beragam varian program mulai bermunculan di layar televisi Indonesia. Mulai dari kartun, reality and talk show, quiz, hingga tayangan animasi yang sedang menghangat beberapa bulan terakhir. Tayangan animasi mengundang 50% lebih simpati masyarakat Indonesia dengan kelebihan visual yang ditawarkan. Hal ini pernah terjadi pula dengan kepopuleran kartun di Indonesia sekitar tahun 80-90an. Namun, hal ini sebenarnya patut menjadi hal yang disayangkan. Mengapa? Quota tayangan khas Indonesia bukan menjadi prioritas utama dalam rating share tayangan animasi maupun kartun tersebut. Dan bahkan dapat dikatakan unqualifyied show. Tayangan animasi maupun kartun tersebut lebih didominasi oleh pelaku bisnis internasional yang mendapat hak izin siar di Indonesia. <br />
Fenomena memboomingnya tokoh Ipin dan Upin di Indonesia dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir merupakan bukti keberhasilan pelaku bisnis Malaysia sebagai creator Ipin dan Upin. Keberhasilan mengangkat karakter dua tokoh utama dengan latar budaya Malaysia adalah suatu apresiasi bagi Malaysia yang secara langsung pun mengenalkan budaya mereka kepada publik dan simpatisan Indonesia. Dan itu merupakan suatu keberhasilan dalam upaya memunculkan image seorang Malaysian kepada Indonesia. Fenomena Ipin dan Upinisme mengalahkan kepopuleran Si Unyil milik Indonesia. Hal tersebut tentu sangat disayangkan. Dimana kebanggaan kita akan cerita dan budaya tanah air jika kita terus bersinggungan dengan intervensi budaya asing?<br />
Kehadiran Ipin dan Upin di Indonesia dapat diartikulasikan sebagai bagian dari national interest diplomacy track bagi Malaysia. Upaya Malaysia menunjukkan jati diri bangsa melayu melalui tayangan kebudayaan mereka jelas akan mempengaruhi kredibilitas jati diri budaya tanah air. <br />
PEMBATASAN MASALAH<br />
Berdasarkan pemaparan latar belakang atas penulisan makalah “Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia” ini, dapat diambil beberapa pertanyaan untuk mengembangkan pembahasan pada bagian selanjutnya.<br />
Konsep public diplomacy and public relation dalam tayangan Ipin dan Upin bagi Malaysia.<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya arus perkembangan bisnis industri internasional di Indonesia.<br />
Pengaruh yang muncul akibat kuatnya eksistensi tayangan Ipin dan Upin di Indonesia.<br />
TUJUAN PENULISAN<br />
Mengetahui korelasi antara public diplomacy dan public relation dalam hubungan internasional.<br />
Mengetahui faktor-faktor berkembangnya produksi industri bisnis internasional di Indonesia.<br />
Mengetahui pengaruh yang timbul dengan adanya tayangan edukasi-budaya negara lain dari sisi gejala sosial maupun isu politis kepentingan negara tertentu.<br />
<br />
BAB II<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
1. Public Diplomacy and Public Relations<br />
Seperti pada hakikatnya, dewasa ini hubungan internasional bukan hanya terbatas pada makna interdependensi antar negara dalam pemenuhan kebutuhan vital yang terikat dalam suatu hubungan government to government (G to G). Legitimasi hubungan internasional mengalami peningkatan signifikan dimana posisi negara bukan lagi sebagai aktor tunggal yang mendominasi setiap pola hubungan internasional. Negara mempunyai kekuasaan terbatas ketika dinamika hubungan internasional semakin kompleks dengan adanya peningkatan kebutuhan individu-individu secara universal dalam berbagai sudut pandang. <br />
Peranan negara yang terbatas memberikan ruang bagi aktor non negara (non state actors) turut menjadi bagian dari suatu kepentingan bangsa melalui kontribusi dalam agenda dan kapasitas di luar fungsi negara. Aktor bukan negara dalam studi hubungan internasional dapat dicirikan sebagai suatu independensia yang menjalin hubungan lintas negara dalam kapasitas pemenuhan kebutuhan tetapi membawa kepentingan bagi keberadaan negaranya dan turut mempengaruhi pengambilan kebijakan bagi negara di dunia. Sebut saja individu, perusahaan transnasional, transnational crime, etc. Para pelaku tersebut mengarahkan kepentingan mereka dengan turut merefleksikan eksistensi suatu negara dalam kepentingannya ketika berhadapan dengan publik negara lain.<br />
Diplomasi Publik (public diplomacy) telah secara umum dikenal dalam sejarah literatur komunikasi internasional lebih dari 20 tahun silam. Dalam hubungan internasional, diplomasi publik diperkenalkan sebagai media pemerintahan suatu negara untuk mengelola citra negara untuk diperkenalkan kepada publik dunia melalui retorika hubungan masyarakat (Grunig : 1992). Retorika hubungan masyarakat (public relation) ini menjadi media bagi pengembangan image suatu negara untuk promote their image melalui fungsi diplomasi publik. People to people contact (p to p) dengan interdependensia sebagai hegemoni internasional mengadakan hubungan antar civil society lintas negara. Keberhasilan strategi membangun bentuk kerjasama tersebut (public diplomacy by public relation) selain memberikan keuntungan bagi kepentingan pelaku individual, hal tersebut akan memberikan motivasi masing-masing pelaku dalam hubungan tersebut mengetahui deskripsi negara partner masing-masing. Dan secara tidak langsung, image suatu negara akan terwakili melalui peranan individu-individu mereka dalam membangun aliansi internasional.<br />
Hubungan antara diplomasi publik dan hubungan masyarakat berkaitan erat dan berada pada tahap simetris untuk membangun network maupun image suatu bangsa. Public relations and public diplomacy theory and practice are indeed compatible (Yun ; 2006) . Keterkaitan antara keduanya dapat dipastikan melalui bagaimana pelaku diplomasi publik (non state actors) membangun hubungan masyarakat internasional. Non state actors berusaha membangun konektivitas internasional melalui bisnis, investasi, maupun media dalam eskalasi tinggi. Manajemen hubungan tersebut akan menciptakan suatu formulasi feedback antara non state actors dan state actors dimana keuntungan juga akan diperoleh state actors dengan terciptanya network dan image yang lebih luas.<br />
Diplomasi publik dianggap lebih efektif untuk membangun dan mengelola pencitraan positif suatu bangsa dan meredam citra negatif di dunia internasional. Namun selain difungsikan sebagai media pembangun citra negara, diplomasi publik diimplementasikan untuk turut mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara (Manheim;1994). Hal ini dimaksudkan untuk menyokong kepentingan nasional suatu negara melalui perluasan soft power (realism). Dengan eksistensi pelaku diplomasi publik membangun kerangka kerjasama lintas negara, diharapkan kepentingan vital dapat terealisasikan seperti pemenuhan ekonomi, perdagangan, promosi kebudayaan.<br />
Diplomasi publik lebih banyak dilakukan secara one way communication. Bagaimana non state actors berusaha mengangkat kepentingan masing-masing. Dewasa ini, media menjadi partner penting bagi entitas internasional. Dengan akurabilitas dinamis dan progresif, media menghadirkan kesempatan luas bagi masyarakat bordless society. Perkembangan media sebagai akibat dari globalisasi menciptakan transparansi akses berbagai informasi dari belahan dunia. Sehingga publik internasional akan dengan mudah mengetahui perkembangan dari belahan dunia manapun. Kesempatan ini yang pada akhirnya digunakan oleh pelaku diplomasi publik (non state actors) untuk meningkatkan produktifitas out of their region. <br />
Perusahaan bisnis internasional merupakan salah satu aktor diplomasi publik. Berada di bawah manajemen internasional dengan induk cabang yang berpusat di negara tertentu dan produk yang tersebar di beberapa negara. Perusahaan bisnis internasional memproduksi karakteristik produk yang menjadi ciri atau brand daripada suatu negara. Keuntungan tersebut tentu berpengaruh terhadap produsen dan citra negara ketika pelaku bisnis berhasil mengangkat usaha mereka. Dan negara dengan ciri dalam karakteristik produk tersebut berpotensi mengangkat image mereka di hadapan publik internasional. Seperti yang tengah menjadi trend di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Media internasional berpartisipasi menghadirkan promosi produk mereka melalui tayangan entertainmen sarat edukasi kebudayaan. <br />
Bukan menjadi hal baru mendapati tayangan-tayangan dalam negeri tergeser dengan rating share jauh di bawah produk impor yang lebih menarik dengan substansi edukasi negeri orang. Tentu hal tersebut telah lama menjadi konsumsi publik Indonesia. Dekade 90-00 menjadi bukti memboomingnya tayangan impor dengan menjamurnya serial animasi Jepang di beberapa channel tanah air. Tingkat konsumsi publik Indonesia mencapai klimaks dalam beberapa tahun awal kemunculan serial kartun. Tentu perusahaan tempat produksi mendapat keuntungan dengan jalinan kerjasama yang dibangun dengan bisnis dalam negeri. Dan tidak dapat dipungkiri hadirnya animasi Jepang telah membuka peluang bagi publik Indonesia mengenal Jepang lebih dalam melalui propaganda serial animasi Jepang tersebut. Sehingga kepentingan nasional Jepang mempromosikan citra diri mencapai tahap keberhasilan melalui peranan bisnis internasional sebagai aktor bukan negara yang berdedikasi dalam upaya membangun hubungan masyarakat dalam diplomasi publik.<br />
<br />
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tayangan Ipin dan Upin<br />
Produktifitas tayangan impor bergerak secara dinamis dan proggresif dalam industri hiburan tanah air. Bukti nyata keberhasilan tersebut bukan menjadi hal baru bagi publik Indonesia. Arus globalisasi memperlancar partisipasi setiap individu bergerak menuju keadaan interdepensi antar manusia. Tercipta borderless society yang mengenal dengan tanpa batas geografis. Cosmopolitan citizen yang menumbuhkan konsumerisme terhadap setiap aktifitas internasional. Namun, secara garis besar yang tengah terjadi adalah fenomena ketergantungan per individu di dunia di luar kapasitas state actors.<br />
Seperti pada penjelasan sebelumnya, media merupakan salah satu medium revolusioner globalisasi. Lebih lanjut bahwa media massa berbentuk cetak maupun elektronik merupakan sarana komunikasi yang menjangkau publik secara efektif (Light, Keller, dan Calhoun : 1989). Peranan media berpengaruh pesat terhadap upaya negara merefleksikan pencitraan diri dan membangun image baik secara government to government contact, government to people contact, maupun people to people contact. Keterbatasan peranan negara dalam lingkup global disertai pergerakan individu-individu dalam proses globalisasi mendorong mereka untuk bersama membangun pondasi kerjasama efektif dengan konteks balance of feedback. Pemerintah dan individu memposisikan diri sebagai komunikan satu arah dan media sebagai sarana melanjutkan fragmen ide maupun gagasan kepada publik sebagai komunikator. Tentu saja hal ini memberikan efek positif bagi ketiga belah pihak sebagai suatu aliansi memaksimalkan tujuan. <br />
Pemerintahan suatu negara dengan dominasi yang lebih kuat, melalui keberadaan kedua komponen atau pelaku induk globalisasi lainnya akan dengan semakin mudah mendapatkan beragam source demi pencapaian tujuan eksistensi mereka. Sebut saja promosi, external income source, maupun pamor. Individu-individu yang kemudian dapat dikatakan sebagai bagian dari pelaku bukan negara, (dalam paradigma pluralis) melalui interdependensi arus globalisasi berusaha memenuhi kebutuhan (secara sosio-ekonomi) tanpa termarginalkan oleh ruang dan waktu. Pelaku individu disamping menyuburkan diri dalam pembangunan kerjasama industri antar negara, mereka pula memiliki peluang sebagai ambassador negara mereka. Secara tidak langsung, negara ataupun pemerintahan terwakilkan oleh pelaku bisnis seperti ini. Aspirasi, ide, atau gagasan yang muncul tidak jarang didasarkan atas situasi negara mereka. Bentuk keterkaitan kerja sama mereka mempunyai korelasi dengan sumber alam atau faktor produksi negara masing-masing. Bargaining power tentu melibatkan posisi negara untuk secara efektif mendapatkan tujuan. Inilah yang kemudian terjadi feedback antara negara dengan individu yang kemudian disebut sebagai para pelaku industri dalam bisnis internasional. Kemudian, media juga memberikan kontribusi dalam upaya negara merefleksikan citra diri. Tentu saja disamping mencukupi kebutuhan internal. Media terlibat sebagai instrumen penyambung komunikan yang mengangkat prestige dan pamor negara. Baik dalam kerja pemerintahan negara tersebut atau dengan keterwakilan negara melalui individu-individu mereka dalam industri bisnis internasional. Media memperluas fleksibilitas area dengan mengangkat isu dan potensi dalam negeri yang mampu dijual di hadapan publik. Sementara mereka mendapat keuntungan dari produk penjualan, negara pun mendapat apresiasi dari proyek mereka. <br />
Berbicara mengenai korelasi negara, industri bisnis internasional, dan media dalam hubungan diplomasi publik adalah salah satu contoh bahwa keberhasilan diplomasi publik memberikan pengaruh signifikan bagi perkembangan negara. Diplomasi publik yang dilakukan para non state actors ( industri bisnis atau media ) menyediakan kesempatan negara turut berorientasi pada keberhasilan meningkatkan image of nation. Sektor industri bisnis hiburan menjadi ajang meningkatkan power dewasa ini. Seperti yang tengah terjadi di Indonesia, terdapat perubahan fenomena konsumsi tayangan lokal yang beralih kepada tayangan impor. <br />
Sekitar tahun 1980an, pasar hiburan Indonesia dipenuhi dengan tayangan animasi negeri sakura Jepang. Kerja sama produsen animasi Jepang dengan perusahaan Indonesia membuat tayangan kartun dan animasi berlatar belakang kehidupan negeri sakura tersebut cukup berhasil mengangkat citra Jepang melalui kehidupan tradisional yang mengakar kuat. Pengaruhnya terasa hingga kurun 20 tahun ke depan dengan terkenalnya kultur Jepang seperti harajuku style, emo, manga dan meningkatnya ketertarikan remaja terhadap budaya Jepang kala itu. Dan hal tersebut disebut sebagai keberhasilan Jepang dalam mempromosikan negaranya dalam ranah publik internasional melalui peran pelaku bisnis internasional dan media. <br />
Berbeda dengan sekarang, kecenderungan konsumsi masyarakat Indonesia bukan lagi pada animasi Jepang. Namun hal tersebut juga tidak mengubah paradigma bahwa produk lokal cukup mendapat tempat dalam industri hiburan. Hal yang tengah terjadi saat ini adalah merambahnya pecinta animasi berciri melayu berlatar belakang norma-norma negara Malaysia. Dapat dipastikan penikmat dunia pertelevisian mengenal karakter Ipin dan Upin melalui sebuah mini seri oleh salah satu perusahaan televisi tanah air. Substansi cerita sarat kebudayaan melayu Malaysia menggiring pemirsa Indonesia ke dalam konteks kultur kental Malaysia. Fenomena yang terjadi adalah kecanduan penikmat pertelevisian Indonesia mengenal lebih jauh alur cerita di dalamnya. Tebukti melalui sebuah survey oleh AGB Nielsen, salah satu surveyor rating share program televisi, tayangan Ipin dan Upin memuncaki daftar 50 program terbaik seluruh stasiun televisi di Indonesia. <br />
Selain faktor globalisasi yang menyebabkan semakin intensnya hubungan antar negara, keberhasilan tayangan Ipin dan Upin di Indonesia tidak terlepas dari kurangnya produktivitas industri perfilman Indonesia dalam menghadirkan tayangan sejenis bermuatan edukasi-kebudayaan ranah lokal. Dewasa ini, tayangan Indonesia sedang mengalami hibernasi panjang dengan lebih banyak menghadirkan tayangan bermuatan hedonisme semata yang cenderung mengagungkan sebuah proses instan seperti reality show. Kehadiran tayangan Ipin dan Upin dianggap sebagai tayangan sarat pendidikan meski menjual produk asing. Tanpa disadari memang oleh pecinta film tersebut, namun yang pasti hal tersebut membuktikan keberhasilan Malaysia memperkenalkan khazanah kultur mereka, dan membentuk citra terhadap publik internasional. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
3. Pengaruh tayangan Ipin dan Upin<br />
Film animasi Ipin dan Upin berawal dari sebuah studio kecil di Selangor, Les’ Copaque Malaysia. Manajemen Les’ Copaque berbentuk MSC berada di bawah kontrol masyarakat melayu Malaysia dengan ide mengembangkan pembuatan film animasi. Bercerita dua anak kembar melayu asli dengan kehidupan masyarakat melayu Malaysia disertai petualangan dan keberanian anak kecil menjadikan tayangan ini mendapat hak siar di Indonesia oleh salah satu televisi swasta. Momentum tepat dimanfaatkan produk ini, di saat Indonesia kehilangan eksistensi tayangan edukasi anak-anak karena lebih didominasi dengan tayangan remaja dan elegi percintaan maupun tayangan semacam reality instan show. Metode komunikasi dalam Ipin dan Upin berhasil menarik simpatisan masyarakat Indonesia terutama kalangan orang tua untuk memberikan asupan tayangan animasi anak-anak bermuatan edukasi.<br />
Serial animasi Ipin dan Upin telah berkembang menjadi sentrum tayangan bermuatan edukasi-budaya bagi sebagian besar pecinta tayangan animasi di Indonesia. Memboomingnya serial edukasi anak-anak dapat dilihat dari antusiasme berbagai kalangan menyambut setiap episode baru dalam cerita. Animo masyarakat Indonesia akan kehadiran tayangan bergenre melayu dengan latar belakang kehidupan orang Malaysia melampaui tayangan lokal dengan alur cerita bermuatan edukasi pula. Sebut saja Si Unyil dan Pak Raden, salah satu tayangan origin Indonesia sarat edukasi budaya Indonesia. Kepopuleran Si Unyil dan Pak Raden belum dapat mengimbangi serial Ipin dan Upin yang menempati rating share 7.1. Sementara di Malaysia, tayangan ini telah berhasil menarik 1.5 juta penonton dalam periode bulan puasa. Menurut survei oleh AGB Nielsen, produktivitas tayangan ini bahkan telah mengalami pencapaian drastis dengan memuncaki daftar 50 program televisi Indonesia. <br />
Meledaknya tayangan Ipin dan Upin di Indonesia mendapat respon berbeda dari sejumlah publik tanah air. Hal tersebut menonjol dari kekuatan tokoh Ipin dan Upin menembus pangsa pasar dengan produk bermuatan Ipin dan Upin. Fenomena tersebut tidak jarang ditemukan di pasar tanah air. Berbagai pernik sengaja dipadukan dengan kekhasan kedua tokoh tersebut, mulai dari mainan anak-anak, baju, hingga themesong soundtrack. Hal lain adalah kecenderungan anak-anak dalam menirukan logat khas Malaysia yang tersampaikan dengan sangat apik oleh Ipin dan Upin. Penggunaan kata yang sarat dialek melayu Malaysia tersebut mengundang keinginan anak-anak (penikmat tayangan) untuk turut menggunakannya. Akibatnya, kemahiran menirukan logat melayu Malaysia oleh mereka merupakan suatu hal yang mudah didapat dengan adanya intensitas tayangan Ipin dan Upin. Dalam sekali kesempatan, Ipin dan Upin mampu menjadi brand ambassador untuk mewakili citra Malaysia di tanah air. Namun, hal berbeda juga ditunjukkan oleh beberapa kalangan orang tua yang terganggu dengan intensitas siar. Bagi sejumlah orang tua, frekuensi siaran Ipin dan Upin menyita kesempatan anak berinteraksi dengan pendidikan sekolah karena lebih tertarik mengikuti episode demi episode Ipin dan Upin. Tetapi, di luar konfrontasi alasan tersebut terdapat effect krusial bagi perkembangan mental bangsa. Sesuai hakikat peranan media adalah sebagai alat komunikasi penyampaian pesan dari komunikan ke komunikator. Tayangan impor bermuatan karakter budaya negara tertentu yang telah mendominasi keadaan suatu negara lain berpotensi dijadikan propaganda untuk alasan politis dan kepentingan nasional negara tersebut. Inilah fungsi ganda media dalam bentuk diplomasi publik.<br />
Diplomasi publik yang dibangun pemerintah Malaysia melalui aktor non negara mereka jelas menunjukkan keberhasilan peran pelaku industri bisnis internasional disamping keberhasilan Malaysia. Feedback yang diperoleh bagi mereka tidak merugikan kedua belah pihak. Industri tempat bernaungnya produksi animasi Ipin dan Upin mendapat komersil lebih dari tingkat penjualan produk mereka, sementara Malaysia turut mempromosikan diri, membangun citra bagi publik internasional. Tetapi, hal yang tanpa disadari adalah adanya ekspansi secara soft power. Publik dan simpatisan tayangan ini telah mulai terpengaruh bukan hanya dengan nilai positif message yang disampaikan, namun lebih kepada karakterisasi dan penokohan melalui bahasa tubuh dan mimik dari kedua tokoh. Tidak heran ketika melihat anak-anak menirukan gaya bahasa melayu Malaysia seperti seringkali terucap oleh Ipin dan Upin di sekolah maupun pergaulan teman sebaya. Intensitas penggunaan bahasa melayu tersebut sungguh disayangkan, misalnya ketika terjadi dalam interaksi sekolah. Penggunaan bahasa Indonesia tersisihkan dengan sekadar memberikan salam kepada guru mereka di sekolah. Hal seperti ini yang sebenarnya perlu mendapat pengawasan karena bukan tidak mungkin propaganda negara lain melalui pembentukan hubungan kerja sama aktor bukan negara seperti ini akan berjalan lebih efektif bagi pembangunan citra diri suatu bangsa.<br />
<br />
<br />
<br />
PENUTUP<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
Berdasarkan pemaparan dalam paper “Peranan Bisnis Internasional sebagai Pelaku Diplomasi Publik : Perluasan Image Budaya Malaysia melalui karakter Ipin dan Upin di Indonesia” dapat diambil beberapa kesimpulan.<br />
1. Diplomasi publik dan hubungan masyarakat adalah dua pola utama untuk mengangkat image suatu bangsa melalui retorika interdependensi para pelaku bukan negara (non state actors). Melalui tayangan Ipin dan Upin di Indonesia, para pelaku bisnis industri Malaysia yang bekerja sama dengan industri Indonesia berhasil membawa serta kepentingan Malaysia di publik internasional.<br />
2. Mendominasinya tayangan ini memberi efek bagi perkembangan mental bangsa. Faktor-faktor meningkatnya simpatisan masyarakat Indonesia yang didominasi anak-anak ini dikarenakan kurangnya tayangan Indonesia yang memberikan tayangan sejenis. Kultur tayangan Indonesia saat ini lebih cenderung didominasi tayangan roman, reality show yang menawarkan proses instan. Kesempatan ini yang kemudian memberikan tempat bagi program animasi ini.<br />
3. Beberapa pengaruh muncul dengan semakin meningkatnya intensitas siar program animasi ini di Indonesia. Hal yang paling dikhawatirkan berkaitan dengan keunggulan program ini dibanding program Indonesia lainnya adalah tergesernya nilai-nilai bangsa karena ketidaksadaran publik mengkonsumsi dan menelaah seluruh substansi yang ada. <br />
Demikianlah pengaruh non state actors dalam konteks mereka sebagai pelaku diplomasi publik melalui kerangka kerja sama yang terjadi lintas negara. Mereka mampu mempengaruhi kedudukan suatu negara di publik internasional.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Grunig, J. E. (1992). Excellence in public relations and communication management. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Les%27 Copaque Production <br />
Light, Donald, Suzanne Keller dan Craig Calhoun. (1989). Sociology. Edisi Kelima. New York: Alfred A. Knopf<br />
Manheim, J. (1994). Strategic public diplomacy and American foreign policy: The evolution of influence. New York: Oxford University Press.<br />
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta:FE Universitas Indonesia<br />
www.blogger.com/arieaing.blogspot.com<br />
Yun, S. H. (2006). Toward public relations theory-based study of public diplomacy: Testing the applicability of the excellence study. Journal of Public Relations Research, 18, 287-312<br />
<br />
ENDNOTE :<br />
Grunig, J. E. (1992). Excellence in public relations and communication management. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates<br />
Yun, S. H. (2006). Toward public relations theory-based study of public diplomacy: Testing the applicability of the excellence study. Journal of Public Relations Research, 18, 287-312<br />
Manheim, J. (1994). Strategic public diplomacy and American foreign policy: The evolution of influence. New York: Oxford University Press.<br />
Light, Donald, Suzanne Keller dan Craig Calhoun. (1989). Sociology. Edisi Kelima. New York: Alfred A. Knopf<br />
www.blogger.com/arieaing.blogspot.com<br />
Ibid.<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Les%27 Copaque Production<br />
www.blogger.com/arieaing.blogspot.com<br />
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta:FE Universitas IndonesiaDiplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-51208546204059450692010-06-02T19:20:00.001-07:002010-06-02T19:20:32.648-07:00Penyelesaian Konflik GAM di Aceh Pasca Pemerintahan Megawati<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CHEIDYE%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CHEIDYE%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CHEIDYE%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Verdana;
panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:536871559 0 0 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
span.MsoEndnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-link:"Endnote Text Char";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:blue;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.EndnoteTextChar
{mso-style-name:"Endnote Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/HEIDYE~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/HEIDYE~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/HEIDYE~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/HEIDYE~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:595.45pt 841.7pt;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">TUGAS DIPLOMASI<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">PENYELESAIAN KONFLIK GAM DI ACEH PASCA PEMERINTAHAN MEGAWATI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">Nama : Heidy Entry Amanah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">NIM : 209000233<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">Prodi : Hubungan Internasional<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;">2010<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aceh merupakan suatu daerah yang kaya dengan sumber mineral. Aceh juga merupakan wilayah pertama yang memeluk Islam di Asia Tenggara sekitar abad kedelapan. Dua kerajaan Islam yang pertama kali muncul di Aceh yaitu berada di Peureulak Aceh Timur sekitar tahun 850 yang kemudian disusul dengan Kerajaan Samudera Pasai di Aceh Utara. Sejarah kedua kerajaan yang berada di Aceh ini sempat dicatat oleh Marco Polo yang merupakan seorang warga negara Italia dan Ibnu Batutah seorang Warga Arab. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Aceh sudah menjalin hubungan dengan Inggris sejak abad ke 16. Ratu Elizabeth I pernah mengutuskan Sir Janes Lancaster ke Aceh untuk menemui Sultan Aceh dan memberikan surat darinya untuk meminta izin berdagang di wilayah Aceh. Lalu Sultan Aceh pun membalas surat tersebut. Hubungan antara Aceh dengan Inggris berlangsung hingga masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Aceh menjadi produsen lada hitam terbesar di dunia pada tahun 1820. Selain memakmurkan Kesultanan Aceh, komoditas lada juga menimbulkan politik di seputar Selat Malaka. Kerajaan kecil yang berada di Aceh berniaga langsung dengan pembeli lada. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Terdapat ancaman berbahaya yang terjadi pada kaum elite tradisional yang tidak mendapat perhatian yang seharusnya dari para penguasa di Aceh. Hindia Belanda Justru memperkuat wilayah kekuasaan ulee balang hingga 100 wilayah serta mendominasi semua institusi perwakilan. Hal tersebut menimbulkan terjadinya kesenjangan sosial diantara kaum ulama dengan ulee balang. Sehingga keseimbangan dalam bentuk badan perwakilan untuk menyampaikan aspirasi lapisan bawah praktis hilang dan kesenjangan yang terjadi semakin tajam diantara ulee balang dengan ulama yang merupakan kaum elite tradisional. Pada tahun 1926-1934 dan sebelum Jepang datang ke Aceh, terjadi revolusi antara ulee balang dan kaum ulama dengan melakukan berbagai konflik di luar bandar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Ketika revolusi nasional terjadi di Aceh, Teuku Nyak Arief seorang ulee balang yang mempunyai reputasi nasionalistis diangkat menjadi residen republik. Kemudian disaat bersamaan terjadi pertempuran terbuka antara ulee balang di Pidie dengan pendukung ulama yang dikenal dengan Perang Cumbok. Sehingga pada awal 1946, Hampir seluruh ulee balang Pidie di bunuh. Para pemuda PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) mengadakan revolusi sosial yang diketuai oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh di pantai timur Aceh dari Selatan menuju Utara untuk membersihkan semua unsur yang mewakili kekuasaan feodalisme. Organisasi PUSA dibentuk untuk menentang pendudukan Belanda. Saat Aceh dikuasai oleh Belanda, Aceh mulai melakukan kerjasama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan mengikuti berbagai gerakan nasionalis dan politik.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">[i]</span></span></span></a> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Tokoh Aceh mengirim utusannya ke pemimpin perang Jepang untuk membantu Aceh mengusir Belanda. Hal ini dapat terjadi karena Jepang sedang mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia. Pada 1940 negosiasi antara Jepang dengan Aceh dimulai. Dan pada 19 Desember 1941 Jepang menguasai Penang, dan sejumlah orang Aceh bermukim di Penang untuk melakukan gerakan politik kemerdekaan dengan dukungan Jepang. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Pasukan KNIL yang dipimpin oleh Jenderal R T Overakker, Komandan Teritorium Sumatera Tengah berencana untuk melawan Jepang yang melakukan pendaratan di Ujong Batee Aceh Besar. pendaratannya dilakukan secara besar-besaran dan disambut oleh tokoh Aceh dan masyarakat yang diorganisir oleh PUSA yang diikuti pasukan gerak jalan cepat ke Gayo. Tanah Gayo sulit untuk dicapai karena menjadi benteng yang dapat dipertahankan dengan tangguh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pasukan KNIL sudah tidak dapat mengendalikan Aceh karena markas-markas militer di Banda Aceh telah diserang oleh rakyat yang tentu saja telah dikoordinasi oleh PUSA. Dan sekitar 20 pensiunan KNIL dan beberapa orang Eropa ditembak oleh warga. Saat itu kota Banda Aceh menjadi kota terbuka dan kosong kekuasaan serta merajalelanya aksi penjarahan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Namun lama kelamaan kedudukan Jepang semakin menurun karena Jepang sama sekali tidak menepati janjinya di awal kedudukan untuk memakmurkan masyarakat. Hal tersebut diperparah dengan kalahnya Jepang oleh serangan sekutu dalam perang di Pasifik dan Asia Tenggara. Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah karena pada</span> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 dijatuhkannya bom yang sangat dasyat tepat di Hiroshima dan Nagasaki, dan terjadi kekosongan kekuasaan di Sumatera. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">KERANGKA PEMIKIRAN</span></b><b><span style="font-size: 18pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sekitar bulan Desember 1945 hingga Februari 1946 terjadi revolusi sosial yang disertai dengan adanya perang saudara yang dilakukan barisan PUSA untuk melakukan pembersihan terhadap kaum ulee balang</span>. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aceh tidak hanya merupakan daerah terakhir yang dimasukkan pemerintahan Belanda. Namun Aceh juga menjadi daerah yang pertama keluar dari kekuasaan Belanda. Perang Dunia kedua menyebabkan kerusakan yang hebat dan paradigma baru yaitu cetusan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang merupakan bangsa pertama setelah peperangan di Pasifik. Dan tumbuhnya rasa solidaritas kebersamaan diantara penghuni Nusantara yang majemuk untuk membuat kepulauan maritim terbesar mengikat diri sebagai satu bangsa. Cetusan proklamasi Indonesia didukung oleh rakyat Aceh. <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">[ii]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Pada saat sekutu menguasai pemerintahan Indonesia di Jawa pada 1948, Acehlah yang menjadi penyelamat Indonesia melalui pemancar Radio Rimba Raya di Aceh Tengah. Daud Beureueh yang memprakarsai berdirinya Radio Rimba Raya untuk melawan propaganda Radio Nederland Hilversum di Belanda. Dana yang didapat untuk membeli pemancar Radio merupakan sumbangan dari masyarakat Aceh dari hasil menjual ganja yang diselundupkan keluar negeri. Namun pada saat itu di Aceh belum mengharamkan ganja. Kemudian pada tahun 1949, rakyat Aceh membeli dua buah pesawat yang menjadi modal pertama Garuda Indonesia Airways dan diberi nama Seulawah.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">[iii]</span></span></span></a> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Pertikaian di Aceh terjadi karena kalangan ulama dan pemuda mendukung proklamasi dan memasukkan Aceh kedalam wilayah Indonesia. Namun, ditentang oleh ulle balang di Pidie sehingga menimbulkan konflik antara ulama yang dibantu pemuda dengan para pendukung ulle balang di Cumbok, yang akhirnya peristiwa tersebut dikenal dengan insiden Cumbok. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perekonomian Indonesia menjadi hancur sepeninggal Presiden Soekarno karena beliau lebih mementingkan popularitasnya di kancah internasional tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Hal ini memberi jalan Soeharto untuk meraih simpati masyarakat setelah Presiden Soekarno jatuh pada tahun 1960an.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tahun tersebut Soeharto mendapat dukungan dari para kalangan elit untuk membentuk partai baru yaitu Partai Golongan Karya (Golkar). Pada masa pemerintahannya Soeharto memberlakukan pemerintahan secara sentralistik, hal ini mengakibatkan Elite Aceh merasa sangat kecewa. Karena pada saat itu Aceh hanya menerima 1% dari seluruh anggaran pendapatan nasional. Hasil produksi yang berasal dari Aceh banyak mengalami pemotongan yang diberlakukan oleh pemerintah pusat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karena adanya ketimpangan tersebut, maka benih kebencian terhadap pemerintah pusat semakin berkembang di masyarakat Aceh. Pada 4 Desember 1976, Hasan Tiro yang lahir di Aceh pada tahun 1930 mempelopori berdirinya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Awalnya anak buah Hasan Tiro hanya sebanyak 150 orang, tapi semakin berjalannya waktu pengikutnya terus bertambah hingga mencapai 5000 orang pendukung yang bisa dimobilisasi pada tahun 1978. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hasan Tiro kemudian mendirikan pemerintah bayangan pada tahun 1977. Tapi pemerintahan Soeharto tidak tinggal diam, beliau mengirimkan ribuan pasukan ke Aceh pada tahun 1978. Namun aksi Hasan Tiro mendapat dukungan dari dunia internasional. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian Hasan Tiro mengirimkan 800 pemuda Aceh untuk berlatih militer di Kamp Tazura yang berada di Libya. Pada tahun 1985, Hasan Tiro dan para pengikutnya pindah ke Swedia dan menjadi warga negaranya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para pemuda yang telah dilatih di Libya melakukan Gerilya di hutan – hutan Aceh dengan menyerang pos polisi dan militer dan merampas amunisinya dan senjata otomatisnya. Setelah mengetahui adanya penyerangan dari pasukan GAM, Soeharto mendeklarasikan Aceh menjadi Daerah Operasi Militer (DOM).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Banyak warga sipil di Aceh yang yang menjadi korban dari DOM. Dan berbagai peristiwa seperti penculikan dan pembantaian terus terjadi, sampai pada akhirnya tanggal 7 Agustus 1998 DOM dicabut. Namun demikian, angka kekerasan makin bertambah di Aceh meskipun DOM telah berakhir. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk mengakhiri kekerasan yang terjadi di Aceh, pada tanggal 12 Mei 2000 Presiden Abdurrachman Wahid berinisiatif untuk mengadakan perjanjian dengan GAM di Jenewa, dimana pada perjanjian tersebut RI diwakili oleh Duta Besar atau Wakil Tetap RI untuk PBB DR Hassan Wirajuda sedangkan perwakilan dari pihak GAM Dr Zaini Abdullah. Tapi pihak GAM tetap menuntut kemerdekaan di Aceh, tapi hal itu ditentang oleh pemerintah pusat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perundingan perdamaian antara RI dengan GAM ini dimediasikan oleh lebaga Henry Dunant Centr(HDC) yang merupakan lebaga yang bukan berasal dari pemerintah (LSM internasional) yang berpusat di Jenewa, Swiss.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Agar konflik di Aceh cepat terselesaiakan, Gus Dur menawarkan otonomi sepenuhnya kepada Aceh dan menerapkan Syariat Islam serta bagi hasil dari pendapatan eksploitasi minyak dan gas bumi. Namun perjanjian kesepakatan yang dilakukan Gus Dur ditentang oleh DPR dan wakil Presiden Megawati Soekarno Putri. Sehingga mereka berpendapat bahwa hal tersebut dapat memicu munculnya gerakan separatis dan merusak integritas NKRI. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berbagai perundingan disepakati, akan tetapi selalu saja ada pihak yang mengingkarinya. Diantaranya; perjanjian yang dilakukan di Hotel Kuala Tripa Banda Aceh pada tanggal 11 Februari 2001, HDC kembali memfasilitasi perundingan penghentian permusuhan di Jenewa pada 9 Desember 2002. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan dan Megawati Soekarnoputri menduduki kursi kepresidenan pada tahun 2001, ternyata Megawati juga tidak bisa memperbaiki keadaan. Lalu pada tanggal 17 dan 18 Mei 2003, RI dan GAM mengadakan pertemuan di Tokyo untuk mencegah konflik dan membahas bersama mengenai Joint Council. Karena tidak ada pihak yang mau mengalah,maka pada tanggal 19 Mei 2003 Presiden Megawati mencetuskan bahwa Aceh menjadi Darurat Militer.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saat Megawati menerapkan Darurat Militer di Aceh, dunia internasional menjadi antipati terhadap kebijakan tersebut. Salah satu tokoh yang menetangnya adalah Paul Wolfowitz yang pada masa itu merupakan Wakil Menteri Pertahanan Amerika. Dia berpendapat bahwa masalah konflik di Aceh tidak dapat dimenangkan dengan cara militer, dan solusi penyelesaiannya adalah melalui bidang politik. Namun pernyataan yang dikeluarkan oleh Wolfowitz itu sama sekali tidak dihiraukan oleh Megawati. Megawati justru memperpanjang status Darurat Militer di Aceh hingga pertengahan November 2003.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menjelang pemilu pada tahun 2004, Megawati menandatangani dekrit dan merubah status Darurat Militer di Aceh menjadi Darurat Sipil pada tanggal 18 Mei 2004. Namun hal itu tidak berpengaruh terhadap rakyat Aceh, karena PDIP tidak populer di Aceh. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi gempa 8,9 Skala Richter di Samudera Hindia yang menyebabkan Aceh dan sebagian negara kawasan Timur di terjang tsunami. Bahkan getaran gempa yang terjadi terasa hingga ke Alaska. Diperkirakan terdapat lebih dari 300.000 manusia serta 43.000 jiwa lainnya dinyatakan hilang. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah hari kedua pasca tsunami, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi para korban di Banda Aceh pasca tsunami. Enam duta besar yang memiliki akses dengan GAM menemui SBY untuk memperoleh masukan supaya perdamaian ini mendapat dukungan internasional. Langkah yang diambil SBY untuk mendamaikan Aceh memang cukup berani walaupun tidak sejalan dengan TNI yang bersikeras mengucilkan Aceh dari dunia internasional yang dikaitkan dengan bantuan kemanusiaan yang tidak mungkin dapat diatasi oleh Indonesia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan ingin mewujudkan perdamaian SBY memutuska untuk mengakhiri konflik di Aceh. Jika konflik di Aceh berakhir, berarti Indonesia bisa menghentikan kecaman dari masyarakat dunia yang menganggap bahwa Indonesia telah membiarkan TNI melakukan pelanggaran HAM yang mempengaruhi proses demokrasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kalangan eksekutif dan legislatif menjadi trauma akan terulangnya kembali tragedi Timor-Timur dalam penyelesaian konflik di Aceh. Posisi Indonesia di dunia internasional akan dikucilkan apabila Indonesia tetap mempertahankan Politik Unitarisme (politik takluk). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tanggal 2 Januari 2005 dan atas inisiatif mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari, GAM sepakat untuk berunding dengan pemerintah untuk mengatasi tsunami di Helsinki yang di tandatangani oleh kedua belah pihak. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk memperlancar pelaksanaan hasil memorandum Helsinki beberapa tokoh GAM yang berada diluar negeri kembali ke Banda Aceh. Diantaranya adalah Perdana Menteri GAM Malik Mahmud dan Menteri Luar Negeri GAM Zaini Abdullah. Pada waktu yang sama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta sibuk menyusun draft MoU agar segera di amandemenkan utnuk kelengkapan Helsinki berikutnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemerintah Indonesia dan GAM memulai tahap perundingan baru di Vantaa, Finlandia pada 27 Februari 2005. Pada perundingan tersebut mantan Presiden Martti Ahtisaari berperan sebagai fasilitator. Setelah perundingan selama 25 hari, pada 17 Juli 2005 tim perunding Indonesia mencapai kesepakatan damai dengan pihak GAM di Vantaa. Dan pada 15 Agustus 2005 nota kesepakatan damai di tandatangani. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Salah satu poin penting dalam perundingan antara pemerintah Indonesia dengan GAM adalah bahwa pemerintah Indonesia memberikan amnesti bagi GAM dan akan memfasilitasi pembentukan partai politik lokal di Aceh. Pada 19 Desember 2005 GAM menyerahkan seluruh senjatanya yang mencapai 840 pucuk senjata kepada Aceh Monitoring Mission (AMM). Juru Bicara Militer GAM Sofyan Daud mengatakan bahwa telah membubarkan sayap militernya di Aceh pada 27 Desember 2005. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">MoU Indonesia-GAM menjunjung tinggi hak-hak dasar yang dapat terwujud, dan ini merupakan suatu prestasi demokrasi bagi Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya. Seharusnya hal yang sama juga diberlakukan diseluruh wilayah Indonesia sehingga tidak menimbulkan polemik pemberlakuan khusus bagi daerah tertentu. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di hadapan hukum kualitas demokrasi di Indonesia seharusnya berlandaskan pada kesepahaman hak asasi manusia yang didistribusikan. Bukan dengan cara yang diskriminatif seperti yang terjadi selama ini pada praktek berbangsa dan bermasyarakat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, hakikat nilai-nilai kemanusiaan yang setara tanpa membedakan suku, ras, agama dan golongan sudah menjadi kesepakatan dunia internasional. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perjanjian Helsinki juga menimbulkan reaksi negatif dari berbagai kalangan yang menentangnya dengan alasan bahwa perjanjian tersebut menumbuhkan sifat nasionalisme kesukuan. Bagi Indonesia meratifikasi dua perjanjian HAM internasional yang intinya adalah perlindungan terhadap hak-hak dasar manusia yang sudah semestinya diberikan oleh pemerintah Indonesia sebagai suatu negara hukum. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kawilarang, Harry; “Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki”; Banda Aceh; Bandar Publishing; 2008.<o:p></o:p></span></div>Tempo Interaktif; GAM Terima Opsi Otonomi Khusus<br />
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">Senin, 11 Juli 2005 | 17:19 WIB <o:p></o:p></span><br />
Tempo Interaktif; GAM: Aceh Bagian dari Indonesia<br />
Senin, 11 Juli 2005 | 20:24 WIB <br />
<div class="MsoNormal"><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Free_Aceh_Movement">http://en.wikipedia.org/wiki/Free_Aceh_Movement</a></div><div class="MsoNormal"><a href="http://www.c-r.org/our-work/accord/aceh/helsinki-negotiations.php">http://www.c-r.org/our-work/accord/aceh/helsinki-negotiations.php</a></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> </div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="edn1"><div class="MsoEndnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[i]</span></span></span></a> Kawilarang, Harry. 2008. Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki.</div></div><div id="edn2"><div class="MsoEndnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[ii]</span></span></span></a> Ibid.</div></div><div id="edn3"><div class="MsoEndnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[iii]</span></span></span></a> Ibid.</div></div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-72867437083955887162010-06-02T18:13:00.001-07:002010-06-02T18:13:07.226-07:00Posisi China dalam Perang Dingin<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Chcr%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="PlaceName" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="PlaceType" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://www.blogger.com/img/object_element.gif" class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Lucida Sans Unicode";
panose-1:2 11 6 2 3 5 4 2 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-2147476737 14699 0 0 63 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.MsoEndnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-link:" Char Char1";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:6.0pt;
margin-left:0in;
mso-pagination:none;
mso-hyphenate:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Lucida Sans Unicode";
mso-font-kerning:.5pt;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
color:navy;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
span.CharChar1
{mso-style-name:" Char Char1";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Body Text";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"Lucida Sans Unicode";
mso-fareast-font-family:"Lucida Sans Unicode";
mso-font-kerning:.5pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/hcr/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/hcr/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/hcr/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/hcr/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Orryzaid (202000039) </span></b></div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">LATAR BELAKANG<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span> </span>Perang Dingin ialah suatu konflik <i>interstate </i>(antar Negara Adidaya) paska perang Dunia ke-II. Dengan aktor utamanya; Amerika Serikat dan sekutunya melawan Uni Soviet dan sekutunya. Dikatakan sebagai Perang dingin, karena tidak adanya deklarasi formal akan perang tersebut dan juga kontak senjata secara langsung. Hanya merupakan perang urat syaraf antar keduanya. Adanya perbedaan <i>National Interest</i> (kepentingan nasional); Demokrasi Liberal melawan Komunis. Dan perbedaan ideologi seperti; Amerika Serikat menyusung prinsip Demokrasi Liberal yang berdasarkan sistem sosial pada masyarakatnya dan sistem politik yang bergantung kepada peran tiap-tiap individu dalam PEMILU serta sistem ekonomi, kapitalis yang menyediakan kesempatan bagi tiap-tiap individu untuk mengejar/memenuhi kebutuhan ekonomi dengan sedikit maupun banyak intervensi dari Negara/pemerintah. Sedangkan Uni Soviet mengedepankan prinsip ideologi komunisme sebagai sistem internasional dan tujuan Negara pada praktiknya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Tujuan negaranya mencakup ideologi Marxisme dimana ada konsep akan penguasan dengan <i>Total Control</i><span> </span>oleh satu individu (kaum borjuis) dalam memproduksi sesuatu dan memiliki <i>Authority Power </i>(wewenang kekuasaan) dalam mengaturnya, serta perbedaan Geografis dan Politik <i>(Containment Policy).</i> Diplomat dan ahli sejarah juga staf senior Departemen Kenegaraan Amerika Serikat, George Kennan berpendapat;<i>“ The <st1:place w:st="on">Soviet Union</st1:place> would always feel military insecurity, it would conduct an agreesive foreign policy“</i>. Pandangan tersebut diutarakan dengan melihat pendapat para <i>Policy Makers</i> (pembuat keputusan) Amerika Serikat yang beranggapan bahwa<i> Interest</i> (kepentingan) Amerika Serikat bergantung kepada Uni Soviet. <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Perang Dingin yang dapat berkembang menjadi sebuah malapetaka global, yang mungkin telah melibatkan penggunaan senjata nuklir. Dominasi Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap para sekutunya menyebabkan hubungan internasional sangat dipengaruhi kepentingan kedua negara adidaya. Tidak mengherankan muncullah blok-blok aliansi yang lebih didasarkan pada persamaan ideologis. Hampir semua langkah diplomatik dipengaruhi oleh tema-tema ideologis yang kemudian dilengkapi dengan perangkat militer. Pertentangan sistem hidup komunis dan liberal ini sedemikian intensifnya sehingga pada akhirnya perlombaan senjata tak dapat dihindarkan lagi karena dengan jalan menumpuk kekuatan nuklir itulah jalan terakhir menyelamatkan ideologinya</span>.<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Globalisasi konflik, dengan munculnya; Pemblokadean Tembok Berlin (1948-1949), Perang <st1:country-region w:st="on">Korea</st1:country-region> (1950-1953), krisis misil Kuba (1962), Perang <st1:country-region w:st="on">Vietnam</st1:country-region> (1965-1973), dan Perang <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Afghanistan</st1:place></st1:country-region> (1979). Disebagian belahan Dunia lainnya tidak bereaksi secara langsung terhadap Perang Dingin yang hanya memberikan <i>influence</i> (pengaruh) terhadap munculnya ideologi-ideologi baru. Seperti halnya tokoh dari Cina Zhou Enlai telah lama hidup di Eropa pada masa Perang Dingin. Dimana ia berkecimpung kedalam partai komunis. Sepulangnya dia ke tanah air, bersama dengan koleganya. Mao Zedong mentransformasikan dan menginterpretasikan kedalam bentuk baru dari paham komunis. Munculnya paham tersebut berawal dari kemenangan Partai Komunis Cina dalam konflik politik di Cina. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1923, Partai Komunis Cina (pimpinan Mao Zedong), beraliansi dengan partai Kuomintang (pimpinan Sun Yat Sen). Tidak berlangsung lama aliansi tersebut pecah menjadi suatu Perang Sudara yang tak terelakkan. Pada tahun 1949, Perang Saudara antara keduanya berakhir. Pada 1 oktober 1949, Mao Zedong memproklamirkan kemerdekaan Republik Rakyat Cina. Partai Komunis Cina menjadi pemegang mandat pemerintahan. Berdirinya RRC diakui oleh Uni Soviet dan Negara-negara komunis lainnya. Beberapa Negara yang tidak menganut paham komunis pun turut mengakuinya, seperti: <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region></st1:place>, Inggris, Perancis dll. Sebaliknya Amerika Serikat tidak mau mengakui keadaulatan wilayah Cina dan hanya mendukung permerintahan Republik Nasionalis Cina pimpinan Chiang Khai Shek di Taiwan secara aklamasi, karena mengedepankan format ideologi demokrasi yang serupa dengan Amerika Serikat. Bahkan, Amerika Serikat pun menentang keberadaan RRC di PBB.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Berakhirnya Perang Dingin itu sendiri berdasarkan berbagai faktor, seperti; pengaruh dari kepemimpinan Mikhail Gorbachev yang dapat membina hubungan baik dengan Amerika Serikat. Dan pengunduran dirinya pada tahun 1991, membuat Uni Soviet pecah. Dan pada tahun 1992-1993 Rusia dan Negara pecahan Uni Soviet menjadi Negara-negara independen. Menurut buku yang dikeluarkan oleh Francis Fukuyama: “Kapitalis Win“ dan adanya pandangan; “<i>The end of evil empire </i>“, yaitu suatu <i>Arm race</i> (keunggulan militer) yang dimenangi Amerika Serikat. Dari sisi ekonomi melihat perlunya suatu ongkos/biaya dengan jumlah uang yang banyak. Dengan demikian hanya pihak Amerika Serikat yang mampu menjangkaunya. Kemudian adanya <i>New World Order</i>; <i>Unipolarity</i> pada sistem internasional yang dijalankan oleh George W. Bush (Amerika Serikat).<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">K<strong><span style="font-family: Arial; font-weight: normal;">eterlibatan RRC dalam kemunculan Perang Dunia</span></strong> berawal saat naiknya Mao Zedong dalam kepemimpinan Cina menimbulkan efek yang signifikan dalam praktek politik perimbangan kekuatan antara 2 Negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pengaruh dari sosok Mao Zedong yang sangat signifikan, baik terhadap Negara Cina dan Negara lainnya. Di Cina ia mentransformasikan 1 milyar orang dengan<span> </span>cara menghapuskan sistem sosial lama/tradisional, seperti; <i>Landlord</i> (tuan tanah). Ia juga menaikan taraf hidup dengan ditingkatkannya pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dan bahkan ia juga melenyapkan nyawa 1 milyar orang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dari perspektif kekuatan militer dan persenjataan, RRC mulai mengembangkan proyek teknologi persenjataan nuklirnya sejak 1957. Proyek tersebut dibangun dengan bantuan Uni Soviet dalam pembiayaan dan asisten teknologi. Pengembangan teknologi persenjataan di Cina dapat dilihat dalam argumentasi bahwa dalam kajian Perang Dingin, konsep <i>self help</i> dan <i>state survival</i> hanya dapat dicapai dengan meningkatkan unsur <i>power</i> suatu negara. Bahkan, pembangunan angkatan bersenjata ini menjadikannya sebagai negara kelima di dunia yang mampu membuat bom atom pada 1964.<span> </span><i>Self help</i> adalah pandangan bahwa kekuatan negara tidak dapat diandalkan dari adanya proses aliansi, tetapi harus dibangun secara mandiri. <i>State survival</i> adalah prinsip yang menekankan pentingnya menciptakan ketahanan negara. <i>Power</i> adalah prinsip yang menekankan pentingnya pengembangan teknologi persenjataan seoptimal mungkin yang memunculkan efek <i>deterrence</i> (penangkalan) bagi negara lain untuk menyerang negara yang bersangkutan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dalam konteks Cina, pembangunan teknologi persenjataan yang didukung Uni Soviet telah membuat Amerika Serikat memperhitungkan kekuatan Cina sebagai salah satu potensi ancaman bagi Blok Barat atau setidaknya kekuatan yang seimbang. Dalam konstelasi Perang Dingin, Cina secara geopolitik dan geostrategis memiliki 2 keuntungan dalam pertarungan ideologi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">-<span> </span>Pertama, Cina menjadi negara potensial sebagai target perluasan pengaruh ideologi dari kedua negara adikuasa sekaligus berperan sebagai kekuatan sentral dari ideologi yang dimenangkan dalam pertarungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">- Kedua, posisi geografis Cina yang strategis menjadi keuntungan tersendiri bagi kedua negara adidaya dalam menyebarluaskan ideologi masing-masing di kawasan Asia Tengah dan Asia Tenggara, terutama dalam efisiensi penyebaran masing-masing ideologi ke wilayah sekitarnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Perang Dingin yang tadinya dicirikan oleh ketegangan antara kedua <i>contending superpowers</i> - Amerika Serikat dan Uni Soviet.<span> </span>Namun posisi Mao dari Cina dalam Perang Dingin, merupakan kunci dalam banyak hal, tetapi tidak sekeliling pusat. Pengamatan yang dilakukan oleh para ilmuwan politik Andrew J. Nathan dan Robert S. Ross membuat pikiran sehat: <i>"Selama Perang Dingin, Cina adalah satu-satunya negara besar yang berdiri di persimpangan dari dua kekuatan kamp, sebuah target untuk mempengaruhi dan permusuhan keduanya".</i> Dengan jumlah penduduk terbesar dan menduduki wilayah yang ketiga terbesar di dunia, Cina merupakan faktor kekuatan yang tidak dapat diabaikan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span> </span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada akhir tahun 1940-an dan awal 1950-an, ketika Mao dari Cina memasuki aliansi strategis dengan Uni Soviet, Amerika Serikat segera merasa terancam dengan serius. <i>Offensives</i> dihadapi oleh negara-negara komunis dan revolusioner/radikal nasionalis kekuatan di Asia Timur. Pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, situasi berikut dikembalikan sepenuhnya <i>split</i> antara Cina dengan Uni Soviet dan penyesuaian dengan Amerika Serikat.<span> </span>Sebagai hasil dari harus menghadapi Barat dan China secara bersamaan, Uni Soviet dan kekuatan <i>overextended</i>, timbulah kontribusi yang signifikan pada akhir dari runtuhnya kekaisaran Soviet pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an. Munculnya Mao dari Cina sebagai negara yang unik revolusioner pada akhir tahun 1940-an juga mengubah orientasi dari Perang Dingin dengan pergeseran yang sebenarnya dari Eropa ke Asia Timur, karena ternyata akan membuat Asia Timur menjadi kawasan utama dari Perang Dingin, sementara pada saat yang bersamaan, akan membantu Perang Dingin untuk tetap menjadi "dingin". <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Bila revolusi Komunis Cina nasional mencapai kemenangan pada tahun 1949, secara global di Perang Dingin adalah jeda penting. Dua kejadian penting di pemblokadean tembok <st1:place w:st="on"><st1:state w:st="on">Berlin</st1:state></st1:place> 1948-1949 dan Uni Soviet berhasil menguji sebuah bom atom pada Agustus 1949. Keduanya digabungkan untuk mengajukan tantangan yang serius kepada dua <i>superpowers</i>. Terhadap latar belakang ini, Moskow memiliki visi berpaling ke Asia Timur. Pada Juni-Agustus 1949, pada malam kemenangan bagi revolusi Komunis Cina, pemimpin nomor dua dari Partai Komunis Cina (ccp), Liu Shaoqi, diam-diam berkunjung ke Moskow untuk bertemu dengan Joseph Stalin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span> </span>Kedua pemimpin menyimpulkan bahwa "situasi revolusioner" sekarang ada di Asia Timur. Dalam kesepakatan mengenai "pembagian kerja" antara Cina dan Uni Soviet revolusi komunis untuk perdagangan dunia, sedangkan mereka memutuskan bahwa Uni Soviet akan tetap menjadi pusat internasional <i>proletar</i> (buruh) revolusi. Pelaksanaan perjanjian ini mengakibatkan Cina memberikan dukungan untuk Ho Chi Minh di Vietnam, dan pada bulan Oktober 1950, intervensi besar-besaran dalam Perang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Korea</st1:country-region></st1:place>, membuat Mao dari Cina memerangi imperialis AS. Sepanjang tahun 1950-an dan 1960-an, Asia Timur tetap menjadi fokus utama dari Perang Dingin. Sementara itu Cina ,memainkan <i>role play</i> (peran sentral) yang signifikan pada saat krisis selat <st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region> (1954-1955, 1958, 1995-1996) dan Perang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Vietnam</st1:country-region></st1:place> (1979).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Perang Dingin di Asia meluas setelah RRC berusaha melaksanakan politik luar negeri yang ekspansif. Hal ini dikarenakan Mao Zedong berusaha menjadikan RRC sebagai negara terkuat di Asia dan juga menyebarkan revolusi ala Mao kepada negara-negara berkembang. <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Dengan</st1:placename> <st1:placename w:st="on">melihat</st1:placename> <st1:placetype w:st="on"><i>School</i></st1:placetype></st1:place><i> of Thought</i> (pendekatan dalam ilmu Hubungan Internasional) melalui aliran Behavioralisme, yaitu memahami perilaku internasional dan sistem internasional. Dalam konteks Perang Dingin menurut Richard Snyder dan Morton Kaplan; “banyak faktor yang mempengaruhi perilaku suatu Negara; diantaranya lingkungan domestik dari suatu Negara tersebut”. Pendudukannya atas <st1:country-region w:st="on">Tibet</st1:country-region> pada 1950, keterlibatannya dalam Perang <st1:country-region w:st="on">Korea</st1:country-region> (1950-1953), serta klaimnya atas <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region></st1:place> tidak hanya mengkhawatirkan negara-negara Barat, tetapi juga Uni Soviet.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Perjanjian Cina-Uni Soviet tahun 1950 mengenai bantuan Uni Soviet kepada Cina ternyata tidak berlangsung lama. Penyebabnya, terjadi perbedaan interpretasi antara pemimpin RRC (Mao) dan pemimpin Uni Soviet (Stalin dan Khruzchev). Dalam menentang Uni Soviet, Mao menganggap bahwa model komunis RRC lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan komunis Uni Soviet. Oleh karena itu, komunis RRC lebih pantas untuk memimpin komunisme di seluruh dunia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada masa kepemimpinan Stalin, hubungan RRC dan Uni Soviet sebenarnya sangat erat, karena kedua negara tersebut menganut paham sosialis-komunis. Strategi aliansi yang diterapkan Uni Soviet dengan menggandeng RRC tahun 1949-1950 menjadi salah satu faktor penyebab kemunculan poros barat-timur dalam Perang Dingin. Selain RRC, poros timur di kawasan Asia juga diwakili oleh <st1:country-region w:st="on">Vietnam</st1:country-region>, Korea Utara, <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Laos</st1:country-region></st1:place>, dan Kamboja. Dalam hal strategi, hal tersebut menjadi sebuah ancaman serius bagi sebuah kepentingan ekonomi, politik, dan penyebaran ideologi demokrasi liberal Amerika Serikat. Strategi aliansi Mao ini memaksa Amerika Serikat memfokuskan perhatiannya kepada 2 hal, yakni perkembangan ideologi komunis di Eropa Timur dan RRC. Aliansi kekuatan Uni Soviet dan Cina kemudian menjadi parameter atas melebarnya ruang lingkup Perang Dingin dari kawasan Eropa ke <st1:place w:st="on">Asia</st1:place>. Akibatnya, penanaman pengaruh militer dan pertahanan Amerika Serikat di kawasan <st1:place w:st="on">Asia</st1:place> pun menjadi semakin kuat. Parameternya terdapat pada pemberian bantuan militer dan persenjataan Amerika Serikat di Vietnam Selatan dan Korea Selatan. Setelah Stalin wafat pada 1955, hubungan Uni Soviet dan RRC merenggang. Hal ini terjadi karena Uni Soviet di bawah Khruzchev bersikap terlalu lunak dan kompromi terhadap Amerika Serikat. Sikap Khruzchev tersebut oleh Mao Zedong dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Revolusi Komunisme Internasional. Pertentangan memuncak ketika terjadi sengketa perbatasan antara 2 negara komunis tersebut. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Bagi Uni Soviet, <st1:place w:st="on">Manchuria</st1:place> merupakan daerah strategis, tetapi Mao berusaha mengambil alihnya. Sementara itu, <st1:country-region w:st="on">Mongolia</st1:country-region> yang berstatus negara merdeka dimasukkan ke dalam wilayah Uni Soviet sebagai pengganti <st1:place w:st="on">Manchuria</st1:place>. Selain itu, Uni Soviet pun menjalin kerja sama dengan Korea Utara mengakibatkan hubungan Uni Soviet dan RRC semakin panas. Uni Soviet kemudian menempatkan sekitar satu juta tentara angkatan darat dan udara lengkap dengan persenjataan ofensif termasuk senjata nuklir di seluruh daerah garis perbatasan dengan RRC (<st1:country-region w:st="on">Tibet</st1:country-region>, <st1:city w:st="on">Singkiang</st1:city>, <st1:country-region w:st="on">Mongolia</st1:country-region>, dan <st1:place w:st="on">Manchuria</st1:place>). Sementara itu, di Asia Tenggara, Uni Soviet memperkuat kedudukannya dengan memberi bantuan kepada <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Vietnam</st1:country-region></st1:place> untuk membendung RRC di bagian selatan. Keadaan tersebut menyebabkan RRC merasa terkepung dan segera meningkatkan pertahanan militernya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Menteri Luar Negeri Cina, Zhou Enlai, berhasil mempengaruhi beberapa negara tetangga agar memihak kepada Cina. Pangeran Sihanouk dari Kamboja direkrut. Tak hanya itu, Indo-Cina yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat juga didekati. Sejak 1970-an, Perang Dingin antara Cina dan Amerika Serikat mereda setelah terjadi pendekatan oleh kedua belah pihak. Penyebabnya, RRC melihat bahwa Uni Soviet lebih berbahaya dibandingkan Amerika Serikat. Oleh karena itu, RRC berusaha menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Maka, pada Februari 1972, ketika Presiden Amerika Serikat, Richard M. Nixon menawarkan kunjungan ke <st1:place w:st="on">Peking</st1:place>, Menlu Zhou Enlai menerimanya. Kunjungan ini juga diikuti oleh Perdana Menteri Jepang, Tanaka. Bagi Uni Soviet, kunjungan ini adalah upaya kedua negara mengancam kepentingan Uni Soviet di Asia. Kunjungan persahabatan itupun menciutkan nyali dari<span> </span>Uni Soviet untuk menyerang RRC.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Hubungan RRC dan Uni Soviet tak kunjung membaik. Paska wafatnya Mao Zedong pada tahun 1976 pelaksanaan pemerintahan dalam negeri RRC sendiri dilakukan oleh Deng Xiao Ping (pengganti Mao), yang giat membersihkan aparaturnya dari pengaruh pemerintahan lama. Pada masanya, banyak partai yang menyebut dirinya Maois lenyap, namun berbagai kelompok komunis di seluruh dunia, khususnya yang bersenjata seperti Partai Komunis India, Partai Komunis Nepal, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tentara_Rakyat_Baru&action=edit&redlink=1"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Tentara Rakyat Baru</span></a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Filipina</span></a>, terus mengembangkan gagasan Maois dan memperoleh perhatian pers. Kelompok-kelompok ini biasanya berpendapat bahwa gagasan Mao telah dikhianati sebelum diterapkan dengan semestinya. Deng Xiao Ping sendiri memberikan banyak kontribusi dalam menjalankan roda pemerintahan. Policy (kebijakan) yang terealisasi antara lain menurunkan tingkat perkembangan populasi, menaikan standar pendidikan dan menjalin hubungan baik dengan Negara – Negara Barat. Akan tetapi kinerja dari Deng Xiao Ping tercoreng pada saat peristiwa pembantaian di Lapangan Tiananmen.<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dampak dari Perang Dingin, pada dasarnya munculnya Cina sebagai negara yang revolusioner dramatis meningkatkan persepsi dari perang dingin sebagai peperangan antara "baik" dan "jahat" di kedua belah pihak, sehingga konflik secara lebih eksplisit yang terbingkai oleh persepsi akan perbedaan ideologis. Mao Zedong muncul sebagai aktor utama pelaksana Politik Luar Negeri Cina dengan buah pemikiran barunya akan paham kominisme yang revolusioner dengan menyatukan berbagai filsafat kuno Tiongkok dengan Marxisme yang dikenal dengan Maoisme. Pada masa naiknya Mao Zedong, merupakan era baru dimana lahir dan munculnya ideologi yang cenderung memberikan banyak pengaruh dalam kancah politik Internasional baik dalam penyebaran maupun perluasan ideologi komunis (maois) ala Mao Zedong. Pada Januari 1958, Mao Zedong meluncurkan repelita ke-2 yang dikenal sebagai <i>Great Leap Forward, </i>rencananya dimaksudkan sebagai model alternatif pertumbuhan ekonomi dari model Uni Soviet yang berfokus kepada industri berat. Kemudian Mao meluncurkan revolusi kebudayaan pada tahun 1966. Revolusi tersebut menyebabkan kekacauan sosial dan banyak dari warisan budaya Cina rusak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pengaruh yang diberikannya menjadikan Cina sebagai suatu Negara yang harus diperhitungkan. Dengan demikian Mao dari Cina memiliki bahasa dan teorinya sendiri akan nilai-nilai dan kode perilaku mengenai kebijakan eksternal yang revolusioner dan merupakan<span> </span>fitur dari kebijakan luar negeri Cina, dengan kenyataan bahwa Perang Dingin yang sebenarnya kawasan Eropa turun sebagai pusat politik internasional. Akan tetapi dengan penekanannya adalah pergeseran dari Eropa ke Asia Timur. Aliansi Cina dengan Uni Soviet merupakan salah satu pemicu munculnya Blok Barat dan Blok Timur. Dengan keterlibatan Cina pada saat berlangsungnya Perang Dingin, mangantarkan Cina berhadapan langsung dengan Amerika Serikat. Pemberian dukungan terhadap Ho Chi Minh di Vietnam yang berujung kepada Perang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Vietnam</st1:country-region></st1:place>. Kemudian intervensi pada saat Perang <st1:country-region w:st="on">Korea</st1:country-region>, yang pernah membuat nilai karet <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> melejit harganya. Hingga peperangannya dengan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region></st1:place> dalam halnya perebutan kekuasaan dan kedaulatan. Meskipun Mao Zedong telah membuat kesalahan yang serius pada akhir hayatnya, dilihat dari segala aspek kehidupan Mao telah berhasil untuk merevolusikan Cina yang dianggap primer, sedangkan kesalahannya dianggap sekunder. Banyak masyarakat Cina saat ini menghormatinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Lain halnya dengan Negara <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, masa kepemimpinan Soekarno, ideologi/paham komunisme sempat menyebar luas di tanah air. Akan tetapi tidak berlangsung lama, karena adanya interpretasi yang berbeda akan paham komunisme. Dengan penduduk mayoritas beragama islam, ialah merupakan salah satu faktor penolakan terhadap ideologi komunisme. Dengan demikian pengaruh dan penyebaran ideologi komunisme hanya menghasilkan beberapa pemberontakan di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> seperti; G 30 SPKI. Dalam penyebarannya sebelum imperialis Amerika Serikat dapat menyerang Uni Soviet, menurut Mao, mereka terlebih dahulu harus mengontrol antara zona (kawasan), sehingga Asia menjadi pusat arena perang dingin.<span> </span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Ketika Mao dan CCP merebut kekuasaan politik di Cina, mereka segera menyatakan bahwa akan merevolusioner Cina, sebagai sekutu alami dari "orang-orang tertindas”. Kekuatan komunisme di <st1:place w:st="on">Asia</st1:place> semakin besar seiring menguatnya posisi Partai Komunis Cina dalam struktur pemerintahan Cina. Kekuasaan Partai Komunis Cina membuat pemerintah RRC tetap memberlakukan prinsip-prinsip dasar ideologi komunis sebagai dasar negara Cina. Hal itu diterapkan secara konsisten hingga saat ini. Hubungan Amerika Serikat dengan Cina pada masa sekarang ini semakin membesar dengan adanya hubungan ekonomi yang menjadi landasan kuat bagi kedua Negara untuk memperdalam hubungan kemakmuran, yang tujuan utamanya tidak lain adalah untuk meningkatkan kemakmuran. Hubungan ekonomi ini akan terus mengubah paradigma lama pemikiran Amerika Serikat, yang pernah merencanakan serangan nuklir kepada Cina. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Faktor <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region></st1:place> menjadi pengganjal utama dalam rangka normalisasi hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan Cina. Karena masalah <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region></st1:place> merupakan suatu duri dalam hubungan Amerika Serikat dengan Cina untuk sekian lama. Amerika Serikat menarik diri dari pertahanan Amerika Serikat dengan Cina, yang isinya membatasi penjualan senjata ke <st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region> dan meminta penarikan pasukan Amerika Serikat dari <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region></st1:place>. <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Taiwan</st1:country-region></st1:place> bukan saja penerima bantuan, tetapi juga menjadi basis kekuatan militer Amerika Serikat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Perubahan lingkungan mempengaruhi hubungan antar bangsa. Jika pada masa Perang Dingin isu-isu ideologis dan militer sangat dominan. Hampir semua hubungan antar bangsa diterjemahkan kedalam konteks perang ideologi.Pada era paska Perang Dingin, tema-tema ideologis menyurut. Sebagai gantinya muncul isu-isu seperti hak asasi manusia, politik-ekonomi dan demokratisasi sebagai salah satu indikator yang menentukan hubungan internasional. Pada paska Perang Dingin munculah isu-isu multirateral baru yang bersifat Non Konvensional seperti;<i> Drugs</i> (narkoba), Energi, HAM, Lingkungan, Pangan, Perpindahan Penduduk, dan Teknologi. Isu – isu tersebut merupakan ancaman bagi keamanan dan ketahanan nasional suatu <i>Nation State</i> (Negara Bangsa). Dalam kaitannya saat ini penyebaran akan senjata konvensional oleh Amerika Serikat dan juga Rusia merupakan Negara pembuat dan pemasok senjata terbesar. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Teori menurut Barry Buzan mengenai “<i>Arms Dynamic In World Politics”.</i> Dimana proses akan <i>Arms Race</i> (keunggulan militer) antar ke dua negara tersebut kini juga melibatkan Negara Cina sebagai aktor yang memainkan peranan signifikan dalam hal dinamika persenjataan. Banyak Negara maju dan berkembang lainnya, seperti <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> ikut meramaikan industri persenjataan. Posisi bagi Negara Cina pada saat berlangsung dan berakhirnya Perang Dingin. Merupakan momentum dimana lahirnya dan muncul suatu Negara revolusioner yang notabene menjadi Negara maju. Dalam proses pencapaiannya tidak terlepas peranan dari sosok Political Leader (Presiden, Raja, Perdana Menteri) yang berkuasa dan juga cenderung memberikan pengaruh dalam menjalankan pemerintahan. Dan Cina sebagai Negara <i>Superpower</i> ke – III pada masa Perang dingin, hingga kini menjadi kuat dan semakin kuat diberbagai bidang dan aspek kehidupan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div><!--[if !supportEndnotes]--><br clear="all" /> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Kennan, George F; 1947; (“X”), “The Sourcer of Soviet Conduct“ ; Foreign Affairs 25; July<o:p></o:p></span></div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div></div><div id="edn2"> <div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Mingst, Karen; 1998; “Essentials Of International Relations” ; <st1:place w:st="on"><st1:state w:st="on">New York</st1:state></st1:place>; W.W. Norton & Company<o:p></o:p></span></div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div></div><div id="edn3"> <div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Jian, Chen; 2001; “Mao’s <st1:country-region w:st="on">China</st1:country-region> and the Cold War“ ; <st1:state w:st="on">North Carolina</st1:state>; <st1:place w:st="on"><st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> of <span> </span><st1:placename w:st="on">North Carolina</st1:placename></st1:place> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div></div><div id="edn4"> <div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Kegly, Charles W; 2006; “World Politics”; <st1:country-region w:st="on">Canada</st1:country-region> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Toronto</st1:place></st1:city>, Thompson<o:p></o:p></span></div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div></div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-43336766079956456832010-06-02T12:23:00.001-07:002010-06-02T12:23:46.745-07:00PERAN PBB DALAM MENYELESAIKAN PEREBUTAN WILAYAH KASHMIR ANTARA INDIA-PAKISTAN PERIODE 1947-1977<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CVINESS%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="PlaceType" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="PlaceName" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Tahoma;
panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:1627421319 -2147483648 8 0 66047 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-link:"Footnote Text Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.MsoEndnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.longtext
{mso-style-name:long_text;}
span.entry-content
{mso-style-name:entry-content;}
span.FootnoteTextChar
{mso-style-name:"Footnote Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Footnote Text";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
mso-bidi-language:AR-SA;}
span.apple-style-span
{mso-style-name:apple-style-span;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/VINESS~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/VINESS~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/VINESS~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/VINESS~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;
mso-endnote-numbering-style:arabic;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:547037866;
mso-list-template-ids:-90921074;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:1786389299;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:393788228 717010808 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l2
{mso-list-id:1856073769;
mso-list-template-ids:1102233980;}
@list l2:level1
{mso-level-text:%1;
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level2
{mso-level-text:"%1\.%2";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level3
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3";
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:36.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
@list l2:level4
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4";
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:36.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
@list l2:level5
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5";
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-54.0pt;}
@list l2:level6
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6";
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-54.0pt;}
@list l2:level7
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7";
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-72.0pt;}
@list l2:level8
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8";
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-72.0pt;}
@list l2:level9
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9";
mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-90.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><b>VINESSIA WILLIAM PUTRI</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><b>207000209</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><b><br />
</b></div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CVINESS%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b>BAB I<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b>PENDAHULUAN<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b>1.1<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Latar Belakang Masalah<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Asia Selatan adalah suatu kawasan yang berbatasan dengan Asia Tengah di utara, Asia Timur di timur, Asia Tenggara di sisi tenggara, Asia Barat di sebelah barat, dan Samudera Hindia di sebelah selatan. <span lang="FI">Asia Selatan juga merupakan salah satu kawasan yang penduduknya terpadat di dunia. Dengan memiliki luas wilayah kira-kira 4.480.000 km², kepadatan penduduk Asia Selatan mencapai sekitar 1,6 miliar jiwa.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">India merupakan salah satu negara di Asia Selatan yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Tetapi ketika Islam masuk ke India dan berkembang pesat, posisi umat Hindu menjadi melemah. Perkembangan Islam yang pesat membuat masyarakat Hindu berkeinginan untuk mengembalikan kejayaan mereka ketika sebelum Islam masuk ke India. </span><span lang="SV">Keinginan masyarakat Hindu tersebut mengakibatkan tindakan diskriminatif terhadap masyarakat Muslim.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Keberadaan masyarakat Muslim semakin melemah akibat tindakan diskriminatif yang diterima, antara lain yaitu menutup akses bagi masyarakat Muslim untuk memasuki lembaga pendidikan, serta lapangan kerja di sektor swasta maupun sektor publik.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a> Berbagai tindakan diskriminatif yang dirasakan masyarakat Muslim di India membuat masyarakat Muslim berkeinginan untuk memisahkan diri dari India dan membentuk negara sendiri yaitu Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Tetapi keinginan masyarakat Muslim untuk membentuk negara Pakistan menghadapi hambatan. Hambatan tersebut muncul karena adanya perbedaan pendapat antar kelompok. Kelompok pertama yang dipimpin oleh Jawaharlal Nehru, menginginkan India merdeka dan tetap bersatu. Sedangkan kelompok kedua yang dipimpin oleh Mohammad Ali Jinnah menginginkan dibentuknya sebuah negara bagi masyarakat Muslim.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Ketika dibawah kekuasaan kolonial Inggris, status pemerintahan wilayah-wilayah di Asia Selatan dibagi atas dua kategori. Yang pertama yaitu <i>British</i> India, dimana seluruh wilayah kategori ini berada dibawah kekuasaan Inggris. Yang kedua yaitu <i>Princely State</i>, dimana seluruh wilayah kategori ini mengakui Inggris sebagai kekuasaan tertinggi (<i>Paramount Power</i>) tetapi wilayah-wilayah tersebut pada dasarnya independen, bebas menyelenggarakan urusan sendiri kecuali dalam aspek pertahanan, politik luar negeri dan komunisasi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Menjelang berakhirnya kekuasaan kolonial Inggris, wakil tertinggi pemerintah Inggris di India, mengeluarkan dekrit bahwa dengan berakhirnya kekuasaan Inggris dan hapusnya <i>Paramounty Doctrine</i>, penguasa <i>Princely State</i> harus menentukan status wilayahnya akan bergabung dengan India atau Pakistan, dengan mempertimbangkan kedekatan geografis, kesamaan budaya, struktur dan tingkat kemajuan ekonomi, serta demografi wilayah masing-masing.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Pada 15 Agustus 1947, ketika masa kolonial Inggris berakhir di India maka India menjadi sebuah negara merdeka dan Pakistan berdiri sebagai sebuah negara baru di Asia Selatan. Pembagian wilayah antara India dan Pakistan didasarkan pada prinsip <i>Partition,</i> yang pada intinya menyatakan bahwa wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu akan bergabung dengan India. </span><span lang="SV">Sedangkan wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam akan bergabung dengan Pakistan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Prinsip <i>Partition</i> tidak dapat berjalan dengan baik ketika ada tiga wilayah yang memiliki perbedaan keinginan antara masyarakat dengan penguasa. Tiga wilayah itu adalah Junagadh, Hyderabad, dan Kashmir. Pada akhirnya permasalahan Junagadh dan Hyderabad dapat terselesaikan dengan mengadakan pelaksanaan referendum. Tetapi permasalahan wilayah Kashmir malah menjadi berlarut-larut yang menjadikan perebutan wilayah antara India dan Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Junagadh dan Hyderabadh merupakan wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu namun dikuasai oleh Muslim. Pada awalnya, Junagadh memutuskan untuk bergabung dengan Pakistan. Namun, keputusan tersebut di tentang India atas dasar prinsip <i>Partition.</i> Kemudian disepakati bahwa status Junagadh dan Hyderabadh diputuskan berdasarkan referendum dibawah pengawasan India. Sesuai hasil referendum, maka Junagadh dan Hyderabadh bergabung dengan India.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kashmir merupakan wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam namun dikuasai oleh umat Hindu. Namun hingga saat partisi India, Kashmir belum menentukan keputusan untuk bergabung dengan India atau Pakistan. Bahkan Pemerintah Kerajaan Kashmir dengan Pemerintah Pakistan menandatangami Perjanjian <i>Standstill Agreement</i>, yang menyatakan bahwa Kashmir untuk sementara menangguhkan keputusan untuk melakukan penggabungan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Permasalahan mulai memanas ketika terjadi pemberontakan di Poonch pada Oktober 1947, yang disebabkan atas tindakan Maharaja Hari Singh yang melakukan pemecatan terhadap para tentara yang berasal dari warga Poonch, serta menggantikannya dengan tentara Hindu dan Sikh. Puncak pemberontakan terjadi pada 21 Oktober 1947, ketika para pemberontak memproklamirkan berdirinya negara Azad Kashmir yang menjadi bagian dari Pakistan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Keadaan yang semakin tidak terkendali membuat penguasa Kashmir, Maharaja Hari Singh, meminta bantuan kepada India. Permohonan bantuan tersebut sepertinya dimanfaatkan oleh India untuk mendapatkan Kashmir. Untuk mendapatkan bantuan militer dari India, Maharaja Hari Singh diminta India untuk menandatangani <i>Instrument of Accession</i> yang menyatakan Kashmir akan berintegrasi ke dalam bagian India. Maharaja Singh bersedia menandatangani persetujuan tersebut maka pada tanggal 27 Oktober 1947, India mulai intervensi di Kashmir.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">1.2<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="SV">Perumusan Masalah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="FR">Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Apakah faktor-faktor yang mendorong India dan Pakistan memperebutkan wilayah Kashmir?<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FR">Bagaimana upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyelesaikan perebutan wilayah Kashmir oleh India dan Pakistan periode 1947-1977?<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="FR">1.3<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="FR">Kerangka Pemikiran<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR">Berlarut-larutnya masalah perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, sesungguhnya tidak terlepas dari kepentingan nasional <i>(national interest)</i> negara yang bersengketa. Kepentingan nasional merupakan alasan ataupun dasar sebuah negara dalam menjalani komunikasi, interaksi, kebijakan di dunia internasional. Sehingga setiap kebijakan maupun keputusan yang diambil suatu negara pasti akan berlandaskan dengan kepentingan nasional negaranya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FR"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Kepentingan nasional merupakan alasan ataupun dasar sebuah negara dalam menjalani komunikasi, interaksi, kebijakan di dunia internasional. Konsep kepentingan nasional yang dijalani sebuah negara juga didasarkan untuk mencapai <i>power</i> negara demi untuk melindungi dan mempertahankan keamanan negaranya. </span><span lang="FR">Menurut Hans J Morgenthau, konsep kepentingan nasional adalah usaha suatu negara untuk meraih power, karena power merupakan kunci suatu negara untuk mengendalikan negara lain.</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn8" name="_ednref8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Menurut konsep liberalisme bahwa suatu permasalahan atau konflik akan dapat diselesaikan apabila aktor yang terlibat tidak hanya negara melainkan perlu adanya keterlibatan institusi yang melampui negara.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn9" name="_ednref9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[9]</span></span></span></a> Hal tersebut diperlukan karena terkadang permasalahan antar negara tidak dapat diselesaikan oleh negara yang berkaitan. Keterlibatan aktor non-negara juga diperlukan karena berada di posisi netral dan tidak memiliki kepentingan sendiri dalam suatu permasalahan.</span><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Dengan adanya keterlibatan dari institusi diyakini bahwa suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan hukum internasional, organisasi internasional, serta demokratisasi. Sehingga para aktor yang terlibat dapat saling membantu dan bekerjasama untuk menciptakan keamanan bersama dan tatanan dunia berdasarkan hukum, integrasi dan organisasi internasional.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn10" name="_ednref10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[10]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Dalam upaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan maka yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan jalur diplomasi, agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara-cara yang damai tanpa menggunakan tindakan kekerasan. Berdasarkan pelaksanaannya, diplomasi dapat terbagi menjadi :<o:p></o:p></span></div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span lang="IN">First track diplomacy</span></i><span lang="IN">: diplomasi resmi yang dilakukan oleh aktor negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Diplomasi biasanya dapat dilakukan oleh presiden, para diplomat, maupun pejabat-pejabat pemerintah lainnya.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span lang="IN">Second track diplomacy</span></i><span lang="IN">: diplomasi informal yang dilakukan oleh aktor non-negara, yang <span class="apple-style-span">melibatkan berbagai aktor sesuai dengan bidangnya, seperti para profesional, rakyat sipil, akademisi, organisasi non-pemerintah, dan juga juga media massa.</span><o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span lang="IN">Multitrack diplomacy</span></i><span lang="IN">: diplomasi total dengan menggunakan dua kekuatan penuh, yakni <i>first tarck diplomacy</i> atau <i>second track diplomacy</i>. Diplomasi total bertujuan agar meningkatkan peran publik dalam menjalankan misi diplomasi pemerintah. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: Arial;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: Arial;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.1 Faktor kepentingan nasional India dan Pakistan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kashmir merupakan wilayah terpenting setelah Hyderabadh. Dengan keindahan pemandangan yang dimilikinya, Kashmir dijuluki sebagai Negeri Taman Musim Abadi. Baik bagi India maupun Pakistan kepemilikan Kashmir merupakan suatu hal penting bagi kelangsungan negaranya masing-masing. Bagi India sendiri ada beberapa aspek yang membuat India tidak mau melepaskan Jammu-Kashmir dari kekuasaannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dari segi sejarah, pada dasarnya India dengan tegas menolak pembentukan negara Pakistan sekaligus sistem partisi yang telah ditetapkan oleh pemerintah kolonial Inggris. Dapat dikatakan, bahwa dunia internasional mengetahui bahwa India tidak akan mau melepaskan Jammu-Kashmir, terlebih lagi dengan adanya beberapa kali perang terbuka dengan Pakistan serta adanya perjanjian <i>Instrument of Accesion</i> dan Perjanjian Simla maka apabila India melaksanakan referendum yang kemungkinan besar akan dihasilkan penggabungan Kashmir dengan Pakistan, maka upaya India dari sejak Pakistan terbentuk, akan terasa sia-sia dan percuma.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ini juga akan mengakibatkan turunnya <i>prestise</i> <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> sebagai sebuah negara, terlebih lagi penulisan ini dibuat, <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> sedang tumbuh menjadi sebuah negara yang maju dan hampir mensejajarkan diri dengan Jepang dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">China</st1:country-region></st1:place>. Seperti menurut KJ Holsti bahwa kepentingan nasional berkaitan dengan tujuan jangka menengah suatu negara yaitu meningkatkan<i> prestise </i>sebuah negara .<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn11" name="_ednref11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[11]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Selain itu, Kashmir memiliki enam aliran sungai yang berguna sebagai perairan irigasi yaitu Chenab, Jhelum, Indus, Sutlej, Beas dan <st1:place w:st="on">Ravi</st1:place>. Apabila <st1:country-region w:st="on">Pakistan</st1:country-region> menguasai Kashmir, ada kekhawatiran dari <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> akan sungai-sungai tersebut tidak akan mengairi <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region>.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Bagi Pakistan, wilayah Kashmir merupakan wilayah yang penting bagi negaranya. Dari segi sosial budaya, Pakistan merasa memiliki kesamaan dengan Kashmir, salah satunya yaitu mayoritas masyarakatnya yang memeluk agama Islam. Kashmir memiliki tiga aliran sungai yaitu Chenab, Jhelum dan Indus yang mengairi Pakistan. Selain itu, Pakistan juga memiliki ketergantungan terhadap India atas tiga sungai lainnya yang mengalir dari India ke Pakistan yaitu Sutlej, Beas, dan Ravi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Sungai-sungai tersebut mengairi sekitar 20 juta akre tanah Pakistan, yang ditumbuhi padi, gandum, tebu, kapas, dan lain-lainnya. Sehingga apabila Pakistan menguasai Kashmir maka Pakistan tidak perlu khawatir akan terjadinya krisis air di negara, seperti yang terjadi pada tahun 1948, 1952 dan 1958 dimana India menghentikan aliran sungai ke Pakistan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn12" name="_ednref12" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[12]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Oleh karena itu, Kashmir merupakan kunci ketahanan pangan Pakistan karena apabila sungai-sungai tersebut tidak mengairi Pakistan maka yang terjadi adalah masyarakat Pakistan kemungkinan bisa saja dilanda kelaparan dan pemerintah Pakistan juga tidak dapat melakukan ekspor bahan-bahan pangan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span lang="SV">21. Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Ketika Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914 hingga 1918, keadaan dunia semakin berada dalam situasi kondisi yang sangat mengerikan karena mengakibatkan lebih dari 40 juta orang tewas termasuk militer dan warga sipil.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn13" name="_ednref13" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[13]</span></span></span></a> Oleh karena itu, untuk menangani dan mendamaikan keamanan internasional maka dibentuk sebuah institusi atau lembaga internasional, yaitu Liga Bangsa-Bangsa atau disingkat LBB (bahasa inggris : <i>League of Nation</i>).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Liga Bangsa-Bangsa mulai dicetuskan pada Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919, dan secara resmi berdiri pada 10 Januari 1920.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn14" name="_ednref14" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[14]</span></span></span></a> Selain bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia setelah perang dunia 1, LBB juga memiliki tugas lain yaitu melakukan pelucutan senjata, menyelesaikan permasalahan negara-negara melalui negosiasi dan resolusi, mengadakan kerjasama internasional demi meningkatkan keamanan dunia, dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat global.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn15" name="_ednref15" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[15]</span></span></span></a> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> </span><span lang="FI">Namun pada tahun 1939 kembali terjadi Perang Dunia dan berakhir pada tahun 1945. Perang ini disebut sebagai Perang Dunia II. </span><span lang="ES">Kembali terjaadinya perang dunia, dinilai sebagai salah satu gagalnya LBB dalam mempertahankan perdamaian dunia terutama setelah terjadinya perang dunia I. Oleh karena itu, LBB dianggap tidak efektif oleh dunia internasional. Ketika perang dunia II berlangsung, dunia internasional berusaha untuk mencari solusi perdamaian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Pada 1 Januari 1942<span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"> dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa</span></span>, Presiden Amerika Serikat, <span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">Franklin D. Roosevelt, mencetuskan nama Perserikatan Bangsa-Bangsa atau disingkat PBB (bahasa inggris: <i>United Nation</i> atau disingkat <i>UN</i>).</span></span><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn16" name="_ednref16" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[16]</span></span></span></span></a><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"> </span></span></span><span class="longtext"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">Pada Konferensi San Fransisco tahun 1945, para wakil 50 negara menyusun Piagam PBB dan diratifikasi pada 26 Juni 1945.</span></span><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn17" name="_ednref17" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[17]</span></span></span></span></a><span class="longtext"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"> PBB secara resmi berdiri pada 26 Oktober 1945 ketika Piagam PBB telah ditandatangani oleh para wakil negara.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="longtext"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">Berdasarkan Piagam PBB, tujuan dibentuknya lembaga internasional ini adalah untuk </span></span><span lang="ES">menjaga perdamaian dunia, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas kebebasan dan Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu, <span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">PBB merupakan organisasi internasional tertinggi di dunia yang </span></span>mempunyai kekuasaan diatas seluruh perjanjian lainnya.<span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="longtext"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">Markas PBB berpusat di New York, Amerika Serikat. Hingga tahun 2007, anggota PBB berjumlah 192 negara-bangsa dan sejak 1 Januari 2007, Sekretaris Jenderal PBB dipegang oleh Ban Ki Moon, asal Korea Selatan.</span></span><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn18" name="_ednref18" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[18]</span></span></span></span></a><span class="longtext"><span lang="ES" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;"> Struktur organisasi PBB terdiri dari </span></span><span lang="ES">Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB<span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">, </span>Dewan Ekonomi dan Sosial PBB<span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">, </span>Dewan Perwalian PBB<span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">, </span>Sekretariat PBB<span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%;">, serta </span>Mahkamah Internasional.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Bahasa resmi yang digunakan PBB adalah Inggris, Mandarin, Perancis, Rusia, Arab, dan Spanyol. Dalam sistem PBB adapula hak veto yang dipegang oleh lima negara pendiri yang juga menjadi anggota tetap DK PBB, yaitu Amerika Serikat, Rusia China, Inggris dan Perancis. Hak veto merupakan hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan peraturan dan undang-undang atau resolusi. </span><span lang="SV">Hal veto ini juga menimbulkan masalah tersendiri di dalam PBB karena terkadang hak veto digunakan demi kepentingan negaranya masing-masing.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.2 Upaya PBB dalam menyelesaikan kasus perebutan wilayah Kashmir <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Keterlibatan India dalam pemberontakan di Poonch mengakibatkan keadaan Kashmir semakin memanas. Pengakuan India atas kepemilikan Kashmir berdasarkan <i>Instrument of Accession</i>, mendapat pertentangan dari Pemerintah Pakistan karena Pakistan masih meyakini Kashmir berada dalam <i>status quo</i> perjanjian berdasarkan <i>Standstill Agreement</i>. Bahkan pemberontakan rakyat Kashmir terhadap pemerintahnya berubah menjadi perang terbuka antara India dan Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Setelah perang tersebut berakhir, India dan Pakistan sepakat mengadakan Pertemuan Lahore pada 2 November 1947, yang dihadiri oleh Gubernur Jenderal Pakistan Mohammad Ali Jinnah dan Gubernur Jenderal India Lord Mounbatten.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn19" name="_ednref19" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="ES" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[19]</span></span></span></a> Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah akan melaksanakan referendum dibawah pengawasan PBB. Setelah hasil pertemuan tersebut dilaporkan kepada Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Pakistan Liquat Ali Khan, kedua negara pun menyetujuinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Maka sejak 1 Januari 1948, masalah Kashmir menjadi permasalahan dunia internasional dibawah naungan PBB. Pada 1 Januari 1948, India melaporkan kepada DK PBB bahwa Pakistan ikut membantu pemberontakan di Poonch. Berdasarkan laporan tersebut, dalam piagam PBB Pasal 35 disebutkan bahwa Pakistan masih dapat mengendalikan 2/5 bagian negara.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn20" name="_ednref20" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[20]</span></span></span></a> Selain itu, PBB juga meminta agar India dan Pakistan segera melakukan genjatan senjata.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Upaya PBB semakin optimal ketika pada 20 Januari 1948, DK PBB membentuk <i>United Nation Comission for India and Pakistan</i> (UNCIP) yang anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Belgia dan Argentina.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn21" name="_ednref21" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[21]</span></span></span></a> Namun pada 21 April 1948, PBB memutuskan untuk menambah dua anggota baru UNCIP, yaitu Kolombia dan Cekoslowakia. Selain itu, diputuskan pula bahwa India dan Pakistan harus menarik pasukan, berhenti perang, mengembalikan pengungsi, membebaskan tahanan politik, serta secepatnya melaksanakan referendum atas status Kashmir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Pada Juli 1948, Menteri Luar Negeri yang juga sebagai delegasi Pakistan di PBB, Zafrulla Khan mengakui bahwa tentara Pakistan berada di Kashmir. Pada 13 Agustus 1948, UNCIP mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa adanya keterlibatan Pakistan atas terjadinya perang di Poonch. PBB juga meminta agar Pakistan dan India menarik pasukannya di Kashmir. Dalam resolusi tersebut dinyatakan bahwa :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 45pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;">"Pemerintah India dan pemerintah Pakistan menegaskan kembali bahwa status masa depan Jammu-Kashmir akan ditentukan sesuai dengan kehendak rakyat dan untuk mencapai tujuan tersebut, atas penerimaan Perjanjian Genjatan Senjata, kedua pemerintah menyetujui untuk memulai konsultasi dengan Komisi untuk menentukan syarat-syarat yang adil, seimbang, bebas dan terjamin". <a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn22" name="_ednref22" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[22]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Namun rencana pelaksanaan referendum belum juga dapat dilaksanakan maka pada 11 Desember 1948, PBB menegaskan kembali agar melakukan referendum dan genjatan senjata. Namun penegasan tersebut tidak memberikan pengaruh apapun karena Pakistan masih belum mematuhi resolusi sebelumnya, seperti menarik bersih pasukannya dari Kashmir. Terlebih lagi, Pakistan masih mengurusi urusan dalam negerinya sebagai sebuah negara baru, terutama mengenai demografi negaranya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pada 5 Januari 1949, PBB kembali mengeluarkan resolusi yang menyebutkan bahwa <i>"the question of accession of the state of <st1:state w:st="on">Jammu and Kashmir</st1:state> to <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> or <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Pakistan</st1:place></st1:country-region> will be decided through the democratic method of a free and impartial plebiscite.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn23" name="_ednref23" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[23]</span></b></span></span></a> </i>Resolusi tersebut juga menyatakan untuk penarikan pasukan Pakistan dari Kashmir, mengukuhkan hak tentara India dalam mempertahankan Kashmir, dan segera melaksanakan referendum di Kashmir secara independen.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Setelah India dan Pakistan mengumumkan genjatan senjata dibawah naungan PBB, maka selama tahun 1949 PBB melalui UNCIP melakukan berbagai pertemuan dan kesepakatan mengenai perumusan proses genjatan senjata yang dilakukan. Proses-proses tersebut antara lain mengenai garis genjatan senjata, penarikan pasukan secara bertahap, serta pengawasan proses genjatan senjata.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Kasus perebutan wilayah Kashmir yang berlaru-larut memutuskan PBB untuk mencoba pendekatan baru, yaitu dengan mengirimkan perwakilan PBB ke <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Pakistan</st1:country-region></st1:place> untuk mencari solusi yang dapat disepakati oleh kedua negara. Perwakilan PBB yang pertama, yaitu DK PBB Presiden Jenderal AG L McNaughton yang membawa sebuah proposal yang menyarankan agar kedua negara melakukan demiliterisasi <st1:place w:st="on">Kashmir</st1:place> untuk memastikan bahwa proses referendum tidak akan memihak salah satu negara. Namun, proposal tersebut ditolak oleh <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region></st1:place>. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kemudian, tahun 1950 PBB mengutus Sir Owen Dixon bertemu dengan pejabat <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Pakistan</st1:country-region></st1:place> untuk kembali mencari solusi. Sir Owen Dixon juga membawa proposal yang menyarankan agar pelaksanaan referendum hanya dilakukan di daerah yang bermasalah (<st1:placetype w:st="on">Valley</st1:placetype> of <st1:placename w:st="on">Kashmir</st1:placename>), dan wilayah lainnya menentukan keputusan sendiri untuk bergabung dengan <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> atau <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Pakistan</st1:country-region></st1:place>. <span lang="SV">Proposal yang dikenal dengan <i>Dixon Plan</i>” juga mendapat penolakan dari India dan Pakistan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn24" name="_ednref24" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[24]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Agar India dan Pakistan menyetujui proposal yang diajukan PBB, maka dikirim kembali perwakilan PBB, yaitu Frank Graham untuk menyelesaikan konflik dalam waktu tiga bulan. Setelah melewati jangka waktu yang ditentukan, belum juga ditemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan Kashmir. Namun pada 30 Maret 1951, PBB membentuk pasukan keamanan militer untuk mencegah terjadinya perang di daerah perbatasan Kashmir, India dan Pakistan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn25" name="_ednref25" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[25]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kegagalan-kegagalan yang dialami, tidak membuat PBB menyerah untuk menyelesaikan persengketaan Kashmir. Berbagai cara dilakukan kembali untuk menemukan solusi yang benar-benar dapat disepakati oleh India dan Pakistan. Oleh karena itu, pada tahun 1957 PBB kembali mengirim perwakilannya, yaitu Gunnar Jarring, namun mengalami kegagalan pula. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="color: black;">Setelah usaha-usaha memaksa India untuk menaati resolusi PBB tidak pernah terwujud, m</span><span lang="SV">aka pada tahun 1957, Pakistan mencoba kembali mengangkat isu Kasmir ke PBB, yang kemudian hasilnya adalah PBB menolak ratifikasi <i>Instrument of Accession</i>, namun hasil tersebut ditolak India. Resolusi tersebut juga mengulangi <span style="color: black;">resolusi sebelumnya yang menyatakan bahwa masa depan Kashmir harus diputuskan sesuai kehendak rakyat melalui cara-cara yang demokratis dengan melaksanakan referendum yang bebas dan tidak memihak di bawah pengawasan PBB.</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Pada tahun 1962, Dewan Keamanan PBB berusaha melakukan hak veto namun hal tersebut gagal.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn26" name="_ednref26" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[26]</span></span></span></a> Upaya PBB dalam menyelesaikan masalah ini terlihat melemah ketika dikeluarkannya resolusi tahun 1964 yang menyatakan bahwa permasalahan Kashmir antara India dan Pakistan sebaiknya diselesaikan dahulu secara bilateral. Berbagai resolusi yang dikeluarkan tidak juga menyelesaikan permasalahan Kashmir. Bahkan India dan Pakistan kembali terlibat perang terbuka pada tahun 1965 dan tahun 1971, yang mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa, korban terluka dan tertangkap.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.3 Kepentingan dan posisi PBB dalam kasus perebutan wilayah Kashmir<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dalam perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, keterlibatan PBB adalah sebagai aktor non-negara yang dibentuk oleh negara-bangsa atau yang dikenal dengan <i>Intergovernmental Organization</i> (IGOs). Walaupun terdiri dari negara-bangsa, PBB tetap berada pada posisi yang tidak memihak negara manapun. Walaupun dalam konflik Kashmir, PBB membentuk UNCIP yang terdiri dari lima negara anggota, hal tersebut tetap tidak menghapuskan posisi netral PBB. Keterlibatan PBB merupakan sebagai aktor non-negara yang menjalankan upaya diplomasinya melalu jalur <i>second track diplomacy</i>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">PBB bergerak hanya berlandaskan pada satu kepentingan bersama yaitu menyelesaikan konflik Kashmir antara India dan Pakistan dengan jalan damai. Berdasarkan dengan teori liberalisme yang mengutamakan peran pada institusi yang melampaui negara, maka pada konflik Kashmir, peran PBB memang diperlukan karena PBB merupakan organisasi tertinggi internasional yang dapat mengawasi dan mengendalikan suatu negara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dalam mencari solusi untuk menyelesaikan konflik Kashmir, PBB lebih mengedepankan cara-cara damai tanpa kekuatan militer demi mewujudkan perdamaian dan keamanan bersama, sesuai dengan konsep liberalisme yang dikemukakan oleh Charles W Kegley dan Eugene R Wittkoph. </span>("Berbagai Perspektif Utama" pada <span class="entry-content"><i>World Politics : Trend and Transformatio</i>, <st1:city w:st="on">Belmont</st1:city>, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Wadsworth</st1:city></st1:place>, hlm. </span><span class="entry-content"><span lang="SV">50-51</span></span><span lang="SV"> dalam buku ”<span class="entry-content"><i>Politik Global dalam Teori dan Praktik</i></span>” karangan Aleksius Jemadu)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dalam konsep liberalisme, dikatakan pula bahwa untuk mencapai perdamaian dapat menggunakan cara demokrasi. Seperti yang terjadi pada Kashmir, PBB menegaskan pelaksanaan referendum sebagai cara yang demokratis untuk menentukan status Kashmir. Kepentingan PBB dalam konflik perebutan wilayah Kashmir yaitu hanya untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan damai tanpa adanya kepentingan pihak-pihak lain yang mempengaruhi PBB.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Namun pada kenyataannya, hingga akhir tahun 1977 pelaksanaan referendum juga belum dilakukan. Kenyataan ini dapat mematahkan teori liberalisme yang menekankan peran institusi dengan jalan perdamaian merupakan cara yang tidak terlalu efektif dalam menyelesaikan permasalahan Kashmir antara India dan Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dengan terjadinya kembali dua kali perang besar antara India dan Pakistan, memperlihatkan bahwa konsep realisme yang menggunakan jalan perang dan keamanan lebih efektif terhadap permasalahan Kashmir. Cara-cara anarkhi yang digunakan India dan Pakistan, dilakukan agar adanya keseimbangan kekuatan. Berdasarkan konsep realisme, berlarut-larutnya konflik Kashmir dikarenakan adanya kepentingan nasional, faktor keamanan,dan kekuasaan yang kuat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Pemerintah India dan Pakistan memiliki kepentingan tersendiri untuk menguasai Kashmir, terutama karena adanya aliran sungai dan wilayah yang strategis untuk dibangun keamanan militer di Kashmir. Dengan resolusi PBB tahun 1964 yang menyerahkan kembali permasalahan Kashmir untuk diselesaikan secara bilateral India dan Pakistan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.5 Keberhasilan PBB dalam menyelesaikan kasus perebutan wilayah Kashmir<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Selama mengeluarkan kebijakan dalam menyelesaikan kasus perebutan Kashmir, PBB telah mencapai beberapa keberhasilannya. Salah satunya yaitu, PBB berhasil meminta India dan Pakistan untuk melakukan genjatan senjata pada setiap kali India dan Pakistan terlibat perang, yaitu pada tahun 1947, 1965, dan 1971. Walaupun prosesnya memakan waktu lama, setidaknya PBB juga berhasil membujuk India dan Pakistan untuk menarik pasukan militernya dari Kashmir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.6 Kegagalan PBB <a href="http://www.blogger.com/post-create.do" name="OLE_LINK1">dalam menyelesaikan kasus perebutan wilayah Kashmir</a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Disamping keberhasilan yang dicapai, namun PBB tetap memiliki kegagalan dalam tujuan untuk menyelesaikan perebutan wilayah Kashmir. Salah satunya yaitu pembentukan UNCIP. Hal tersebut karena peran UNCIP tidak terlalu dapat membantu permasalahan Kashmir dengan solusi yang tepat. Baik DK PBB maupun UNCIP hanya mengeluarkan resolusi tanpa adanya sangsi yang lebih keras lagi. Berkali-kali resolusi dikeluarkan namun India dan Pakistan tetap saja mempertahankan kepentingan dan solusinya masing-masing.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kebijakan yang dikeluarkan PBB memang menggunakan cara-cara yang damai dan lebih mengutamakan diplomasi. Namun sepertinya usaha yang dilakukan PBB tidak terlalu dapat memperbaiki kondisi hubungan kedua negara karena resolusi yang dikeluarkan PBB tidak dijalankan oleh India maupun Pakistan. Bahkan proposal saran yang dibawa oleh utusan-utusan PBB ditolak oleh India dan Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.4 Hambatan PBB dalam menyelesaikan kasus perebutan wilayah Kashmir<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Pada masalah perebutan wilayah Kashmir, sebenarnya PBB telah berusaha keras untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan damai. Terbukti dengan banyaknya resolusi yang telah dikeluarkan PBB yang intinya meminta agar India dan Pakistan melakukan genjatan senjata, serta melaksanakan referendum sesuai kehendak rakyat dibawah pengawasan PBB untuk menentukan penggabungan Kashmir dengan India atau Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dalam rencana pelaksanaan referendum, PBB menghadapi beberapa masalah yang kompleks. Hal tersebut karena adanya perbedaan pendapat antara India dan Pakistan. Pakistan menolak adanya kekuatan militer pada pelaksanaan referendum karena ditakutkan India akan mempengaruhi pelaksanaan maupun hasil referendum. Selain itu, sebenarnya India menghadapi ketakutan jika referendum dilakukan maka Kashmir akan menjadi bagian dari Pakistan. Karena baik India dan Pakistan memiliki kepentingan masing-masing dalam keinginan menguasai Kashmir, sehingga resolusi yang dikeluarkan PBB tidak dapat dilakukan karena terbentur dengan kepentingan nasional kedua negara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">PBB juga menghadapi masalah lain karena di dalam wilayah Kashmir muncul pendapat lain, yaitu mendirikan Kashmir sebagai sebuah negara baru yang berdiri sendiri, tanpa bergabung dengan India maupun Pakistan. Berbagai perbedaan pandangan terhadap status Kashmir membuat permasalahan wilayah ini sulit untuk diselesaikan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Hambatan yang paling terbesar adalah ketika India dan Pakistan menandatangani perjanjian Simla tahun 1972, yang salah satu isinya yaitu segala permasalahan antara India dan Pakistan akan diselesaikan secara bilateral. Dengan kekalahan yang diterima Pakistan pada perang tahun 1971 (yang melahirkan negara Bangladesh), membuat pemerintah Pakistan yang dipimpin Ali Bhutto bersedia menandatangani perjanjian Simla.<a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_edn27" name="_ednref27" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[27]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Sedangkan dari rakyat Kashmir sendiri, PBB tidak mendapat masalah karena pada dasarnya menginginkan agar perebutan wilayah ini cepat selesai. Pada saat partisi India, rakyat Kashmir menginginkan untuk bergabung dengan Pakistan karena adanya persamaan identitas sebagai wilayah yang mayoritas masyarakatnya umat Islam. Namun hingga akhri tahun 1977, referendum belum juga dilaksanakan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="ES" style="font-family: Arial;">BAB III<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="ES" style="font-family: Arial;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Perebutan wilayah Kashmir merupakan dampak disintegrasi India yang melahirkan negara Pakistan. Andai saja pada masa lalu, umat Hindu India tidak bersikap diskriminatif dan menerima keberadaan umat Islam di India mungkin tidak akan ada disintegrasi India yang kemudian menimbulkan perebutan wilayah Kashmir. </span><span lang="SV">Tetapi, dalam hal ini tidak dapat menyalahkan sejarah dan berdirinya Pakistan. Pembentukan negara Pakistan dianggap perlu karena kalau tidak, akan membuat umat Islam di India merasa terkekang dan tidak dapat hidup dengan aman dan layak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Yang harus dipahami adalah secara teoritis, jika mengacu pada sistem partisi dimana wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam akan bergabung dengan Pakistan, sedangkan wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu akan bergabung dengan India. Maka Kashmir yang merupakan masyarakatnya beragama Islam, akan menjadi bagian integral dari Pakistan. Tetapi perlu diingat pula, akan adanya <i>Instrument of Accession</i> yang ditandatangani oleh Maharaja Singh, dimana Kashmir akan masuk ke dalam bagian integral India sebagai syarat permohonan bantuan militer dari India.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Sejak tahun 1948, permasalahan ini telah melibatkan PBB. Sebagai organisasi tertinggi di dunia, PBB telah berkali-kali mengeluarkan resolusi untuk melaksanakan referendum. Tetapi hingga akhir tahun 1977, referendum tidak pernah dilakukan. Sejak adanya Perjanjian Simla, perjuangan Kashmir lebih mengarah kepada nasionalisme Kashmir dimana menuntut kemerdekaan sebagai sebuah negara yang berdiri sendiri tanpa bergabung dengan India ataupun Pakistan. Hal itu dikarenakan salah satu isi perjanjian Simla adalah segala permasalahan antara India dan Pakistan akan diselesaikan secara bilateral.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Pada akhirnya keterlibatan, usaha dan peran PBB sepertinya terasa sia-sia dan tidak dihargai karena referendum yang telah diputuskan oleh PBB, tidak pernah dilaksanakan oleh India dan Pakistan. </span><span lang="ES">Padahal keterlibatan PBB merupakan atas permintaan India dan Pakistan sendiri. Perjanjian Simla yang disepakati India dan Pakistan, secara tidak langsung membuat melemahnya posisi resolusi PBB dimata pemerintah serta rakyat India dan Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Sebenarnya resolusi PBB memiliki kekuatan di atas Perjanjian Simla tetapi dengan kekalahan perang yang diterima membuat Pakistan tidak dapat berbuat apa-apa. PBB sebagai organisasi internasional tertinggi dan berdasarkan Piagam PBB, seharusnya PBB bisa lebih bertindak maupun menekan India dan Pakistan untuk melaksanakan referendum. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh PBB misalkan dengan memberi sangsi kepada India dan Pakistan, misalkan dengan memberi sangsi atau memblokade India dan Pakistan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Apabila PBB sebagai organisasi internasional tertinggi tidak dapat menyelesaikan kasus perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan yang telah terjadi selama puluhan tahun, maka keberadaan dan kegunaan PBB menjadi dipertanyakan. Bila PBB tidak dapat menyelesaikan suatu konflik yang terjadi di dunia maka tidak menutup kemungkinan cita-cita dunia yang menginginkan perdamaian tidak akan terwujud, karena tidak menutup kemungkinan pula jika aktor-aktor negara akan memilih jalan perang untuk menyelesaikan permasalahan atau konflik yang sedang dihadapi negaranya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Oleh karena itu, PBB harus berani bersikap tegas kepada India dan Pakistan untuk mematuhi solusi-solusi yang diberikan PBB. Diharapkan pula aktor-aktor non-negara lainnya seperti SAARC dan UNHCR, dapat mendesak India dan Pakistan untuk membuka diri dan menerima bantuan serta solusi yang diberikan oleh PBB. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="ES">DAFTAR REFERENSI<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="ES">Buku<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Jemadu, Aleksius, <i>Politik Global dalam Teori dan Politik</i>, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES"><br />
Pribadi, Jubaidi, <i>Kashmir dan Timor Timur (Peran PBB)</i>, Yayasan Pustaka Grafiksi, Jawa Barat, 1999.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Tambunan, Edwin M.B, <i>Nasionalisme Etnik (Kashmir dan Quebec</i>), Intra Pustaka Utama, Semarang, 2004.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Wirsing, Robert G, <st1:country-region w:st="on"><i>India</i></st1:country-region><i>, <st1:country-region w:st="on">Pakistan</st1:country-region>, and the Kashmir Dispute : On Regional Conflict and Its Resolution</i>, Mac Millan, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">London</st1:city></st1:place>, 1994.<b><o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Ganguly, Sumit, <i>Wars Without End : The Indo-Pakistani Conflict</i> (eds.), <i>The Annuals of The <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">American</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">Academy</st1:placetype></st1:place> of Ploitical and Social Science</i>, Vol 541.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Modul<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ayu, Rindu, <i>Politik Luar Negeri Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,</i> Universitas Al-Azhar Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Internet<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Asia Selatan dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_selatan</u> diakses 01 Juni 2010 pukul 22.09 WIB.</span><span lang="ES"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Perang Dunia 1 dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_I </u>diakses 02 Juni 2010 pukul 22.35 WIB.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Liga Bangsa-Bangsa dalam <u> http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Bangsa-Bangsa</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 22.34 WIB.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">History of the United Nation dalam <u>http://www.un.org/aboutun/unhistory/</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 23.09 WIB.</div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 21.06 WIB.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Historical Chronology of Jammu and Kashmir State dalam <u>http://www.kashmir-information.com/chronology.html</u> diakses </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">03 Juni 2010 pukul 00.15 WIB.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">A Chronical of Important Events anda Dates in J&K’s Political History dalam <u>http://www.jammu-kashmir.com/basicfacts/politics/political_history.html</u> diakses 03 Juni 2010 pukul 00.44 WIB.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="edn1"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><span lang="ES">Asia Selatan dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_selatan </u>diakses 01 Juni 2010 pukul 22.09 WIB.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn2"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><span lang="ES">Jubaidi Pribadi, <i>Kashmir dan Timor Timur (Peran PBB</i>), Yayasan Pustaka Grafiksi, Jawa Barat, 1999, hlm. 17.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn3"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Ibid., </i>hlm.<i> </i>18.</span></div></div><div id="edn4"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> Sumit Ganguly,<i> “ Wars Without End : The Indo-Pakistani Conflict</i> (eds<i>.)”, The Annuals of The <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">American</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">Academy</st1:placetype></st1:place> of Political and Social Science </i>, Vol 541, September, hlm. 169.</span></div></div><div id="edn5"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Ibid.</i></span></div></div><div id="edn6"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Ibid.<o:p></o:p></i></span></div></div><div id="edn7"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><i><span lang="EN-US">Ibid.</span></i><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div></div><div id="edn8"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref8" name="_edn8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Rindu Ayu, Modul <i>Politik Luar Negeri Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,</i>, Universitas Al-Azhar Indonesia, hlm. 18.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn9"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref9" name="_edn9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[9]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Aleksius Jemadu, <i>Politik Global dalam Teori dan Politik</i>, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008, hlm. 17.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn10"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref10" name="_edn10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[10]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><i><span lang="SV">Ibid</span></i><span lang="SV">.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn11"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref11" name="_edn11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[11]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Ayu, Rindu. <i>Op. Cit</i>., hlm 16.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn12"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref12" name="_edn12" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[12]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Pribadi, Jubaidi. <i>Op. Cit</i>., hlm 68-69.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn13"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref13" name="_edn13" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[13]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><span lang="SV">Perang Dunia 1 dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_I</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 22.35 WIB.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn14"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref14" name="_edn14" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[14]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><span lang="SV">Liga Bangsa-Bangsa dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Bangsa-Bangsa</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 22.34 WIB.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn15"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref15" name="_edn15" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[15]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><i>Ibid.<o:p></o:p></i></div></div><div id="edn16"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref16" name="_edn16" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[16]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span>History of the United Nation dalam <u>http://www.un.org/aboutun/unhistory/</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 23.09 WIB.<o:p></o:p></div></div><div id="edn17"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref17" name="_edn17" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[17]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Ibid.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn18"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref18" name="_edn18" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[18]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><span lang="SV">Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam <u>http://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa</u> diakses 02 Juni 2010 pukul 21.06 WIB.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn19"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref19" name="_edn19" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[19]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span>Jubaidi Pribadi, <i>Op. Cit</i> , hlm. 39.<o:p></o:p></div></div><div id="edn20"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref20" name="_edn20" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[20]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span>Historical Chronology of Jammu and Kashmir State dalam <u>http://www.kashmir-information.com/chronology.html</u> diakses <span lang="EN-US">03 Juni 2010 pukul 00.15 WIB.</span></div></div><div id="edn21"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref21" name="_edn21" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[21]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Ibid.<o:p></o:p></i></span></div></div><div id="edn22"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref22" name="_edn22" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[22]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><span lang="IT">Jubaidi Pribadi, <i>Op. Cit,</i> hlm. 58.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn23"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref23" name="_edn23" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[23]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span>Wirsing, Robert G, <st1:country-region w:st="on"><i>India</i></st1:country-region><i>, <st1:country-region w:st="on">Pakistan</st1:country-region>, and the Kashmir Dispute : On Regional Conflict an</i><i><span lang="EN-US">d Its Resolution</span></i><span lang="EN-US">, Mac Millan, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">London</st1:city></st1:place>, 1994, hlm. 124.</span></div></div><div id="edn24"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref24" name="_edn24" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[24]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> A Chronical of Important Events anda Dates in J&K’s Political History dalam <u>http://www.jammu-kashmir.com/basicfacts/politics/political_history.html</u> diakses 03 Juni 2010 pukul 00.44 WIB.</span></div></div><div id="edn25"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref25" name="_edn25" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[25]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span>Historical Chronology of <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Jammu and Kashmir</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">State</st1:placetype></st1:place>, <i>Loc.cit</i>.</div></div><div id="edn26"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref26" name="_edn26" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[26]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><i>Ibid.</i></div></div><div id="edn27"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do#_ednref27" name="_edn27" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[27]</span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> Pribadi Jubaidi, <i>Op. Cit</i>, hlm. 45.</span></div></div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-22363786558415139692010-06-02T09:37:00.000-07:002010-06-02T09:37:03.510-07:00Perjuangan untuk Memperoleh Pengakuan Indonesia Melalui Diplomasi Beras dengan India<div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Fiona Karina Amalia</b></span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>209000232</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Perjuangan untuk Memperoleh Pengakuan Indonesia Melalui Diplomasi Beras dengan India</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>BAB I</b></div><div style="text-align: justify;"><b>PENDAHULUAN</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>1.1 Latar Belakang</b></div><div style="text-align: justify;"><b>A. Inflasi Pacsa Kemerdekaan Indonesia</b></div><div style="text-align: justify;"> Saat Indonesia baru merdeka dari penjajahan Jepang, Indonesia mempunyai pemerintahan yang tidak stabil. Kemudian pemerintahan yang tidak stabil tersebut menyebabkan krisis keuangan yang megakibatkan inflasi yang tinggi atau Hiper-Inflasi. Pada saat itu, diperkirakan mata uang Jepang yang beredar di Indonesia sebesar RP 4.000.000.000. dari uang tersebut diperkirakan uang yang beredar di Jawa saja mencapai 1,6 milyar. Lalu jumlah kemudian bertambah karena pasukan Sekutu berhasil menduduki kota-kota besar besar di Indonesia dan menguasai bank-bank <span style="color: red; font-size: xx-small;">1)</span><span style="font-size: xx-small;">. </span>Dari bank-bank tersebut diedarkan uang cadangan sebesar Rp 2.300.000.000 dengan tujuan untuk biaya operasi dan membiayai pegawai-pegawainya<span style="font-size: xx-small;"> </span><span style="color: red;"><span style="font-size: xx-small;">2)</span><span style="color: black;">.</span></span> Pada saat itu, Indonesia yang tidak bisa menggantikan mata uang Jepang karena belum memiliki mata uang baru, yaitu mata uang Indonesia. Karena indonesia belum bisa menggantkan mata uang maka pemerintah RI menetapkan tiga mata uang sementara, yaitu matauang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia-Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang <span style="font-size: xx-small;"><span style="color: red;">3)</span></span>. Kemudian keadaan diperparah dengan adanya peraturan baru dari AFNEI, yaitu diberlakukannya uang NICA di daera-daerah yang diduduki Sekutu karena nilai mata uang Jepang yang semakin menurun. Berlakunya mata uang NICA diprotes oleh pemerintah Indonesia memproses tindakan tersebut, karena berarti Sekutu telah melanggar persetujuan yaitu bila belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>B. Blokade Ekonomi Belanda (NICA)</b></div><div style="text-align: justify;"> Belanda memperparah krisis ekonomi di Indonesia, dengan cara memblokade laut Indonesia yang dimulai dari bulan November 1945. Tindakan blokade tersebut memiliki tujuan yakni untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia, mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya dan melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia. Akibatnya, Indonesia tidak dapat mengekspor barang-barang dagangan. Selain itu, Indonesia kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>C. Kas Negara Kosong</b></div><div style="text-align: justify;"> Karena adanya blokade ekonomi oleh Belanda, maka pendapatan Indonesia menjadi tidak sebanding dengan pengeluarannya. Hal ini disebabkan kurangnya penghasilan dari pajak dan bea masuk dari kegiatan impor barang dari negara pihak asing, dan tidak ada pendapatan nasinional dari kegiatan ekspor Indonesia. Oleh sebab itu, kas Indonesia mengalami kekurangan kas bahkan kosong.</div><div style="text-align: justify;">Pada saat yang kritis tersebut, pemerintah Indonesia hanya bisa mengandalkankepada produksi pertanian karena kegiatan industri lainnya tidak berjalan. Usaha pemerintah yang bergantung pada produksi pertanian sangat didukung oleh para petani karena petani adalah golongan petani adalah golongan yang paling merasakan dampak dari inflasi yang sangat tinggi, karena petani merupakan golongan yang paling banyak mempunyai mata uang Jepang yang nilainya turun drastis bahkan digantikan oleh mata uang NICA.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>1.2 Kerangka Pemikiran</b></div><div style="text-align: justify;"> Kerangka pemikiran makalah ini adalah berdasarkan dari teori Power oleh Karl Deutsch tentang ruang lingkup kekuasaan Indonesia di internal maupun eksternalnya. Dalam aspek internal, Indonesia yang sedang mengalami krisis ekonomi dengan badan pemerintahan yang masih kacau tidak mampu mengatur keadaan dalam negerinya, sehingga banyak terjadi kerugian karena pemerintah tidak mempunyai kas negara untuk anggaran belanja keperluan negara. Dalam aspek ekspternal, Indonesia belum mendapatkan power atas negaranya sendiri karena ekonomi Indonesia masih diatur oleh pihak sekutu yangmasih menduduki daerah-daerah di Indonesia. Selain itu, Indonesia tidak diperbolehkan untuk melakukan perdagangan dengan negara lain kecuali negara-negara yang diduduki sekutu. Hal itu berarti Indonesia kehilangan powernya untuk mengatur sumber daya alam yang dimilikinya. Ketidak mampuan Indonesia dalam memperoleh powernya, dikarenakan Indonesia belum memiliki kedaulatan yang utuh, atau dapat diakui oleh negara-negara lain dengan status<i> de jure</i>. </div><div style="text-align: justify;"> Makalah ini juga mengenai teori tujuan nasional meurt K.J. Holsti. Indonesia saat itu sedang memperjuangkan tujuan jangka pendek, yaitu pengkuan dari negara-negara lain, dan tujuan jangka menengah yaitu pemerintah mengusahakan untuk meningkatkan prestise negaranya biasanya melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena Indonesia mengalami blokade oleh pihak sekutu, maka pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi Indonesia, salah satunya adalah penukaran beras dengan imbalan obat-obatan, bahan pakaian serta alat-alat pertanian untuk dapat menunjang pertanian Indonesia yang sangat diandalkan pada waktu itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>1.3 Pembatasan Masalah</b></div><div style="text-align: justify;">1. Latar belakang adanya diplomasi beras antara Indonesia dan India</div><div style="text-align: justify;">2. Mengapa diplomasi beras dilakukan</div><div style="text-align: justify;">3. Bagaimana diplomasi beras dilakukan</div><div style="text-align: justify;">4. Apa keuntungan yang didapatkan Indonesia dengan adanya dplomasi beras dengan India</div><div style="text-align: justify;">5. Kendala apa saja yang dialami Indonesia dan India dalam diplomasi beras</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>BAB II</b></div><div style="text-align: justify;"><b>ISI</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>2.1 Strategi Menembus Blokade Ekonomi oleh Sutan Sjahrir</b></div><div style="text-align: justify;"> Dengan blokade yang diakukan oleh Belanda, membuat keadaan ekonomi Indonesia semakin memburuk. Oleh karena itu, Sutan Sjahrir, sebagai Perdana Menteri sekaligus Menteri Luarnegeri Indonesia pada saat itu merancang strategi sebagai bentuk usaha untuk menembus blokade ekonomi.</div><div style="text-align: justify;">Pada saat itu, India yang sedang mengalami bencana kelaparan karena dilanda kekeringan menjadi perhatian P.M Sjahrir. Saat itu P.M Sjahrir mengusulkan untuk mengadakan diplomasi beras, yaitu menyarankan untuk membantu India dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan sebagai imbalannya India mengirimkan bahan-bahan pakaian, alat-alat pertanian, atau berupa motor gerobak dan kapal pengangkut yang dibutuhkan oleh Indonesia. Pengiriman beras sebesar 500.000 ton dianggap tidak merugian Indonesia, karena pada saat itu pertanian Indonesia sedang mengalami surplus, yaitu sebesar 200.000 sampai 400.000 ton <span style="color: red;"><span style="font-size: xx-small;">4)<span style="color: black;">.</span></span></span> Tujuan diplomasi simbolik tersebut adalah demi masalah politis Indonesia, yang pada saat itu merupakan negara yang belum diakui oleh keberadaannya oleh negara-negara lain. Bagi Indonesia, harga bukan merupakan hal terpenting. Usaha diplomasi beras lebih diperuntukkan untuk menembus isolasi ekonomi oleh Belanda. Pada pelaksanaan perjanjian Linggarjati mendatang, Indonesia harus menjual surplus beras ke negara-negara yang dikuasai oleh Belanda. Namun, pemerintah memilih menjual beras ke negara-negara sahabat dan mengirimkan beras ke India karena India adalah negara di Asia yang paling aktif membantu peerjuangan diplomatik dalam forum-forum internasional dalam rangka memerdekakan dirinya dan untuk solidaritas bangsa-bangsa Asia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>2.2 Proses Berjalannya Diplomasi Beras</b></div><div style="text-align: justify;"> Indonesia memutuskan untuk menawarkan India beras dimulai sejak tanggal 28 April 1946 karena Indonesia ingin membuktikan kepada Belanda atas berita bahwa Indonesia sedang mengalami bencana kelaparan.</div><div style="text-align: justify;"> Kemudian pada bulan Mei 1946, Pemerintah Indonesia memperoleh kepercayaan dari rakyat Indonesia mengenai pengiriman beras ke India. Buktinya saja Jawatan Kereta Api telah menyatakan bahwa mereka bersedia untuk membantu pemerintah dalam pengankutan beras agar sampai dengan selamat di tempat tujuan yaitu menuju pelabuhan. Selain itu, Badan Perekonomian Rakyat Indonesia di Karawang dan Pusat Tenaga Ekonomi menyatakan siap dan sanggup untuk menyediakan masing-masing 15 ton beras.</div><div style="text-align: justify;">Tanggal 13 Mei 1946 Perdana Menteri Sutan Sjahrir menerima ucapan terima kasih dari Jawaharlal Nehru. P. M. Sjahrir meminta kepada Nehru untuk mengirimkan wakil dari India untuk membicarakan pengiriman bera dan tukar-menukar barang. </div><div style="text-align: justify;"> Bantuan beras yang diajukan Indonesia mulai dibicarakan oleh Perdana Menteri Sjahrir dengan K.L punjabi, yaitu wakil pemerintahan India yang diutus oleh Jawaharlal Nehru yang pada saat itu adalah Perdana Menteri India pada tanggal 18 sampai 19 Mei 1946 di Jakarta. Dalam perundingan ini, pemerintah Indonesia menungu kedatangan kapal pengangkut India yang yang akan mengangkut beras dari Indonesia ke India.</div><div style="text-align: justify;">Proses diplomasi tersebut dilakukan oleh P.M Indonesia, Sutan Sjahrir melalui sebuah perjamuan makan untuk K.L. Punjabi. Dalam perjamuan makan tersebut K.L. Punjabi menyetujui pengiriman beras ke India. Kemudian, sebagai tanda persaudaraan, Sutan Sjahrir menyiapkan lalu menyerahkan sekeranjang beras yang ditutupi dengan bendera merah putih yang akan diserahkan kepada Raja Muda Lord Wavell di India.</div><div style="text-align: justify;"> Pada tanggal 23 Mei 1946, Indonesia mendapat ucapan terima kasih oleh Dewan Pekerja Partai Kongres India mengenai penawaran 500.000 ton. India beranggapan bahwa bila bantuan beras Indonesia yang dilakukan pada saat keadaan yang penuh masalah kepada India merupakan bentuk persaudaraan yang kekal antara Indonesia dan India. Dinyatakan pula persatuan bangsa India dalam perjuangan kemerdekaan karena India juga sedang mengalami penjajahan oleh Inggris. India juga mengharapkan adanya masa kerjasama antara India Merdeka dan Indonesia Merdeka. </div><div style="text-align: justify;"> Pada tanggal 27 Mei 1946 di Jakarta dibentuk Panitia Pengiriman Beras ke India. Panitia tersebut diketuai oleh Ir. Subiarto dengan anggota-anggotanya, yaitu Masdani sebagai ketua bagian Pengumpulan, Ir. Abdulkadir sebagai ketua Pengangkutan, Mr. Sjarufuddin, Mr. Tamsil sebagai ketua bagian Penerangan, Ir. Darmawan, Ir. Abdulkarim, Ny. Mr. M. U. Santoso, Moh. Natsir, Gaoh, Mr. Utojo, Kapten Sudiarso, R.M. Margono Djojohadikusumo, Harsudi, Sastrosuwignjo, Ir. Sosrohadikusumo sebagai ketua Pembagian Barang, dan Suwardi sebagai ketua bagian Keuangan <span style="font-size: xx-small;"><span style="color: red;">5)</span></span>.</div><div style="text-align: justify;"> Ketua-ketua yang telah terpilih tersebut kemudian membentuk badan pekerja, dan masing-masing merencanakan kegiatan bagiannya.</div><div style="text-align: justify;"> Pada tanggal 15 Juni 1946 pemerintah Indonesia telah mendapatkan kabar dari Kantor berita Antara tentang pemberangkatan 4 kapal India ke Indonesia untuk mengangkut 500.000 ton beras yang telah dijanjikan.</div><div style="text-align: justify;"> Lalu, tanggal 25 Juni 1946 Perdana Menteri Sjahrir beserta K. L. Punjabi berangkat ke Yogyakarta untuk menemui Presiden Soekarno mengenai masalah beras bersama sejumlah wartawan. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Jawa Timur disertai dengan Ir. Darmawan Mangunkusumo sebagai Menteri Kemakmuran dan Mr. Maria Ulfah Santoso sebagai Menteri Sosial. Perjalanan ke Jawa Timur yang dilakukan oleh rombongan dimaksudkan untuk melihat secara langsusng keadaan padi yang akan dikirimkan ke India. Selain itu, ditetapkan pula pelabuhan Banyuwangi sebagai pelabuhan untuk mengangkut beras yang akan dikirim ke India.</div><div style="text-align: justify;"> Setelah mengalami beberapa masalah dan insiden di Banyuwangi, akhirnya pengiriman beras berhasil dilakukan pada tanggal 20 Agustus 1946 melalui pelabuhan Probolinggo beras dapat sampai ke India dengan selamat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>2.3 Manfaat Diplomasi Beras untuk Indonesia</b></div><div style="text-align: justify;"> Seperti yang sudah diterangkan bahwa tujuan utama Indonesia melakukan diplomasi beras dengan India adalah sebagai upaya melepaskan diri dari blokade ekonomi yang dilakukan Belanda. Karena dengan adanya diplomasi beras membuktikan bahwa Indonesia mampu menghasilkan surplus ditengah krisis ekonomi dan membuktikan bahwa di Indonesia tidak ada bahaya kelaparan, seperti yang dikatakan oleh pihak NICA.</div><div style="text-align: justify;"> Diplomasi beras juga membuat Indonesia diakui kemerdekaannya oleh ngara-negara lain karena waktu negara-negara asing lainnya belum mengetahui bahwa ada sebuah negara bernama Indonesia karena Indonesia baru saja memerdekakan diri. Hal ini dapat terjadi karena ada bantuan dari pihak India yang membantu Indonesia di forum-forum Internasional seperti di PBB mengenai kemerdekaan Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"> Kemudian, bantuan India lainnya adalah pengiriman bahan-bahan pakaian, obat-obatan, maupun alat-alat pertanian seperti yang telah menjadi kesepakatan antara Indonesia dan India dalam Diplomasi Beras.</div><div style="text-align: justify;"> Selain itu, India juga melarang pesawat terbang Belanda singgah di bandara udara India. Tidak hanya dalam penerbangan, pelabuhan-pelabuhan India pun melarang disinggahi oleh kapal-kapal Belanda yang ingin datang ke India.</div><div style="text-align: justify;"> Pertolongan India dan perlakuan India kepada Belanda merupakan bentuk terimakasih kepada keputusan Indonesia untuk memberikan berasnya ke India walaupun keadaan Indonesia sedang genting karena adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Pernyataan terimakasih oleh Nehru dinyatakannya di India. Beliau menyatakan salam hormat untuk Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan rakyat Indonesia “yang sedang berjuang dengan gagah berani demi kemerdekaanya” <span style="font-size: xx-small;"><span style="color: red;">6)</span></span>. Saat itu India juga sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari kolonialisasi Inggris.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>2.4 Kendala-kendala dalam proses Diplomasi Beras</b></div><div style="text-align: justify;"> Diplomasi beras merupakan strategi yang sangat berhasil dan ampuh dalam mengatasi blokade ekonomi Belanda. Tentu saja, keberhasilan P.M. Sjahrir mengakibatkan kemarahan Belanda. Karena hal tersebut, Belanda tentu saja ingin menghalang-halangi pengiriman beras ke India. Belanda bahkan melakukan tindakan-tindakan sabotase.</div><div style="text-align: justify;"> Awalnya, Belanda hanya mondar-mandir di pelabuhan Crebon, saat kapal beras India sedang membongkar 1.2000 ton goni untuk diisi beras dari Indonesia. Pada saat itu, Belanda berhenti di dekat kapal itu, tetapi tidak berbuat tindakan yang “tidak menyenangkan”.</div><div style="text-align: justify;"> Namun, pada tanggal 5 Juli 1946 Belanda menyerang kota Banyuwangi dari laut dan udara. Akibat ulah Belanda tersebut kurang lebih 15.000 karung gabah terbengkalai dan terguyur hujan. Dan pelayaran terpaksa dibatalkan karena maslah keamanan dan keselamatan para pegawai. Kejadian tesebut menyebabkan pengiriman beras ke India menjadi terhenti sama sekali. Tetapi pihak sekutu pada saat itu menjamin bahwa hal tersebut tidak akan terulang kembali.</div><div style="text-align: justify;"> Tetapi sekali lagi sekutu dan Belanda melanggar janjinya. Pada tanggal 15 Juli Belanda menembakkan meriam di pelabuhan Banyuwangi. Pada saat itu kerusakan d Banyuwangi disaksikan sendiri oleh Moh. Natsir sebagai Menteri Penerangan Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"> Ternyata kendala tidak hanya didapatkan dari puhak Belanda dan sekutu, tetapi secara tidak langsung kendala berasal dari dalam negeri Indonesia sendiri. </div><div style="text-align: justify;">Pada saat Perdana Menteri Sjahrir beserta rombongan berada di Solo tanggal 25 Juni 1946, ketika itu P. M. Sjahrir akan melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi untuk melihat keadaan pelabuhan disana. Namun, saat Beliau beserta Rombongan menginap di gedung Bank Indonesia, mereka diculik oleh pengikut Tan Malaka dan ditahan di suatu tempat di Paras <span style="font-size: xx-small;"><span style="color: red;">7)</span></span>.</div><div style="text-align: justify;"> Hal tersebut menyebabkan keraguan India atas kelanjutan pengiriman beras ke negaranya. Tetapi Presiden Soekarno mengirimkan radiogram kepada K.L. Punjabi pada tanggal 5 Juli 1946 bahwa peristiwa-peristiwa politik di Indonesia tidak berkaitan sama sekali dengan pengiriman beras ke India. Hal tersebut dilakukan agar meyakinkan India untuk tetap melakukan diplomasi beras dengan Indonesia. Tetapi seperti yang telah diterangkan, setelah itu ada penyerangan yang dilakukan oleh pihak Belanda.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>BAB III</b></div><div style="text-align: justify;"><b>PENUTUP</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>3.1 Kesimpulan</b></div><div style="text-align: justify;"> Krisis keuangan yang dialami Indonesia dan pendudukan kembali oleh Belanda mengakibatkan Nica memberlakukan beberapa aturan baru, salah satunya adalah memblokade ekonomi Indonesia. Untuk mematahkan blokade Belanda, Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri Indonesia memanfaatkan bencana kelaparan India untuk jlan diplomasi. Caranya adalah dengan pengiriman bantuan beras sebesar 500.000 ton dengan imbalan berupa obat-obatan, pakaian, maupun alat-alat pertanian.</div><div style="text-align: justify;"> Tujuan selain mematahkan blokade ekonomi Belanda, diplomasi beras ini mempunyai tujuan untuk memperoleh pengakuan dari negara-negara lain karena saat itu Indonesia baru memerdekakan diri melalui bantuan India karena India merupakan negara yang paling aktif di kawasan Asia di forum-forum nternasionjal yang berkaitan dengan kemerdekaan bangsa.</div><div style="text-align: justify;"> Namun dalam perjalanannya, Indonesia memperoleh kendala dari dalam maupun dari pihak Belanda, yaitu pemboman dan pembakaran beras di pelabuhan Banyuwangi, serta penculikan Sutan Sjahrir yang membuat India ragu dengan kelanjutan pengiriman beras yang sempat terhenti.</div><div style="text-align: justify;">Tetapi walaupun Indonesia mendapat banyak kendala dala pegiriman beras ke India, kapal-kapal India yang datang ke Indonesia untuk mengangkut beras berhasil menjalankan misinya yaitu membawa beras ke India dengan selamat lewat pelabuhan Probolinggo.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>3.2 Analisa Kasus</b></div><div style="text-align: justify;"><b>A. Adanya pemanfaatan untuk mendapatkan National Interest</b></div><div style="text-align: justify;"> India yang sedang mengalami bencana kelaparan menjadi sasaran diplomasi Sutan Sjahrir karena dengan adanya bencana itu Sutan Sjahrir memanfaatkan kondisi tersebut untuk memperoleh pengakuan dari negara-negara lain, karena India merupakan negara Asia yang paling aktif dalam masalah memperjuangkan kemerdekaan.</div><div style="text-align: justify;"><b>B. Adanya sikap otoriter di dalam suatu Rezim</b></div><div style="text-align: justify;"> Di Indonesia, masih dikuasai oleh sekutu dan Belanda, karena mereka dengan mudahnya dapat menguasai bank-bank di Jakarta bahkan mengatur perekonomian Indonesia dalam perdagangan luar negeri Inndonesia seperti penggantian mata uang, bahkan memblokade ekonomi Indonesia. Hal tersebut membuktikan kepada sekutu bahwa proklamasi dan kemerdekaan Indoneia tidak berpengaruh apapun terhadap kedudukan sekutu dan Belanda di Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><b>C. Adanya sikap deskriminasi</b></div><div style="text-align: justify;"> Rasa terimakasih atas pengiriman beras oleh Indonesia, menyebabkan India melakukan tindakan deskriminasi terhadap Belanda dengan melarang pendaratan pesawat di bandara-bandara India, juga pelarangan kapal laut Belanda yang ingin berlabuh di peabuhan-pelabuhan India.</div><div style="text-align: justify;">Hal tersebut dikarenakan India selain ingin berterimakasih, juga ingi menggalang persaudaraan dengan Indonesia dalam hal memperjuangkan kemerdekaan negara karena bantuan beras Indonesia menghasilkan keuntungan bagi kedua negara, Indonesia dan India. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>3.3 Daftar Pustaka</b></div><div style="text-align: justify;"><b>Buku </b></div><div style="text-align: justify;">Dekker, Nyoman. 1989. Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: Balai Pustaka</div><div style="text-align: justify;">Ananta Toer, Pramoedya dan Soebagyo Toer, Koesalah. 1999. Kronik Revolusi Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia</div><div style="text-align: justify;">Djoened Poesponegoro, Marwati dan Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Referensi Internet</b></div><div style="text-align: justify;">http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1987/04/25/BK/mbm.19870425.BK31263.id.html</div><div style="text-align: justify;">Diakses pada tanggal 19 Mei 2010</div><div style="text-align: justify;">http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/09/LU/mbm.20090309.LU129726.id.html</div><div style="text-align: justify;">Diakses pada tanggal 19 Mei 2010</div><div style="text-align: justify;">http://menluri.info/web/sutan-sjahrir.html</div><div style="text-align: justify;">Diakses pada tanggal 19 Mei 2010</div><div style="text-align: justify;">http://sejarahkita.comoj.com/jenny061.html</div><div style="text-align: justify;">Diakses pada 22 Mei 2010</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>End Note </b></div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5Csastro%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csastro%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csastro%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
span.MsoEndnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-link:"Endnote Text Char";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
span.EndnoteTextChar
{mso-style-name:"Endnote Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span> Belanda kembali lagi ke Indonesia dimulai sejak tanggal 23 Agustus 1945 di Aceh. Pada tanggal 15 September 1945, tentara Inggris sebagai wakil sekutu tiba di Jakarta. Sekutu datang ke jakarta dengan membonceng Nica yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J Van Mook </div><div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span> <i>Makmoer</i>, no. 2, th. I, 10 Januari, 1946, hlm, 60 pada Sejarah Nasional Indonesia, hlm, 272</div><div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[3]</span></span></span> Maklumat Presiden RI No. 1/10, tanggal 3 Oktober 1945</div><div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[4]</span></span></span> <i>Makmoer</i>, no. 9,th. I, 25 April 1946, hlm, 312 pada Sejarah Nasional Indonesia, hlm, 275</div><div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[5]</span></span></span> Kronik Revolusi Indonesia, Jilid 1, hlm, 215</div><div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[6]</span></span></span> Salam Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru disiarkan melalui Free Press of Journal, suatu kantor pemberitaan India pada 8 April 1946 dan tersiar di Jakarta pada 12 April 1946.</div><div class="MsoEndnoteText"><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[7]</span></span></span> Beliau diculik pada Jumat subuh ketika baru bangun tidur dan dibawa ke daerah pegunungan sekitar 40km dari Solo, yaitu ke villa Susuhan. Beliau diculik oleh 12 oranng Tentara Republik Indonesia yang mendapat upah dari kaki tangan Belanda. Namun rupanya tentara-tentara tersebut tidak mengetahui apapun siapa yang mereka culik, walaupun akhirnya setelah mereka mengetahui siapa yyangmereka culik, mereka sangat menyesali tindakan mereka.</div><div class="MsoEndnoteText">Kronik Revolusi Indonesia, Jilid 1, hlm, 260 </div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-77149186849654869392010-06-02T09:18:00.000-07:002010-06-02T09:30:41.886-07:00UAS Pengantar DiplomasiNama : Windy Alexander Tjiam (208000325)<br />
<br />
SOFT DIPLOMACY DAN DIPLOMASI BUDAYA JEPANG<br />
<br />
I. Latar Belakang dan Pembahasan<br />
<br />
Sebagai sebuah negara yang tidak terlalu luas, dan relatif kecil jika dilihat dari luas daratannya, Jepang adalah sebuah raksasa yang budayanya telah menyebar hampir ke seluruh dunia, dengan pandangan bahwa Jepang adalah sebuah negara yang sangat maju dalam bidang teknologi, dan dimana kehidupan modern masyarakat Jepang tetap tidak melupakan nilai-nilai kultural mereka.<br />
<br />
Jepang sudah lama dikenal sebagai bangsa dengan adat istiadat kuat dan dimana modernisasi pun sejalan dengan adat asli mereka yang tidak ditinggalkan. Jepang dengan berbagai keunikannya, dan kelebihannya telah tersohor hingga ke banyak negara dan pengaruh Jepang sebagai salah satu kekuatan ekonomi di Asia atau bahkan di dunia juga tak bisa diremehkan. Sebagai contoh seorang warga negara Indonesia memandang Jepang sebagai suatu negara hebat, negara besar, negara dengan adat tradisional yang masih dipegant teguh, dan memandang warga Jepang sebagai seorang yang ulet, tekun, rajin, dan semangat juang yang tinggi.<br />
<br />
Selain dari faktor historis dimana Indonesia pernah dijajah oleh Jepang, tetapi kultur Jepang telah tersebar, terlebih dengan adanya restoran-restoran makanan Jepang yang menjamur di Indonesia. Dan tentunya anak-anak dan remaja Indonesia mengenal manga atau yang lebih dikenal sebagai komik khas Jepang. Manga ini merupakan salah satu cara Jepang untuk memperkenalkan negaranya kepada negara lain seperti halnya Amerika yang memperkenalkan pengaruh Amerika melalui budaya dan menyebarkan gaya hidup bermula dari restoran cepat saji seperti KFC, McDonalds dan adanya siaran televisi seperti MTV, Jepang melakukannya lewat manga. Melalui manga, seorang pembaca dapat mengenal adat Jepang, beberapa kosakata Jepang, sifat orang Jepang, dan berbagai hal lainnya, dengan mengincar anak kecil dan kaum remaja, mindset mereka telah terbentuk dengan adanya manga dan kartun (anime) dari komik tersebut. Sebagai contoh di hari minggu ada berbagai kartun Jepang yang ditayangkan untuk anak kecil dan ini sudah berlangsung sangat lama. Para anak-anak serta remaja yang membaca manga atau menonton anime tentunya mengetahui tentang Jepang dan ditambah dengan pengetahuan yang didapat dari buku-buku tersebut serta tontonan yang mereka lihat, mereka mengenal dan menganggap Jepang sebagai suatu negara yang hebat, dimana sifat kebangsaan mereka kuat, dikenal memiliki semangat juang yang tinggi, ulet, rajin, dan sopan.<br />
<br />
Anak-anak dan remaja di Indonesia banyak yang mengagumi Jepang dan kebanyakan dari mereka mengenal Jepang dari manga dan anime. Siapa anak-anak dan remaja Indonesia yang tidak mengenal Doraemon, Dragon Ball, Detektif Conan dan berbagai tokoh kartun Jepang lainnya. Dari situ mereka dapat mengenal Jepang sebagai sebuah negara yang sopan, bagaimana tipe rumah mereka, apa itu ninja, terlebih dengan berbagai manga lainnya yang lebih menceritakan tentang kultur Jepang secara tidak langsung dan mereka dapat mengetahui beberapa kata-kata dalam bahasa Jepang yang didapat dari berbagai translasi bahasa yang tidak sepenuhnya diartikan ke bahasa Indonesia di dalam buku-buku tersebut.<br />
<br />
Seberapa besar pengaruh keberadaan manga di Indonesia terhadap sudut pandang masyarakat Indonesia terhadap Jepang? Dan seberapa besar dampaknya terhadap pengaruh Jepang bagi Indonesia dan hubungan bilateral kedua negara? Indonesia dan Jepang sebenarnya memiliki hubungan bilateral yang baik, dimana kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara menguntungkan kedua belah pihak.<br />
<br />
Jepang sendiri sejak mengalami kekalahan pada Perang Dunia ke-2 tidak memiliki pasukan militer sendiri, pasukan militer Jepang seolah berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat sebagai negara pemenang Perang Dunia ke-2 dan kekuatan militer Jepang hanya digunakan untuk membela Amerika Serikat dan sekutunya, begitupun Jepang akan dibantu dalam sektor pertahanan oleh militer Amerika Serikat, sekilas pertahanan Jepang yang dibantu Amerika dan sebaliknya seolah seperti NATO dimana sikap pertahanan bersama ini diterapkan.<br />
<br />
Pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat menjadikannya salah satu pilar atau mitra utama Amerika Serikat di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Jepang juga terbantu dari sektor industri kreatif seperti industri perfilman dan manga yang seperti telah disebutkan di atas, memperkenalkan Jepang secara luas kepada dunia dan dampak yang dihasilkannya hampir sama seperti dampak Amerika Serikat yang memasuki negara melalui budaya dan gaya hidup sehingga membentuk sebuah mindset yang positif tentang negara mereka dimulai dari rakyat yang lama kelamaan akan menjalar dan seolah mendorong warga di negara tersebut untuk mengagumi dan memberikan support terhadap negara tersebut.<br />
<br />
Di luar pendekatan diplomasi Jepang yang memang cenderung soft, manga sendiri telah memenangi hati rakyat negara lawan diplomasi Jepang dimana ini sangat penting karena diplomasi akan berjalan dengan lebih baik jika mendapat dukungan serta melibatkan berbagai pihak. Media sendiri berperan sangat penting dalam diplomasi, selain memang media dapat membawa arah pandangan masyarakat, manga pun tidak dapat dipungkiri telah dengan sukses melakukan tugasnya untuk memperkenalkan Jepang terhadap masyarakat banyak, dimulai dari gambaran tentang gaya hidup masyarakat Jepang, gambaran tentang karakter masyarakat Jepang, gambaran tentang kebudayaan Jepang, Sejarah, hingga kondisi Sosial. <br />
<br />
Salah satu faktor keberhasilan manga dalam membius pandangan masyarakat terhadap Jepang adalah karena manga bersifat menghibur, oleh karena itu manga dapat meninggalkan kesan dan pengaruh yang lebih berkesan bagi masyarakat secara luas, dan dikarenakan pembaca manga kebanyakan adalah anak-anak dan remaja, ini menyebabkan pandangan masyarakat terhadap Jepang akan tetap positif dalam jangka waktu yang lama dan Jepang mendapat dukungan dari rakyat negara tersebut, terlebih dengan popularitas manga yang semakin meningkat dan semakin diminati oleh masyarakat, contohnya Indonesia dimana terdapat banyak sekali remaja yang menggandrungi manga, jika dilihat dari dampak dan efek yang diberikan, bukanlah tidak mungkin manga dapat disejajarkan seperti film-film Hollywood yang sama-sama memperkenalkan negara mereka dan menjadi faktor pendukung yang membantu mensukseskan diplomasi negaranya walaupun reputasi dan popularitas film-film Hollywood lebih mendunia.<br />
<br />
Walaupun manga mendapat sorotan lebih dikarenakan popularitas dan sifatnya yang khas Jepang dan menghibur, permainan video game juga mendukung keberhasilan manga dan anime, terlebih dengan tren sekarang ini dimana masyarakat kalangan menengah ke atas kebanyakan anak-anaknya lebih cenderung bermain video game dibandingkan bermain di luar ruangan. Dengan adanya tren anak-anak dengan video game ini, serta ditambah dengan efek dari manga, anime, film Jepang, lagu-lagu Jepang, serta adanya tren fashion dari Jepang, popularitas Jepang tidak dapat diremehkan, hal-hal tersebut benar-benar telah mempengaruhi cara pandang serta gaya hidup masyarakat.<br />
Akan tetapi tidak semua negara, terutama yang berada di kawasan Asia, terpengaruh dengan peran manga ini dikarenakan memang hubungan diplomatik Jepang dengan negara-negara ini tidak begitu baik, yaitu dengan Cina dan Korea walaupun sekarang ini hubungan diplomatik antara Jepang dengan 2 negara tersebut telah membaik walaupun tidak sebaik hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia. Penggunaan soft power sebagai landasan utama politik luar negeri Jepang dikarenakan tidak adanya kekuatan militer nasional Jepang yang merupakan milik Jepang sendiri sejak kekalahan mereka dalam Perang Dunia ke 2, sehingga mereka menggunakan soft diplomacy, melakukan pendekatan melalui budaya, mulai dari manga & anime, lagu, film, pertukaran pelajar, dan juga salah satu upaya lain dari Jepang untuk mendapatkan support dan menjalin hubungan yang baik dengan negara lain adalah dengan melakukan program untuk membantu pembangunan bagi negara berkembang dengan memberikan bantuan dana kepada negara berkembang tersebut. Selain karena pengaruh dari kuil yasukuni bagi hubungan diplomatik antara Jepang dan Cina, Cina sendiri menilai dengan menggunakan manga, Jepang berusaha untuk menggeser pandangan masyarakat dan seolah berniat untuk merevisi sejarah mengenai kejahatan perang yang telah dilakukan bangsa Jepang di Cina pada masa Perang Dunia ke 2.<br />
<br />
Sebelumnya, manga memang telah memenangi hati masyarakat sebelum disadari oleh pemerintah Jepang dan melakukan berbagai upaya untuk semakin mendorong pertumbuhan manga di berbagai negara. Image Jepang di kawasan Asia sebenarnya tidak terlalu bagus, banyak negara menganggap Jepang sebagai negara yang seolah tidak ada penyesalan, bahkan seperti melupakan berbagai kejahatan perang yang telah mereka lakukan, hal ini sangat berpengaruh bagi Cina dan Korea sehingga hubungan diplomasi antara Jepang dengan kedua negara tersebut memang tidak begitu baik. Namun dengan adanya peran manga dan anime, image Jepang di kawasan Asia mulai membaik, para anak-anak dan remaja memberikan predikat sebagai negara yang baik, hebat, keren dan sebagainya ditambah dengan adanya kultur lain yang mendukung pendekatan budaya Jepang, yaitu seperti video game, lagu, fashion, barang elektronik, film, arsitektur yang bergaya Jepang, taman batu ala Jepang, karaoke, dan makanan seperti sushi, ramen, dan lain-lain.<br />
<br />
Pemerintah Jepang dengan berbagai upayanya dalam melakukan soft diplomacy sebenarnya juga mendapat kritikan dari dalam negeri dimana terdapat beberapa pendapat yang menginginkan Jepang untuk menjadi sebuah “negara biasa” yang memiliki kekuatan militer sendiri. Jepang sendiri dengan perekonomian yang kuat dan solid tentunya akan lebih bertaji dan akan lebih berperan dalam panggung internasional. Selama ini Jepang dinilai lebih mengutamakan soft power dikarenakan mereka tidak memiliki kekuatan militer dikarenakan adanya perjanjian mengenai perihal militer dan keamanan nasional Jepang antara Amerika Serikat dan Jepang setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia ke 2 yang menyebabkan Jepang dapat lebih fokus kepada pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Jepang juga selama ini dinilai sangat low profile dalam panggung internasional. Jepang aktif di berbagai low politics issues seperti aktif dalam berbagai perdagangan dan masalah ekonomi, tetapi pasif dalam high politics issues seperti diplomasi dan berbagai isu politik lain.<br />
<br />
Diplomasi yang dilakukan Jepang selama ini banyak dikenal sebagai “cheque book diplomacy” dikarenakan Jepang yang hanya aktif di sektor perdagangan dan ekonomi tetapi pasif dalam isu politik. Sebutan “cheque book diplomacy” bagi diplomasi Jepang juga muncul karena berbagai tindakan Jepang yang sudah dimulai sejak zaman perang dingin dimana Jepang turut serta berperan dibalik baying-bayang Amerika Serikat dan memberikan support terhadap berbagai tindakan dan kebijakan yang diambil Amerika. Setelah berakhirnya era perang dingin, banyak kalangan menilai Jepang akan berperan lebih banyak mengingat perekonomian Jepang yang kuat pada masa itu, anggapan dan penilaian berbagai kalangan tersebut semakin diperkuat dengan adanya tindakan Jepang yang hanya memberikan kontribusi berupa uang kepada sebuah peristiwa perang di Kuwait yang banyak dikenal sebagai Gulf War pada tahun 1990-1991. Tindakan Jepang ini menuai banyak pendapat dan pertentangan serta diskusi di dalam negeri agar Jepang lebih berperan dalam panggung politik internasional, akan tetapi walaupun dengan respon yang cepat dari badan keamanan Jepang dan kementrian keuangan Jepang yang berpendapat bahwa berkontribusi bagi dunia internasional sebagai sebuah tindakan yang baik bagi politik luar negeri Jepang, namun pemerintahan Jepang sendiri menilai bahwa kontribusi Jepang tidak lebih dari uang, apalagi Jepang tidak mungkin untuk menurunkan kekuatan militernya dikarenakan perjanjian mengenai perdamaian dan keamanan oleh Jepang dan Amerika Serikat, sehingga pemerintah Jepang menilai kontribusi terbaik yang bisa diberikan Jepang yang terbatas ruang geraknya hanya pada lingkup non-militer adalah uang.<br />
<br />
Pergerakan diplomasi budaya Jepang tidak terhenti hanya sampai manga dan anime, pergerakan diplomasi jepang dalam hal budaya juga terus berlanjut hingga upaya pertukaran pelajar, meningkatkan jumlah pelajar dari manca negara ke Jepang, juga dengan adanya Japan Foundation yang memperluas pendidikan bahasa Jepang seperti halnya yang dilakukan Cina dengan bahasa mandarinnya melalui Confucius Institute. Jepang berupaya untuk memperbanyak dan memperluas pendidikan bahasa Jepang diluar negeri serta mempromosikan pendidikan di Jepang yang akan meningkatkan jumlah pelajar dari luar negeri yang tentunya akan terpengaruh dengan Jepang dan sejalan dengan upaya Jepang untuk memperkenalkan Jepang kepada negara-negara lain melalui budaya dan gaya hidup.<br />
<br />
Di berbagai negara sudah semakin banyak pengaruh Jepang dan jumlah orang yang bisa berbahasa Jepang pun semakin banyak, sebagai contoh Turki sebagai mitra utama Jepang untuk menyebarkan pendidikan bahasa Jepang di kawasan Timur Tengah. Melalui pendidikan bahasa Jepang ini, ditambah dengan budaya Jepang yang telah mendunia, Turki menjadi sebuah bangsa yang “melek” terhadap Jepang dan ini akan sangat menguntungkan bagi Jepang apabila ditindak lanjuti dan akan sangat membantu dalam pembangunan soft power bagi Jepang terutama di kawasan Timur Tengah.<br />
<br />
II. Kesimpulan<br />
<br />
Seperti halnya Amerika yang mendapat dukungan dan tanggapan positif dari rakyat negara lain, Jepang juga telah mendapatkan dukungan dari masyarakat melalui pendekatan budaya mereka. Terlebih lagi, Jepang dan Amerika Serikat jika dilihat dari upaya mereka untuk melakukan pendekatan terhadap negara-negara lain melalui budaya terlihat sejalan, ditambah dengan adanya hubungan kerjasama yang dekat antara Jepang dengan Amerika Serikat yang membuat masyarakat dunia menjadi mengagumi Amerika dengan berbagai kekuatan dan dengan konsep demokrasi yang diusungnya, dan mengagumi Jepang dengan kebudayaan dan perekonomian yang kuat serta kemajuan teknologi mereka. <br />
<br />
Namun dalam hal memenangi dukungan rakyat dan meningkatkan ekspektasi serta memperbaiki pandangan masyarakat terhadap negaranya, Jepang tergolong berhasil melakukannya melalui kebudayaan mereka seperti anime dan manga serta berbagai kebudayaan Jepang lainnya yang terkenal seperti origami, bonsai, dan lain-lain.<br />
<br />
Jepang juga dinilai belum sukses seperti Amerika dalam mengimplementasikan soft power, sehingga apa yang dimiliki Jepang melalui manga dan sebagainya hanyalah sekedar aset yang masih harus diolah melalui strategi yang tepat, pendanaan, dan berbagai upaya lainnya agar aset-aset ini dapat berkembang dengan baik menjadi soft power bagi Jepang sehingga pengaruh Jepang semakin meningkat di panggung Internasional. Jepang juga harus mengedepankan hubungan Jepang dengan beberapa negara tetangganya seperti Cina dan Korea yang tidak begitu baik dalam konteks hubungan diplomatik karena berbagai kejahatan perang yang telah dilakukan Jepang pada masa lalu. Jepang juga harus lebih menjalin hubungan yang baik dengan Cina dikarenakan sektor ekonomi Cina yang sangat potensial dan sangat mungkin akan menggeser posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian termaju di kawasan Asia.<br />
<br />
Dilihat dari hasil pendekatan melalui budaya yang dilakukan oleh Jepang dan Amerika, banyak negara lain juga memulai untuk melakukan pendekatan melalui budaya seperti halnya Cina dengan Confucius Institute, Perancis dengan CCF, dan berbagai badan kebudayaan milik negara-negara lainnya. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran untuk melakukan multitrack diplomacy bagi negara-negara lain, dan karena budaya yang dikombinasikan dengan media dapat mempengaruhi serta memenangkan opini publik, maka soft diplomacy seperti ini akan semakin banyak bermunculan dan untuk waktu ke depan bukanlah tidak mungkin bahwa soft diplomacy ini semakin penting untuk dilakukan karena dapat mempengaruhi dan memenangkan dukungan rakyat terhadap suatu negara, suatu hal yang tidak dapat atau belum tentu dapat dilakukan oleh berbagai upaya diplomasi lain yang telah dilakukan selama ini. Karena pendekatan melalui budaya dan bahasa terbukti dapat memperkuat suatu negara dan memberikan peran lebih kepada suatu negara untuk berbuat lebih di negara lain karena mendapat dukungan dari rakyatnya.<br />
<br />
III. Referensi<br />
<br />
- http://publicdiplomacy.wikia.com/wiki/Japan<br />
- http://www.japanfocus.org/-Takeshi-MATSUDA/2671<br />
- http://www.tokyofoundation.org/en/articles/2008/a-new-dimension-in-japanese-public-diplomacy<br />
- http://www.jpf.go.jp/culcon/fulbright-culcon/dl/softpower_summary.pdf<br />
- Jain, Purnendra, Japan’s Subnational Governments in International Affairs, Routledge, 2005Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-62443239626901349502010-06-02T08:47:00.000-07:002010-06-02T08:47:26.571-07:00Diplomasi Setengah HatiOleh : Wahyu Mulyana Putra<br />
209000216<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
I.1 LATAR BELAKANG PERJUANGAN MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT<br />
<br />
Irian Barat, bagian dari pulau Irian namun kini lebih kita kenal dengan Papua, merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Terletak di paling timur Indonesia dan merupakan bagian dari nusantara. Pulau yang memiliki kekayaan alam yang amat melimpah itu di era 1949-1950 menjadi sengketa antara dua negara, yaitu Indonesia dan Belanda. Kekayaan sumber daya alam Irian Barat yang melimpah membuat Belanda tidak begitu saja ingin melepaskannya, karena dengan dilepaskannya Irian Barat, maka kepentingan perekonomian Belanda di Indonesia akan terganggu, dan secara otomatis pemasukan-pemasukan yang didapat Belanda dari Irian Barat pun akan berhenti seketika, dan tentu suatu kerugian besar bagi Belanda. Disisi lain Indonesia memandang bahwa Irian Barat sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. <br />
Sengketa Irian Barat tidak terlepas dari Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949. Dalam Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus sampai 2 November 1949, nampak amat jelas bahwa Belanda ingin memisahkan Irian Barat dengan Indonesia dan tetap menjadikan Irian Barat menjadi bagian dari wilayah Belanda. Ini terbukti Belanda kurang berminat merundingkan perihal kedaulatan Irian Barat, tetapi Belanda bersedia berunding soal perburuhan dan transportasi antara Irian Barat dan Indonesia <br />
Pendirian Belanda dalam mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah kekuasaannya mengacu pada kesepakatan yang menyatakan bahwa status quo Karesidenan Irian Barat harus dipertahankan dan jika memang harus ada pengalihan kedaulatan kepada RIS, maka status politik Irian Barat akan diputuskan melalui negosiasi antara RIS dengan Belanda. <br />
Bunyi kesepakatannya sebagai berikut :<br />
“The statusquo of the residentcy of New Guinea shall be maintained with the stipulation that in the transfer of the souverignity to the UNI Republic, the question of the political status of New Guinea will be determined through negotiation betweens the UNI Republic and The Kingdom of the Netherlands.”<br />
Keputusan penundaan ini memang nampak merupakan strategi Belanda yang mengharapkan Indonesia akan semakin kacau dan berpeluang kembali ke Indonesia melalui Irian Barat. Namun, dalam perjuangan merebut kembali Irian Barat, Indonesia pun tidak ingin menyerah begitu saja. Para pemimpin bangsa ini kala itu terus berusaha agar dapat memasukkan kembali Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Maka perjuangan merebut kembali Irian Barat dari tangan kolonialisme Belanda dilanjutkan. Pada tanggal 25 Maret sampai 1 April 1950 diadakan konferensi menteri-menteri Uni Indonesia – Belanda soal Irian Barat. Namun kegagalan kembali didapati Indonesia saat itu, Perundingan hanya menghasilkan kesepakatan membentuk semacam komisi gabungan di Irian Barat. Belanda masih tetap bersikukuh dan bersikap angkuh atas pengakuannya terhadap Irian Barat.<br />
Pada kabinet Natsir, perundingan kembali dilaksanakan. Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu Muhamad Rum berangkat ke Den Haag pada tanggal 4-23 Desember 1950, namun kembali pihak Belanda tetap mempertahankan pendiriannya sebagai penguasa Irian Barat sampai rakyat disana mampu untuk menentukan nasibnya sendiri.<br />
Dalam kabinet Sukiman perundingan bergulir kembali, awal Tahun 1952 delegasi Indonesia dipimpin Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo dengan anggotanya antara lain Soepomo dan Muhamad Yamin berjuang untuk mendapatkan kembali Irian Barat, namun pada akhir Februari 1952 delegasi kembali dengan kegagalan.<br />
Pada masa kabinet Ali Satroamidjodjo, di bulan Juni 1954 kembali dikirim delegasi Indonesia dibawah pimpinan Menteri Luar Negeri Sunaryo ke Belanda untuk menghapus UNI Indonesia Belanda dan penyelesaian kekuasaan Belanda di Irian Barat.<br />
Lagi-lagi masalah pengambilan kekuasaan atas Irian Barat terhadap Belanda kembali gagal. Belanda masih tetap dengan pendirian mereka bahwa hanya jika rakyat Irian Barat mampu menentukan nasib sendiri maka kekuasaan Belanda atas Irian Barat pun selesai. Perjanjian yang mencapai sebuah kesepakatan hanyalah penghapusan UNI Indonesia Belanda, karena kegagalan perundingan bilateral ini maka masalah Irian Barat diajukan ke Sidang Majelis Umum PBB yang juga ternyata gagal mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.<br />
Meskipun telah berulang kali perundingan antar kedua belah pihak Indonesia dan Belanda digulirkan, namun hingga pertengahan tahun 1956 kedua belah pihak belum juga mendapatkan titik temu, dan kala itu Presiden Soekarno mengatakan dalam pidatonya perlu diambil ‘langkah lain’ untuk memperoleh kembali Irian Barat.<br />
Dalam pidatonya di hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-11 itu, Bung Karno secara lantang mengatakan bahwa telah terbentuk provinsi Irian Barat dan pada sekitar tahun 1956 dan 1957, Bung Karno melakukan perjalanan keliling dunia dengan misi khusus, yaitu mengkampanyekan Irian Barat kepada dunia, dan menghimpun dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat internasional demi kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi, dan perjalanan Bung Karno ini seperti menjadi babak baru perjuangan Indonesia merebut kembali Irian Barat.<br />
<br />
I.2 RESEARCH QUESTION<br />
- Bagaimana sikap dunia dan akhir perjuangan Indonesia dalam merebut<br />
kembali Irian Barat ??<br />
- Apakah setelah kembalinya Irian Barat ke dalam kekuasaan RI, pemerintah Indonesia benar-benar memperhatikan Irian Barat seperti halnya daerah Indonesia yang lain ?<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
II.1 Babak Baru Perjuangan Merebut Irian Barat<br />
Ketika memasuki masa pemerintahan Djuanda atau kita kenal sebut Kabinet Djuanda, masa ini lah yang menjadi babak baru perjuangan Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat. Pada kebinet ini dari sisi internal, Indonesia memiliki strategi baru yang sebelumnya tidak pernah bisa di aplikasikan karena memang strategi ini adalah strategi yang amat berani mengingat negara kita baru saja terbentuk dan masih berumur remaja.<br />
Pada masa Kabinet Djuanda (1957), penunjukkan Subandrio sebagai Menteri Luar negeri saat itu, adalah suatu keputusan yang tepat. Ketika menduduki jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri, Subandrio langsung menyusun strategi untuk merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Bersama Perdana Menteri Ir. Djuanda yang juga merangkap sebagai Menteri Pertahanan, Subandrio menghasilkan sebuah strategi yang selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.<br />
Pada saat sidang PBB tahun 1957, Resolusi Indonesia kembali gagal mendapat dukungan 2/3 suara sehingga mulai saat itu, Menteri Luar Negeri Subandrio mengumumkan bahwa perihal penyelesaian masalah Irian Barat tidak akan lagi dibawa ke sidang PBB berikutnya. Indonesia akan melaksanakan konfrontasi dalam segala bidang, politik, ekonomi sambil memperkuat militer. Meskipun keputusan ini cukup berani dan riskan, seperti yang dikatakan Bung Hatta jauh-jauh hari sebelumnya, bahwa apabila sampai terjadi perang terbuka dengan Belanda, maka kapal-kapal perang kita tak lebih dari semacam kotak sabun, yang tidak bisa digunakan untuk berperang, namun keputusan dan strategi yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Subandrio saat itu tetap direstui oleh Presiden Soekarno.<br />
<br />
<br />
II.2 Membeli Senjata dari Uni Soviet<br />
Sekitar bulan Desember tahun 1957, dimulailah strategi yang disusun Menteri Luar Negeri Subandrio dijalankan. Pada masa itu, semua perusahaan-perusahaan milik Belanda yang terdapat di Indonesia diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan semua warga negara Belanda yang ada di Indonesia diusir dari tanah pertiwi ini. Lalu melanjutkan strategi tersebut dalam hal memperkuat militer, Indonesia bermaksud untuk membeli senjata kepada Amerika Serikat, namun ternyata pihak Amerika Serikat menunda penjualan senjata kepada Indonesia, dengan alasan takut akan digunakan Indonesia untuk menyerang Irian Barat.<br />
Dengan adanya kegagalan pembelanjaan senjata ke Amerika Serikat, maka saat itu Menteri Luar Negeri Subandrio tidak kehabisan akal, beliau mengusulkan agar Indonesia membeli senjata ke Uni Soviet dan pada 20 Desember 1950 dikirimlah Jend. A.H. Nasution ke Uni Soviet untuk membeli senjata. Dengan anggaran U$ 12,5 juta pada bulan Mei jend. Nasution kembali ke Soviet untuk menyelesaikan kelanjutan pembelian senjata tersebut. Tanpa diduga-duga sikap Uni Soviet saat itu amat hangat terhadap kedatangan Jend. Nasution sebagai utusan Indonesia. Sikap hangat itu tercermin dari dihamparkannya permadani merah, dihadiri para perwira tinggi militer Soviet, bahkan pimpinan partai komunis Soviet serta Perdana Menteri Kruschev ikut menyambut kedatangan Jend. Nasution sebagai lambang penghormatan. Uni Soviet menjual senjata termodern sama seperti negara-negara anggota Pakta Warsawa kepada Indonesia pada saat itu.<br />
Menganalisa penolakan penjualan senjata AS kepada Indonesia saat itu, tampaknya disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama AS tidak senang dengan politik netral Indonesia dalam pembendungan komunisme, AS tidak suka terhadap negara dunia ketiga yang bersikap netral. Kedua, Indonesia sebagai pemimpin negara-negara dunia ketiga dianggap sebagai salahsatu pencetus anti barat. Terakhir, AS melihat gejala semakin menguatnya PKI di Indonesia, maka dengan menjual senjata kepada Indonesia, sama artinya dengan mempersenjatai musuhnya. Dari dua sikap berbeda yang ditunjukkan oleh dua negara penguasa saat itu, Amerika Serikat dan <br />
Uni Soviet, apapun bentuk sikap dua kutub kekuatan (bipolar) tersebut, biar bagaimanapun menjadi bagian dari proses perjuangan Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat, yang cukup menentukan progresifitas dari strategi yang diterapkan Indonesia saat itu.<br />
II.3 Akhir Perjuangan Merebut Irian Barat<br />
19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA untuk pembebasan Irian Barat, masyarakat Indonesia memberikan sambutan hebat terhadap diumumkannya TRIKORA. Beribu sukarelawan Indonesia meminta dikirim ke Irian Barat. Segala persiapan kemungkinan terjadi perang terbuka antara Indonesia dengan Belanda, baik itu di darat, laut, maupun udara telah diperhitungkan matang-matang, Presiden Soekarno hanya tinggal mengumumkan hari-H penyerbuan, maka strategi penyerbuan tersebut siap dijalankan, namun tetap Presiden Soekarno tidak gegabah dalam mengumumkan hari-H penyerangan tersebut karena masih dijajaki kemungkinan perjuanagan merebut kembali Irian Barat bisa berhasil melalui diplomasi.<br />
Setelah diumumkannya TRIKORA pada tanggal 19 Desember 1961, maka begitu proaktifnya sikap negara lain atas penyelesaian konflik Irian Barat tersebut. Presiden Soekarno mendapat undangan untuk mengunjungi Inggris dan undangan tersebut disambut baik oleh Presiden Soekarno. Undangan Ratu Elizabeth kepada Presiden Soekarno menimbulkan kemarahan bagi Ratu Louis Emma Marie Wilhelmina Juliana, namun ini sebuah keuntungan tersendiri bagi Indonesia, lalu kunjungan Perdana Menteri Djuanda ke Yogoslavia pun amat progresif, Yugoslavia menunjukkan rasa simpati dan pengertian yang dihadapi Indonesia Perihal Irian Barat. Begitu pula Australia, ketika Menteri Luar Negeri Subandrio berkunjung ke Australia dan menanyakan satu pertanyaan yaitu, “apabila ada persetujuan antara Belanda dan Indonesia atas dasar jalan damai dan sesuai dengan aturan internasional yang berlaku, apakah Australia akan menentang persetujuan tersebut?” lalu tanggapannya begitu menggembirakan, “Australia tidak akan menentang persetujuan tersebut.” <br />
Maka, setelah lika-liku perjuangan merebut kembali Irian Barat mengalami banyak kerikil, mulai dari perundingan-perundingan marathon, diplomasi-diplomasi buntu, Bunker Plan, sampai pembentukan pemerintahan peralihan PBB, dan yang paling memanaskan suasana adalah insiden macan tutul di pulau Aru yang menewaskan Komodor Yos Soedarso, akhirnya setelah RI dan Belanda meratifikasi Persetujuan New York, maka pada 1 Mei 1963 UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) menyerahkan kekuasaan kepada Presiden Soekarno dan secara otomatis, sejak saat itu secara de facto, Irian Barat sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.<br />
II.4 Irian Barat Pasca Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi<br />
Setelah penyerahan kekuasaan atas Irian Barat kepada Indonesia oleh UNTEA pada<br />
1 Mei 1963, maka dinaikkanlah sang merah putih yang kita cintai di tanah Irian Barat. Sorak sorai rakyat Indonesia begitu bergemuruh layaknya geledek yang mengampar-ampar ke tanah. Irian Barat telah kembali ke tangan Indonesia. Saat itu tidak pernah terpikir sekali pun oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan para pemimpin Indonesia saat itu, bahwa akan ada kelompok separatis di Irian Barat, kelompok yang berjuang untuk melepaskan Irian Barat dari wilayah NKRI, kelompok yang begitu saja dengan mudahnya menyatakan ingin terlepas dari wilayah NKRI tanpa mengingat betapa beratnya perjuangan di era revolusi dahulu dalam merebut kembali Irian Barat dari tangan kolonialisme Belanda.<br />
Pada tanggal 31 Desember 1999, hampir 37 tahun setelah kembalinya Irian barat ke pangkuan Ibu Pertiwi, Presiden Abdurahman Wahid (Alm) dengan tidak banyak pertimbangan dan tanpa melalui prosedur yang sebagaimana mestinya menyetujui permintaan kelompok separatis Papua untuk mengubah nama ‘Irian’ menjadi ‘Papua’. Tuntutan perubahan itu diketahui bahwa menurut mereka, makna nama Irian adalah “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.” Mereka mengatakan nama Irian dengan makna seperti itu berkonotasi terlalu Indonesia, tuntutan seperti itu berarti bahwa kelompok separatis yang notabenenya merupakan warga negara Indonesia tiba-tiba bersikap “murtad”, tidak mengakui lagi bahwa mereka adalah warga negara Indonesia. Saat itu kaum separatis Papua juga menganggap bahwa Irian Barat bukan wilayah dari Hindia Belanda, jadi tidak bisa dinyatakan sebagai wilayah Republik Indonesia, itulah yang menjadi alasan konstitusi kaum separatis Papua ketika menuntut pemisahan Irian Barat dari Republik Indonesia.<br />
Berdasarkan keinginan kaum separatis Papua itu, saya ingin menganalisa dengan menarik indikator dasar mulai dari era orde baru, atau ketika rezim yang paling lama berkuasa di Indonesia, meskipun memang harus diakui bahwa keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI memang telah ada sejak RIS dibubarkan, yaitu sekitar tahun 1950-an, tetapi pada rezim inilah dimulai masa baru kehidupan Indonesia yang sudah tidak lagi berkutat pada masalah kedaulatan, baik itu secara de facto, maupun de jure. Keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI sebetulnya bukan hanya terjadi dikalangan masyarakat Papua, tetapi pernah diinginkan pula oleh masyarakat Aceh dan yang sampai benar-benar lepas dari wilayah NKRI adalah Timor-timur. <br />
Salah satu sebab utama keinginan kaum separatis itu ingin memisahkan diri dari NKRI adalah tidak adanya perlakuan yang adil oleh pemerintah pusat. Yang ada hanyalah penyedotan hasil-hasil sumber daya alam di daerah mereka, yang hasilnya hanya dirasakan oleh korporasi terkait dan hampir tidak menyentuh sama sekali masyarakat asli daerah tersebut. Terbukti bahwa menurut laporan investigasi New York Times, Freeport hanya menyisihkan 1% dari revenue tahunannya untuk dana pembangunan Papua. Selanjutnya adalah pemerintahan korup orde baru yang malah memanfaatkan keberadaan Freeport di Papua untuk memperkaya diri masing-masing tanpa memikirkan kesejahteraan masyarakat Papua, seperti yang didapat dari laporan investigasi New York Times bahwa Freeport telah mengeluarkan dana sebesar $20 juta dolar kepada para jenderal tentara dan polisi, kolonel, mayor, kapten, dan satuan-satuan militer, sedangkan para komandan secara perorangan menerima puluhan ribu dolar. Belum lagi kebijakan pemerintah orde baru yang pada saat itu mewajibkan penduduk Papua untuk menyediakan tanah bagi para transmigran yang berasal dari jawa, namun tidak ada insentif yang diberikan oleh pemerintah terhadap penduduk Papua, bahkan karena keadaan tersebut, muncul sebuah pameo yang berbunyi “apabila kita orang ingin listrik, maka kita orang harus beri tanah pada transmigran.” <br />
<br />
Belum lagi masalah kebijakan industrialisasi yang hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Keadaan ini membuat orang-orang Papua, khususnya pemuda sulit sekali mendapat akses untuk merubah kehidupan kearah yang lebih modern mengikuti perkembangan zaman dan masyarakat Indonesia lain yang memang telah terlebih dahulu mengecap modernisasi. Satu-satunya kesempatan yang ada hanyalah menjadi pegawai negeri, tetapi itu pun amat rentan praktik KKN dalam proses perekrutannya sehingga kembali membuat putra-putri Papua tersingkir.<br />
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan diatas, menjadi logis nampaknya apabila Irian Barat atau yang kini kita kenal dengan Papua ingin melepaskan diri dari wilayah NKRI. Ketidakadilan yang mereka terima selama puluhan tahun membuat mereka memilih untuk berpisah dari bagian republik ini. Mengherankan memang, masyarakat yang hidup berdampingan dengan tambang emas terbesar di dunia mengalami kehidupan yang amat terbelakang dan jauh dari kesejahteraan. Lantas untuk apa para pemimpin Indonesia saat itu berjuang mati-matian merebut kembali irian Barat jika setelah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi malah tidak mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sama dengan masyarakat di daerah-daerah Indonesia yang lain. Perjuangan diplomasi marathon pemimpin Indonesia dahulu nampak sia-sia karena pemerintah saat ini hanya mengurusi tanah Irian Barat tersebut dengan setengah hati. Melihat kondisi Indonesia yang seperti ini, kita seperti pernah diingatkan jauh-jauh hari dahulu oleh Bung Karno. Dahulu Bung Karno mengatakan, “Perjuanganku mudah karena melawan para penjajah, sedangkan perjuanganmu lebih sulit, karena melawan bangsa sendiri.” Kalimat itulah yang memang terjadi saat ini. Potret pemerintahan yang korup dan lebih berpihak pada korporasi asing tanpa mementingkan kesejahteraan rakyat, menyadarkan kita bahwa memang apa yang dikatakan Bung karno adalah benar adanya.<br />
Irian Barat sebuah tanah cantik nan kaya raya yang dulu diperjuangkan mati-matian oleh para pemimpin bangsa Indonesia kala itu, kini seakan anak tiri yang tiada mendapat peduli dari sang Ibu Pertiwi. Irian Barat yang dahulu membuang banyak tenaga, pikiran, dan konsentrasi agar dapat kembali, kini ingin bebas nan mandiri tanpa bantuan Ibu Pertiwi. Keadaan inilah yang terjadi pasca kembali ke pangkuan negeri ini, keadaan yang telah terjadi akibat ulah bangsa sendiri.<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
Betapapun keras perjuangan pemimpin kita dahulu dalam menyatukan bangsa ini dari Sabang sampai Merauke, nampak sia-sia apabila generasi selanjutnya tidak amanah dalam menjalankan roda pemerintahan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.<br />
Perjuangan merebut kembali Irian Barat adalah bukti betapa rumitnya menjaga kedaulatan bangsa ini secara utuh. Keinginan suatu daerah untuk memisahkan diri dari bagian NKRI adalah satu sisi kebobrokan pemimpin bangsa ini yang harus segera dibenahi agar tidak terjadi lagi disintegrasi wilayah negara kesatuan kita. Keadaan yang terjadi saat ini merupakan akumulasi dari keteledoran-keteledoran atau bahkan mungkin pembiaran ketimpangan perekonomian antara pusat dengan daerah yang amat jauh.<br />
Mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi, yakni lepasnya salah satu wilayah NKRI yaitu Timor Timur, maka tidaklah boleh terulang kembali dalam kasus Papua ini. Papua harus dipertahankan sampai titik darah penghabisan. Sampai kapanpun Indonesia harus tetap dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote, disertai dengan terciptanya janji-janji kemerdekaan yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dengan berdasarkan Pancasila, maka tidaklah sia-sia perjuangan para pemimpin kita terdahulu merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Maka bukanlah sebuah kesia-siaan diplomasi marathon yang terjadi dalam proses merebut kembali Irian Barat, apabila pemerintah Indonesia saat ini, tidak mengurusnya dengan setengah hati.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
1. Soetrisno Lukman, Konflik Sosial, Yogyakarta: Tajidu Press, Maret 2003<br />
2. Subandrio, Meluruskan Sejarah Perjuangan Irian Barat, Jakarta: Yayasan Kepada Bangsaku,<br />
2000 dan 2001<br />
3. Robert C. Bone, Jr. The Dynamic of Western New Guinea (Irian Barat) Problem, Modern<br />
Indonesian Project, New York: Department of Far Eastern Studies, Cornell University, 1958<br />
4. Ide Anak Agung Gde Agung, twenty Years Indonesian Foreign Policy 1945-1965,<br />
Yogyakarta: Dutawacana University Press, 1990<br />
<br />
5. “The Cost of Gold, the Hidden Payroll: Below a Mountain of Wealth, a River of Waste,” The<br />
New York Times, 27 Dec 2005<br />
<br />
6. Pewarta Djakarta, Arti Irian Barat Djika Perang Petjah, 16 Mei 1954Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-55807289392632054812010-06-02T08:32:00.001-07:002010-06-02T08:32:42.730-07:00UAS Pengantar diplomasiNama : Gilang Rana (207000086)<br />
<br />
<br />
HUBUNGAN KERJASAMA KEAMANAN<br />
INDONESIA – AUSTRALIA PASCA PERISTIWA BOM BALI I<br />
( PERIODE 2002 – 2004 )<br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
<br />
1.1 Latar Belakang Masalah<br />
<br />
Republik Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berada tepat di bawah garis khatulistiwa dan juga berada di antara benua Asia dan Australia serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2006, jumlah penduduk Indonesia sekitar 222 juta jiwa dengan luas wilayah sekitar 1,904,569 km2. <br />
<br />
Australia atau Negara Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia merupakan sebuah negara yang juga nama benua terkecil di dunia. Secara geografis, disebelah utara Australia berbatasan dengan Indonesia, Timor Leste, dan Papua Nugini, Pulau Solomon. Australia juga berbatasan dengan Pulau Solomon, Vanuatu dan Kaledonia Baru di sisi timur, serta berbatasan dengan Selandia Baru di bagian tenggara. Jumlah penduduk Australia sekitar 20,4 juta jiwa. <br />
<br />
Indonesia dan Australia merupakan dua negara yang secara geografis wilayahnya berdekatan. Bahkan dapat dikatakan bahwa Australia secara tidak resmi masuk dalam kawasan Asia Tenggara dikarenakan kedekatan wilayah. Namun apabila dilihat dari segi sosial dan budaya, Indonesia dan Australia memiliki budaya yang berbeda. Baik dari fisik maupun budaya, Australia sesuai dengan budaya Barat. Sedangkan Indonesia merupakan budaya Asia atau Timur.<br />
<br />
Kedekatan wilayah Indonesia dan Australia membuat kedua negara memiliki hubungan kerjasama yang kuat terutama pada aspek keamanan. Hubungan kerjasama keamanan yang dilakukan kedua negara bertujuan untuk melindungi stabilitas masing-masing negara yang saling berkaitan dan berpengaruh karena adanya kedekatan wilayah. Namun hubungan kerjasama kedua negara juga mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika hubungan kedua negara.=<br />
Salah satu faktor yang sempat membuat hubungan Indonesia dan Australia menjadi kurang baik adalah peristiwa bom Bali I di Indonesia. Peristiwa bom Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002. Bom tersebut meledak di dua buah kafe di Bali yaitu Paddy's Bar dan Sari Club. Peristiwa tersebut terjadi di malam hari disaat banyak masyarakat maupun wisatawan lokal dan asing yang sedang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di tempat tersebut.<br />
<br />
1.2 Perumusan Masalah<br />
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :<br />
1. Bagaimana dampak peristiwa Bom Bali I terhadap hubungan kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia (2002-2004) ?<br />
<br />
1.3 Kerangka Pemikiran<br />
Hubungan kerjasama keamanan Indonesia dan Australia perlu dijalin untuk menjaga dan mempertahankan keamanan masing-masing negara. Pada tahun 1990-an dunia mengalami suatu situasi yang disebut masa pasca perang dingin, dimana berakhirnya masa perang dingin yang ditandai dengan berakhirnya kekuasaan bipolar antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, jatuhnya kekuatan Uni Soviet, serta runtuhnya tembok Berlin.<br />
Pada masa pasca perang dingin, konsep keamanan mengalami perluasan makna. Ada tiga konsep kemanan yang berkembang pada pasca perang dingin yaitu: <br />
1. Common Security : konsep keamanan yang masih berkonsentrasi pada kekuatan militer yang memperbolehkan setiap negara mengembangkan persenjataan demi kepentingan pertahanan dan bukan digunakan untuk mengancam negara.<br />
2. Cooperative Security : konsep keamanan yang lebih berpusat pada menjaga keamanan serta mengantisipasi ancaman kemanan dengan melakukan hubungan kerjasama keamanan dengan pihak yang mengancam atau pihak yang sama-sama terancam.<br />
3. Comprehensive Security : konsep keamanan yang dilakukan secara global yang membahas segala isu (non-militer) yang berkaitan dengan isu militer.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
2.1 Dampak peristiwa bom Bali I terhadap hubungan Australia-Indonesia<br />
<br />
Peristiwa bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 merupakan sebuah tragedi yang sangat mengejutkan dunia internasional terutama Indonesia, karena pemboman tersebut terjadi di Indonesia. Peristiwa pemboman ini memperlihatkan akan adanya perkembangan terorisme internasional. Dilihat dari tempat dan korban pemboman, sasaran dari para teroris tidak hanya tertuju pada warga negara Indonesia melainkan sasaran bom tersebut adalah warga negara asing, terutama Australia.<br />
<br />
2.1.1 Dampak terhadap Indonesia<br />
<br />
Banyaknya korban yang merupakan warga negara Australia membuat pemerintah Australia mendesak pemerintah Indonesia agar bertanggungjawab dan menemukan pelaku pemboman tersebut. Kebijakan yang langsung diambil pemerintah Australia sesaat setelah terjadinya pemboman tersebut adalah dengan mengeluarkan travel warning kepada warga negaranya untuk tidak melakukan perjalanan ke Indonesia. <br />
<br />
Travel warning yang diberlakukan pemerintah Australia, jelas mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama Bali. Selama ini, pariwisata Bali merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Bali. Sekitar 57 persen perekonomian Bali berasal dari sektor pariwisata. Sehingga pemberlakuan travel warning tersebut dapat menurunkan perekonomian Bali. Pada tahun 2001, product domestic regional bruto (PDRB) mencapai Rp 10,5 triliyun. Dapat dipastikan, setelah peristiwa bom Bali I, pendapatan provinsi Bali akan mengalami penurunan yang tajam.<br />
Walaupun sekitar 30-35 persen wisatawan Bali adalah wisatawan lokal, tidak berpengaruh pula bagi pariwisata di Bali. Karena peristiwa pemboman yang terjadi di Bali membuat masyarakat Indonesia tidak ingin melakukan perjalanan, terutama Bali. Keadaan ini semakin memperburuk perekonomian sekaligus citra Bali sebagai tempat tujuan pariwisata yang banyak diminati oleh wisatawan asing maupun lokal.<br />
Selain itu, peristiwa bom Bali I juga berpengaruh terhadap investasi yang ditanamkan para investor asing di Indonesia. IHSG Indonesia mengalami penurunan sebanyak 10%. Nilai tukar rupiah juga mengalami penurunan dari sekitar Rp9.070 per dolar AS pada 11 Oktober 2002 menjadi sekitar Rp9.480 per dolar AS pada 15 Oktober 2002, atau terdepresiasi sekitar 410 poin. <br />
Bagi Indonesia, peristiwa bom Bali I juga memberikan citra buruk kepada Indonesia. Negara Indonesia dianggap sebagai negara sasaran teroris dan juga sebagai sarang teroris. Hal ini juga memunculkan tekanan dari dunia internasional kepada Indonesia agar segera menyelesaikan kasus ini, terutama dalam menemukan para pelaku peristiwa bom Bali I. Banyaknya korban dalam peristiwa tersebut juga menimbulkan anggapan bahwa pemerintah Indonesia tidak dapat melindungi warga negara asing yang berada di negaranya. <br />
<br />
Peristiwa bom Bali I yang menewaskan korban paling banyak warga negara Australia menjadi beban moril tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Sehingga pemerintah Indonesia merasa untuk bertanggungjawab lebih kepada pemerintah Australia. Peristiwa bom Bali I memperlihatkan lemahnya infrastruktur keamanan Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih membutuhkan dukungan negara lain untuk menangani terorisme. Oleh karena itu, Indonesia menjalin kerjasama keamanan dengan Australia. Kerjasama keamanan dengan Australia dilandasi karena adanya kedekatan geografi sehingga dapat mempermudah kerjasama kedua negara. <br />
<br />
2.1.2 Dampak terhadap Australia<br />
<br />
Selain terhadap Indonesia, peristiwa bom Bali I juga berdampak buruk terhadap Australia. Dampak yang paling nyata yaitu korban dalam peristiwa pemboman itu paling banyak merupakan warga negara Australia. Sekitar 88 warga negara Australia yang tewas dalam peristiwa pembomam itu. Belum lagi yang cedera ataupun luka-luka. <br />
<br />
Dengan adanya persitiwa ini, membuat Australia untuk lebih menjaga serta melindungi hak-hak warga negaranya yang berada di luar negaranya terutama Indonesia. Tidak dipungkiri, bahwa kedekatan geografis membuat warga negara Australia sering kali berkunjung maupun menetap di Indonesia. Selain itu, Australia dan Indonesia juga memiliki program beasiswa dan pertukaran pelajar sehingga banyak warga negara Australia yang berada di Indonesia.<br />
<br />
Pemerintah Australia menganggap bahwa ancaman terorisme yang ditujukan kepada negaranya sepertinya tidak terlepas dari kedekatan hubungan Australia dan Amerika Serikat. Persamaan dalam penerapan ideologi pada sistem politik masing-masing negara, Australia dianggap sebagai perpanjangan tangan atau kaki tangan dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat.<br />
<br />
2.2 Realisasi hubungan kerjasama keamanan Indonesia-Australia pasca peristiwa bom Bali I<br />
<br />
Dampak buruk peristiwa bom Bali I yang diterima oleh Australia dan Indonesia, membuat kedua negara berinisiatif untuk meningkatkan hubungan kerjasama keamanan diantara kedua negara. Hubungan kerjasama keamanan antara Australia dan Indonesia dapat terwujud karena adanya persamaan kepentingan nasional. Persamaan kepentingan kedua negara yaitu menanggulangi isu terorisme. Sehingga kerjasama yang dilakukan kedua negara akan dalam bentuk common security. <br />
Hubungan kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia pasca peristiwa bom Bali I diawali dengan adanya kesepakatan Memorandum of Understanding (MoU) pada 7 November 2002. Berdasarkan MoU yang telah disepakati, terlihat bahwa adanya keinginan kedua negara untuk mengadakan kerjasama dalam mencegah tindak kejahatan terorisme.<br />
<br />
MoU tersebut juga merupakan kerangka rencana kerjasama Indonesia- Australia dalam sektor pertahanan, keamanan, intelijen dan para agen penegak hukum dari kedua negara. Dalam MoU tersebut, kerangka kerjasama Indonesia-Australia dalam menangani isu terorisme meliputi : <br />
<br />
• Pertukaran arus informasi badan intelejen masing-masing negara<br />
• Perluasan jaringan kerjasama<br />
• Mengadakan program pelatihan serta pendidikan anti-terorisme <br />
<br />
MoU ini merupakan landasan Indonesia dan Australia dalam menerapkan kerjasama keamanan kedua negara dalam menghadapi isu terorisme. Kerangka kerjasama yang telah dibuat, juga membutuhkan komitmen dan partisipasi seluruh lembaga pemerintah kedua negara, seperti badan imigrasi dan bea cukai yang dapat berfungsi untuk mengawasi arus kegiatan lintas-batas negara antara Indonesia dan Australia.<br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
Peristiwa bom Bali I merupakan sebuah tragedi terorisme terbesar setelah serangan 11 September 2001 di Amerika. Kedua peristiwa pemboman tersebut yang kemudian disusul dengan pemboman lainnya seperti J.W Marriot tahun 2003 dan pemboman di Kudataan Besar Australia tahun 2004, menandai bahwa keberadaan jaringan terorisme internasional semakin berkembang dan secara tegas melakukan perlawanan kepada pihak-pihak yang tidak disukai oleh para terorisme.<br />
Semakin meningkatnya perkembangan terorisme di internasional, membuat Indonesia dan Australia sebagai sasaran teorisme, menyadarkan kedua negara untuk meningkatkan kerjasama keamanan terutama dalam mencegah serta menanggulangi tindak kejahatan terorisme. Oleh karena itu, pasca peristiwa bom Bali I, Australia dan Indonesia mulai melakukan implementasi kerjasama keamanannya seperti mendirikan JCLEC pada tahun 2004.<br />
Hubungan kerjasama keamanan Indonesia dan Australia merupakan sebuah bentuk kerjasama keamanan cooperative security yang menekankan pada kerjasama terhadap pihak yang merasa terancam. Sehingga dalam pencegahan terhadap para teroris dapat dilakukan secara efektif. Selain itu, kerjasama ini dapat terwujud karena adanya persamaan kepentinagan di antara kedua negara, yaitu sama-sama memerangi tindak kejahatan terorisme. Namun selain itu, dimungkinkan adanya kepentingan nasional masing-masing negara terhadap kerjasama keamanan tersebut.<br />
Hubungan kerjasama keamanan kedua negara juga dapat berpengaruh terhadap perbaikan hubungan bilateral kedua negara. Indonesia dan Australia dapat dikatakan memiliki hubungan yang tidak selalu berjalan dengan harmonis. Salah satu penyebabnya yaitu sekitar tahun 1997 saat adanya gerakan separatis yang terjadi di Timor Timur (Indonesia), pemerintah Indonesia menganggap bahwa Australia dianggap memberi dukungan kepada gerakan separatis Timor Timur. Oleh karena itu, selain untuk menanggulangi isu terorisme, kerjasama keamanan yang dijalin Australia dan Indonesia juga dapat memeprbaiki hubungan bilateral kedua negara.<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR REFERENSI<br />
<br />
<br />
<br />
Buku<br />
Australian Government, Transnational Terrorism: The Threat to Australia, 2004.<br />
<br />
Columbis, Thedore A, Wolfe, James H, Pengantar Hubungan Internasioanl : Keadilan dan Power, Abardin, Bandung, 1990.<br />
<br />
Djalil,Anwar, Prospek Kerjasama Keamanan Indonesia-Australia Dalam Rangka Memantapkan Stabilitas Regional, Lemhanas, 1997.<br />
<br />
Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation, Semarang, Indonesia, 2004.<br />
Viotti, Paul R & Kauppi, Mark V, International Relations and World Politics : Security, Economy, Identity, Prentice Hall, 1997.<br />
<br />
<br />
Modul<br />
Chandrawati, DRA. Nuraini, Modul Pengkajian Strategi, Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Prof.DR.Moestopo (Beragama).<br />
<br />
Rindu, Ayu, Modul Politik Luar Negeri, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Al-Azhar Indonesia.<br />
<br />
<br />
Internet<br />
Bom Bali 2002 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bom_Bali_2002 yang diakses 30 Desember 2009 pukul 22.00 WIB.<br />
Bombing to Economy Learning dalam <br />
Dibalik Membaiknya Australia dalam http://www.inilah.com/berita/politik/2008/10/10/54120/di-balik-membaiknya-australia/ yang diakses 31 Desember 2009 pukul 02.55 WIB.<br />
Dampak Domino Bom Bali dalam http://www.rumahtulisan.com/21/04/2002/bali/dampak-domino-bom-bali.html yang diakses 03 Januari 2009 pukul 21.42 WIB.<br />
Bursa Saham Setelah Kenaikan BBM dan Bom Bali dalam http://www.suaramerdeka.com/harian/0510/03/eko04.htm yang diakses 31 Desember 2009 pukul 02.49 WIB.<br />
Peluang dan Tantangan Hubungan Bilateral Indonesia-Australia dalam http://www.kbri-canberra.org.au/speeches/2004/041206civitas.htm yang diakses 31 Desember 2009 pukul 03.12 WIB.Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-14666658854838792332010-06-02T08:27:00.001-07:002010-06-02T08:27:41.907-07:00ASEAN sebagai Sarana Diplomasi Indonesia mencapai Ketahanan Regional demi Pembangunan Ekonomi Nasional<div style="text-align: center;"><meta content="" name="Title"></meta> <meta content="" name="Keywords"></meta> <meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta> <meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta> <meta content="Microsoft Word 2008" name="Generator"></meta> <meta content="Microsoft Word 2008" name="Originator"></meta> <link href="file://localhost/Users/Dillo/Library/Caches/TemporaryItems/msoclip/0/clip_filelist.xml" rel="File-List"></link> </div><div style="text-align: center;"><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Courier New";
panose-1:2 7 3 9 2 2 5 2 4 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 2 1 2 1 8 4 8 7 8;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 65536 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-link:"Footnote Text Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-link:"Header Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{mso-style-link:"Footer Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 207.65pt right 415.3pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
span.MsoFootnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
vertical-align:super;}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.FooterChar
{mso-style-name:"Footer Char";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Footer;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
span.FootnoteTextChar
{mso-style-name:"Footnote Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Footnote Text";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
span.HeaderChar
{mso-style-name:"Header Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Header;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:70.9pt 70.9pt 70.9pt 70.9pt;
mso-header-margin:35.45pt;
mso-footer-margin:35.45pt;
mso-page-numbers:0;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:337777542;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1286859450 2013575968 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:39.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1
{mso-list-id:472718183;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-565168242 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:148.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1305551578;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1904349950 -1464796146 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:1950578962;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-656912806 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </div>Nama : Dillo Raditya<br />
NIM : 209000285<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
<b><span lang="IN">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="IN">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">I.1. Latar Belakang<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Warisan Orde Lama yang ditinggalkan oleh rezim Soekarno ternyata cenderung membawa citra buruk terhadap nama Indonesia di mata internasional. Kasus-kasus seperti</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">konfrontasi dengan Malaysia dan poros politik luar negeri Indonesia yang cenderung mengarah ke kiri merupakan contoh p</span><span lang="IN">osisi konfrontatif Indonesia yang membuat posisi <i>bargaining</i> politik Indonesia menjadi semakin sulit ditambah lagi inflasi yang sangat tinggi menimbulkan instabilitas ekonomi dalam negeri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Tugas berat yang diamanatkan oleh rezim Orde Lama kepada Orde Baru ini tentunya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap nasib bangsa Indonesia. Fokus utama yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia ialah bagaimana cara memperbaiki citra Indonesia di mata dunia supaya dapat menjalin kerjasama internasional terutama dalam bidang ekonomi yang menjadi fokus utama diplomasi pada masa Orde Baru.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Demi mencapai kepentingan nasionalnya, Indonesia harus terlebih dahulu memfokuskan perbaikan citra (<i>image</i>) di mata dunia, di mana Indonesia berusaha memprakarsai isu besar yaitu menjadi salah satu prakarsa dalam pendirian ASEAN. Hal ini dilakukan Indonesia supaya <i>image</i> Indonesia dapat berangsur-angsur pulih, sehingga dapat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Lewat ASEAN, Indonesia berharap dapat menunjukkan orientasi baru kebijakan luar negerinya kepada dunia dan sebagai langkah awal untuk mencapai stabilitas regional guna membangun ketahanan ekonomi regional.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><o:p></o:p><b><span lang="IN"><o:p></o:p>I.2. Pertanyaan Makalah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini mencoba menjawab pertanyaan, <b>bagaimana diplomasi Indonesia dalam mengupayakan ASEAN sebagai sarana yang dipakai Indonesia untuk menjaga stabilitas regional yang berdampak pada ketahanan ekonomi regional dengan menggunakan konsep ketahanan regional (<i>regional resilience</i>)</b></span><b>.<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">I.3. Kerangka Konsep<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Konsep ketahanan nasional (<i>national resilience</i>) merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Presiden Soeharto untuk meningkatkan kapabilitas suatu negara dan juga masyarakat di dalamnya dalam berbagai bidang dengan usaha-usaha nasional untuk mempertahankan negaranya tetap aman dan dalam waktu yang bersamaan mempertahankan identitas nasionalnya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn1" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></a> Ketahanan nasional ini juga dapat diartikan sebagai kondisi dinamis suatu bangsa yang mampu mengembangkan kekuatan secara nasional untuk menghadapi tantangan, hambatan, ancaman, dan gangguanyang datang, baik dari dalam maupun dari luar, yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn2" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[2]</span></a> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Pentingnya ketahanan nasional (<i>national resilience</i>) yang ditunjang oleh keamanan dan stabilitas domestik ini kemudian diadopsi oleh kawasan regional melalui keberhasilan Presiden Soeharto dalam memasukkan konsep <i>national resilience</i> menjadi ketahanan regional (<i>regional resilience</i>) ke dalam Bali Concord pada 1976 dan ke dalam Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC). Konsep <i>regional resilience</i> dalam suatu kawasan bukanlah suatu hal yang sederhana. Untuk mentransformasikan <i>national resilience</i> menjadi <i>regional resilience </i>diperlukan komitmen yang kuat dalam melakukan kerjasama regional yang terutama tercermin dalam kerangka kerja suatu organisasi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn3" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[3]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="IN"><o:p></o:p></span><b><span lang="IN"><o:p></o:p>BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="IN">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">II.1. ISI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 13.5pt; text-align: justify;"><b><span lang="IN">II.1.a. Awal Terbentuknya ASEAN <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Regionalisme Asia Tenggara dan politik luar negeri Indonesia pertama kali dimunculkan Dr. Abu Hanifah ketika Asian Relation Conference berlangsung di New Delhi tahun 1947 yang muncul sebagai jawaban atas kepercayaan para anggota delegasi Asia Tenggara bahwa negara-negara besar seperti India dan Cina tidak dapat diharapkan untuk mendukung perjuangan nasional mereka.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn4" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[4]</span></a> Regionalisme di kawasan Asia Tenggara ini bermula dari rasa ketidakpercayaan diri negara-negara di kawasan tersebut untuk melawan penjajah dan untuk memperjuangkan negara mereka dari penjajah tanpa adanya usaha bersama dalam satu kawasan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Pada awalnya untuk menciptakan rasa percaya di antara sesama negara-negara di kawasan Asia Tenggara bukanlah suatu hal yang mudah, hal ini di dasari oleh bukti historis akan adanya konflik-konflik yang pernah terjadi di masa lalu misalnya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, konflik teritorial antara Malaysia dan Filipina mengenai wilayah Sabah, dan juga berpisahnya Singapura dari negara federasi Malaysia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Namun pada akhirnya rasa curiga ini mereda yang membawa dampak positif terhadap pembentukan kerjasama regional di Asia Tenggara. P</span><span lang="IN">ertemuan-pertemuan konsultatif yang dilakukan secara intensif antara para Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand menghasilkan rancangan <i>Joint Declaration</i>, yang mencakup kesadaran akan perlunya meningkatkan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara baik serta membina kerjasama yang bermanfaat di antara negara-negara yang sudah terikat oleh pertalian sejarah dan budaya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn5" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[5]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Ternyata hasil rancangan <i>Joint Declaration</i> tersebut mendatangkan hasil yang tidak sia-sia. Atas prakarsa lima negara pendiri yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand terciptalah sebuah Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (<i>Association of South East Asian Nations/ASEAN</i>) pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok. Awal terbentuknya ASEAN ini masih terfokus kepada pembangunan rasa saling percaya (<i>confidence building</i>) untuk menggalang kerjasama yang kooperatif namun belum integratif. Setelah rasa percaya antara negara-negara anggota terbangun maka akan lebih mudah untuk melakukan kerjasama di berbagai bidang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 13.5pt; text-align: justify;"><b><span lang="IN">II.1.b. Sikap Indonesia Pada Masa Awal Pembentukan ASEAN <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Indonesia melalui ASEAN telah menunjukkan perubahan dalam </span><span lang="IN">posisi (<i>stance</i>) yang konfrontatif menjadi kooperatif dalam dunia internasional. Tindakan kooperatif Indonesia ini sedikit demi sedikit telah memperbaiki citra Indonesia di mata internasional. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peran Indonesia di ASEAN yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -15pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sikap Presiden Soeharto yang tidak ingin mendominasi dan mempromosikan <i>equality</i>. Hal ini dapat dilihat dari sikap Presiden Soeharto yang menolak dijadikan sebagai “<i>Father of ASEAN</i>” yang mengakibatkan meningkatnya kepercayaan antar negara anggota.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn6" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[6]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -15pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain itu Presiden Soeharto juga mencetuskan konsep ketahanan nasional (national resiliance) yang mengatakan, “I feel that national resiliance is only answer to the challenges posed by a world still dominated by tension...” Konsep di atas pada akhirnya menjadi konsep penting yang diadopsi oleh ASEAN di mana konsep ketahanan domestik suatu negara menjadi prioritas ASEAN dengan melihat bahwa ketahanan regional dapat tercapai apabila ketahanan nasional juga tercapai.</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn7" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">[7]</span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -15pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan dalam arah kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia yang mengakibatkan Indonesia lebih membuka diri terhadap negara-negara lain. Dengan demikian hal ini menunjukkan bagaimana Indonesia berusaha melakukan <i>multi track diplomacy </i>untuk mengembalikan kredibilitasnya di mata regional dan internasional.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -15pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adam Malik dan beberapa diplomat Indonesia lainnya ikut berpartisipasi dalam menyusun <i>paper concept</i> dalam ASEAN. Selain itu mereka juga berpartisipasi dalam mempromosikan ASEAN dengan cara berkeliling mengunjungi ibu kota negara-negara di Asia Tenggara. Keberhasilan lain yang telah dilakukan oleh Indonesia yaitu dalam mempersatukan ASA (<i>Association of Asia</i>) dengan ASEAN pada tanggal 28-29 Agustus 1967.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -15pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Posisi strategis politik luar negeri Indonesia berhasil menarik anggota baru untuk ikut bergabung ke dalam ASEAN dan juga mendirikan stabilitas antar anggotanya. Hal ini dapat terlihat misalnya ketika terjadi invasi oleh Vietnam di Kamboja 1970 dan 1980. Berkat ikatan kuat antara Indonesia dan Vietnam akhirnya <i>Jakarta Informal Meeting</i> dapat terlaksana.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -15pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Indonesia juga menjadi tuan rumah dalam </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">deklarasi ASEAN di Bali (<i>Bali Concord</i>) dan <i>Treaty of Amity and Cooperation </i>(TAC) pada tanggal 24 Februari 1976. Serta demi menunjukkan komitmennya, Indonesia masih tetap hadir dalam ASEAN Summit ke-3 di Filipina walaupun sedang terjadi ketidakstabilan politik di Indonesia. Wujud nyata kehadiran Indonesia pada waktu itu memicu negara lain untuk datang sehingga konferensi itu tetap berlanjut. Hal-hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa Indonesia telah menunjukkan partisipasi aktifnya </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">demi tericiptanya solidaritas di dalam kawasan ASEAN.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn8" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[8]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Usaha-usaha yang dilakukan oleh Indonesia melalui ASEAN dapat membantu mengembalikan dan menjaga kredibilitas Indonesia di mata dunia internasional. Di mana pada saat itu, kebijakan luar negeri konfrontatif dari Presiden Soekarno, misalnya konfrontasi dengan Malaysia, membangun <i>image </i>buruk terhadap Indonesia sebagai negara <i>expansionist</i> dan agresif, sehingga hal itu sangat berpengaruh pada perkembangan ekonomi dalam negeri. Untuk mengembalikan perkembangan ekonomi dan stabilitas politik, maka arah dalam kebijakan luar negeri harus dijadikan suatu <i>means</i> untuk menarik bantuan ekonomi dan investasi yang berasal dari pihak asing. Dengan adanya ASEAN, Presiden Soeharto berusaha untuk mengembalikan kredibilitas Indonesia di antara negara ASEAN dan menjadi simbol nyata komitmen Indonesia dalam mengubah citra diri di mata internasional. Dalam hal ini ASEAN sangat membatu Indonesia dalam menciptakan image baik sebagai negara berkembang yang damai dan mempunyai stabilitas politik kepada negara pendonor dan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">II.1.c. Peran Indonesia dalam Menciptakan Stabilitas Regional Melalui ASEAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Stabilitas regional adalah alasan utama yang mendasari keberadaan ASEAN, di mana faktor keamanan dianggap penting untuk mempertahankan kesinambungan pembangunan. Akan tetapi, bukan berarti ASEAN merupakan sebuah pakta pertahanan,<i> </i>namun lebih ke arah bagaimana ASEAN dapat mencapai tujuan utamanya melalui regional “<i>peace and stability</i>”, melalui penghargaan atas keadilan dan hukum antar negara. Bagi Indonesia, diplomasi ASEAN dimanfaatkan sesuai dengan keadaan pada saat itu, di mana setelah pergantian kepemimpinan oleh Presiden Soeharto, kepemimipinan Orde Baru memiliki dua sasaran utama, yang pertama yaitu pengembangan ekonomi yang hancur dan pengakhiran kebijakan luar negeri dan<i> stances </i>yang konfrontasional. Kemudian yang kedua adalah pengakhiran konfrontasi dengan Malaysia dan membantu mempererat hubungan baik dengan negera tetangga, yang dianggap penting untuk mencapai sasaran utama. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Masalah keamanan dengan prinsip “Ketahanan nasional” yang dibawa ke dalam forum ASEAN menjadi “ketahanan regional” ini pertama kali dibicarakan dalam pertemuan pemimipin ASEAN tahun 1976 di Bali yang menghasilkan <i>ASEAN Concord </i>dan<i> Treaty of Amity and Cooperation</i> (TAC) di Asia tenggara. Inti dari hasil pertemuan ini menegaskan tentang pentingnya prinsip ketahanan negara diterapkan dalam kebijakan masing-masing negara yang akhirnya menghasilkan ketahanan regional. Interprestasi dalam perjanjian ini menegaskan tentang pendekatan keamanan di ASEAN tentang tugas masing-masing negara untuk bertanggung jawab mereduksi ancaman terhadap kestabilan keamanan negaranya yang juga berpengaruh terhadap kestabilan keamanan regional. </span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Di dalam menciptakan stabilitas regional Indonesia cenderung memiliki kepentingan besar dengan ASEAN sebagai perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara sebagai pencipta stabilitas keamana regional yang dapat ditempuh dengan cara<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn9" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[9]</span></a>:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ZOPFAN (<i>Zone of Peace Freedom and Neutrality</i></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">), di mana forum ini merupakan bentuk <i>joint actions </i>untuk<i> </i>memastikan kondisi keamanan dan kedamaian, untuk menciptakan rasa aman dan <i>respect, </i>serta mencegah konflik antar negara ASEAN supaya tidak berlanjut, maka dari itu ZOPFAN dideklarasikan atas cerminan <i>Non-interference policy</i>. Walaupun pada akhirnya penafsiran terhadap ZOPFAN ini berbeda-beda oleh setiap negara sesuai dengan kepentingan nasionalnya masing-masing. Contohnya Indonesia menafsirkan ZOPFAN ini sebagai ketahanan regional yang dikembangkan melalui pembinaan ketahanan nasional masing-masing anggota ASEAN.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn10" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[10]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Treaty of Amity and Cooperations (TAC) yang diselenggarakan pada tanggal 24 Februari 1976 di Indonesia. Inti dari perjanjian ini adalah bentuk komitmen dari negara-negara anggota ASEAN atas <i>non-interference </i>terhadap kebijakan<i> </i>politik internal dan juga penyelesaian konflik secara damai melalui pembentukan <i>High Council of Ministerial-Level Representatives </i>(sejenis peradilan tingkat ASEAN). Dalam <i>framework</i> yang sama, TAC diproposalkan oleh Indonesia supaya tercipta rasa aman karena ZOPFAN dianggap tidak terlalu mengikat sehingga perlu diadakan komitmen tambahan yaitu dengan adanya TAC. Selain itu, TAC juga menyediakan <i>legal framework</i> bagi pelaksanaan keamanan hubungan ekonomi. Selain mengadakan TAC, ASEAN juga mengadakan banyak program keamanan, misalnya <i>Nuclear Weapons Free Zone</i>, ASEAN regional Forum, Forum of Defence Ministers, etc, yang mana fokus diplomasi Indoenesia disini adalah mencapai keamanan regional untuk </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">pembangunan ekonomi</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ASEAN juga menciptakan keharmonisan dan stabilitas regional antar negara anggota ASEAN dengan cara membangun rasa percaya (<i>confidence building</i>) di antara sesama negara anggota. Hal ini sangat membantu untuk menjaga keamanan regional, yang tercermin dalam <i>Treaty of Amity and Cooperation in South East Asia </i>(TAC) yang ditandatangani di Bali 1976. ASEAN memang bukan organisasi keamanan, namun berfungsi sebagai <i>security buffer</i>, di mana bagi Indonesia, ASEAN telah mengurangi <i>danger zone</i> dalam wilayah kawasan. Walaupun ASEAN tidak selalu berhasil dalam mencegah konflik bilateral, namun dengan adanya ASEAN, konflik potensial dapat mencegah terjadinya perang terbuka. Posisi penting ASEAN untuk menjaga keamanan regional merupakan salah satu faktor penting untuk membantu perkembangan ekonomi dalam negeri karena jika stabilitas ekonomi tidak akan dapat tercapai jika stabilitas keamanan regional terganggu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lebih jauh lagi, keamanan regional yang diciptakan ASEAN tercipta melalui kerjasama militer antar negara. Hal ini terimplementasi melalui prinsip <i>Non-Interference Policy</i> yang sangat dipegang oleh ASEAN, serta pendirian ZOPFAN (<i>Zone of Peace Freedom and Neutrality</i>), serta <i>South East Asian Nuclear Weapon Free Zone, </i>yang keduanya paling tidak meningkatkan rasa percaya (<i>trust</i>) antar negara anggota. Hal ini membuat Indonesia bisa lebih fokus pada masalah dalam negeri, misalnya gerakan penentang pemerintah maupun gerakan seperatisme. Hal ini membuat masalah dalam negeri bisa teratasi dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk masuknya investasi asing.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">II.2. Analisis<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="EN-GB">Security community</span></i><span lang="EN-GB"> merupakan suatu pemikiran pengintegarasian negara-negara karena persamaan rasa satu komunitas yang bertujuan untuk mencapai dan memastikan terciptanya keamanan diantara komunitas tersebut, yang bisa berbentuk institusi dan aksi formal atau informal. Dalam membahas konteks keamanan, ASEAN dari awal terbentuknya menganut konteks keamanan komprehensif. Menurut Lizee dan Peou, pendekatan keamanan komprehensif ASEAN berdasarkan pernyataan bahwa masalah keamanan di ASEAN tidak hanya mengenai ancaman militer dari luar, tetapi juga mencapai pembangunan ekonomi dan sosial dalam negeri masing-masing<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn11" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[11]</span></a>. Pemikiran ini merupakan pengaruh dari doktrin keamanan Indonesia dalam masa pemerintahan Soeharto tahun 1973 yaitu dalam konsep “ketahanan nasional”. Dalam konsep ini berarti bahwa pertahanan tiap negara dalam semua elemen pembangunan secara keseluruhan, yaitu ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan militer<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn12" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[12]</span></a>. Prinsip ini lebih fokus terhadap ancaman non-traditional dan <i>inward-looking security</i> dibanding ancaman tradisional seperti ancaman militer yang datang dari luar, melalui pembangunan ekonomi dan sosial domestik untuk menciptakan stabilitas regional. Kestabilan keamanan regional berpengaruh terhadap terciptanya situasi kondusif bagi kegiatan ekonomi suatu negara dan berdampak terhadap kerjasama perdagangan terutama di kawasan Asia Tenggara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Peningkatan kerjasama ekonomi ekonomi Indonesia terutama ditingkat multilateral, termasuk dikawasan ASEAN dipicu oleh perubahan dalam kebijakan ekonomi di dalam negeri sendiri, terutama dipicu oleh keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 1980 mengalami masa pasang surut. Melemahnya harga minyak diawal 1980-an berdampak terhadap penurunan nilai ekspoer dan penerimaan pendapatan negara. Pada periode 1980-1985 pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 3,7 % dibanding pertumbuhan ekonomi tahun 1975-1980 yang mencapai 7,5 %.Untuk merespon permasalahan ekonomi ini, pemerintah menerapkan kebijakan baru untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, dengan mengubah kebijakan perdagangan yang lebih <i>outward looking</i> dan pengembangan ekspor non-migas sekaligus menstimulasi kegiatan investasi. Dengan perubahan orientasi ini, kebijakan ekonomi Indonesia sebelumnya diominasi oleh kontrol pemrintah, mengalami perkembangan denga terjadinya penurunan terhadap proteksi perdagangan dan perubahan Indonesia mejadi negara yang lebih terbuka terhadap peluang kerjasama ekonomi dengan negara lain dan kebijakan perdagangan yang berorientasi ekspor. <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn13" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[13]</span></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Berdasarkan kepentingan nasionalnya, maka politik luar negeri Indonesia harus menunjang usaha pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama dalam rangka pembangunan nasional secara total.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn14" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[14]</span></a> Pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru tersebut harus dilakukan secara berdampingan dengan stabilitas politik dan keamanan serta bagaimana cara mnggalang kerjasama dengan negara-negara tetangga dalam satu kawasan. Hubungan kerjasama ini hendaknya dilakukan secara efektif supaya dapat menghasilkan kerjasama-kerjasam di bidang ekonomi dan juga stabilitas keamanan dan politik di dalam suatu kawasan yang akan berimbas kepada meningkatnya ketahanan nasional (<i>national resilience</i>) bangsa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Pemikiran Presiden Soeharto sebagai pencetus konsep <i>national resiliance </i>yang menjadi konsep penting dalam ASEAN mengatakan bahwa, “I feel that national resiliance is only answer to the challenges posed by a world still dominated by tension...” Dalam penggalangan kalimat tersebut terlihat bahwa Presiden Soeharto menekankan pentingnya aspek <i>national resiliance</i> dalam membangun ketahanan regional (<i>regional resilience</i>) yang akan memebrikan dampak juga terhadap pembangunan ekonomi dan ketahanan ekonomi regional.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Konsep <i>national resiliance</i> yang sangat berperan terhadap pembentukan <i>regional resilience</i> dapat juga terlihat dalam pidato Adam Malik, sebagai Menteri Luar Negeri pada saat itu, yang mengatakan,“Memang dari outset ASEAN bertujuan untuk membangun ekonomi, sosial, dan budaya......merupakan stimulus utama untuk bergabung bersama untuk membangun ASEAN......akan tetapi hal tersebut hanya bisa tercapai melalui memberi prioritas atas semuanya kepada percepatan pembangunan ekonomi... dan perlu disadari bahwa hal itu hanya bisa tercapai dengan secara bersamaan mengamankan keadaan damai dan stabil, baik domestik maupun internasional”. Ali Alatas juga mem-<i>point out</i>, bahwa ASEAN dibentuk sebagai cara terbaik untuk mengamankan <i>objective</i> dari negara-negara ASEAN, dan hal ini hanya dicapai melaui penciptaan lingkungan yang strategis.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> </span><span lang="IN">ASEAN merupakan soko guru politik luar negeri Indonesia karena negara-negara ASEAN merupakan lingkaran terdalam dari lingkaran-lingkaran konsentris pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn15" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[15]</span></a> Lingkaran-lingkaran konsentris tersebut memberikan gambaran yang secara jelas menerangkan bagaimana faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek domestik di Indonesia. Oleh karena itu, ASEAN sebagai soko guru politik Indonesia tentunya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan nasional di Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Perbaikan perekonomian menjadi salah satu sasaran utama pembangunan nasional di Indonesia pada masa Orde Baru. Pemerintah Orde Baru memulai perbaikan ekonomi nasional dengan menerapkan program Repelita yang salah satu tujuan utamanya adalah peningkatan di bidang pertanian. Repelita I dan Repelita II dimulai pada sejak 1969 sampai 1979. Perhatian pemerintah difokuskan pada kebijaksanaan pangan difokuskan pada tercapainya kenaikan produksi beras dengan menutup kekurangan-kekurangan dan melakukan perbaikan pelaksanaan program Bimas dan program-program yang menyangkut produksi beras lainnya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn16" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[16]</span></a> Pada masa awal industrialisasi, Indonesia terdiri dari cabang industri yang mengolah hasil pertanian sebagai usaha untuk mengejar ketertinggalan dari China dan India. <i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Pada dasarnya Indonesia menyadari kebutuhan suntikan dana dari luar, oleh karena itu Indonesia melakukan diplomasi pintu terbuka (<i>open door policy)</i> dengan menerima masuknya modal asing dan menggalakkan modal dalam negeri. Ini ditegaskan dalam UU PMA (Penanaman Modal Asing) 1967, melalui itu Indonesia menerima bantuan dari <i>Inter-Governmental Group on Indonesia(</i>IGGI). Sejak tahun 1967-1990 jumlah hutang Indonesia mencapai $ 41.007.500.000 yang dialokasikan untuk merehabilitasi perekonomian Indonesia yang telah parah dan dan membiayai pembangunan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn17" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[17]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Namun adanya kemudahan ini tidak menjadi satu-satunya pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Situasi saat itu dimana Indonesia dapat dikatakan telah memiliki citra yang buruk di mata dunia internasional membawa pengaruh dalam arus investasi di Indonesia. Oleh karena itu upaya perbaikan citra Indonesia menjadi salah satu sasaran dalam pemerintahan orde baru. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Pendirian ASEAN selain untuk perbaikan citra secara langsung telah memberikan keuntungan dalam upaya penarikan modal asing dan perbaikan ekonomi. ASEAN menyediakan koridor-koridor dialog bagi Indonesia dengan negara-negara asing lainnya. Pada tahun 1992, Skema The Common Effective Preferential Tariff (CEPT) ditandangani sebagai bentuk penetapan tarif dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan persaingan regional untuk mengahadapi pasar dunia. Selain menghasilkan peraturan yang langsung menyangkut ekonomi, ASEAN juga membuka jalan dialog bagi negara di dalamnya termasuk Indonesia untuk mempermudah dalam menjalin hubungan dengan negara maju, terutama menyangkut pendanaan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">ASEAN telah berhasil membuka dialog dengan beberapa partner seperti UNDP (United Nation Development Program) , EU (Europe Union), dan beberapa negara maju lainnya. Dialog yang telah dilakukan sejak PertemuanTingkat Menteri yang pertama ini membawa dampak positif dalam usaha memperoleh bantuan maupun perbaikan ekonomi. Peranan penting yang dapat dicapai dari adanya rekanan ini adalah ASEAN mampu mencapai konsesi perdagangan dan ekonomi melalui lobi kolektif maupun individual negara .<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn18" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[18]</span></a> Selama krisis ekonomi 1998 Indonesia berhasil mendapat bantuan dari ASEM (Asian European Meetings) yang merupakan dialog tiga pihak antara EU, ASEAN dan <i>North East</i> Asia. Keberadaan ASEAN dan keanggotaan Indonesia didalamnya jelas membawa dampak yang baik bagi usaha perbaikan ekonomi Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Upaya Indonesia melakukan pemulihan ekonomi dengan memanfaatkan keberadaan ASEAN merupakan langkah yang strategis. ASEAN sebagai badan yang meskipun masih cukup muda saat itu telah mendapat pengakuan internasional. Keanggotaan Indonesia membawa kemudahan mendapat bantuan dari negara maju dan organisasi Internasional lainnya yang mejadi rekanan ASEAN. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Jalan panjang menuju keberhasilan ketahanan regional (<i>regional resilience</i>) cenderung tidak terlepas dari ketahanan nasional (<i>national resilience</i>) masing-masing negara anggotanya. <i>National resilience </i>yang kuat dari masing-masing negara anggota merupakan jaminan terhadap <i>regional resilience</i> yang kokoh menuju stabilitas kemanan dan politik guna mendukung ketahanan ekonomi regional. Di dalam ASEAN sendiri terdapat empat elemen yang menyusun perkembangan suatu <i>regional resilience,</i> yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Ketahanan nasional (<i>national resilience</i>), ketahanan nasional setiap negara ASEAN merupakan elemen penting dalam terciptanya ketahanan regional. Hal ini dikarenakan kontribusi kolektif yang akan diberikan setiap negara yang telah memiliki ketahanan nasional akan mempengaruhi keberlangsungan hidup ketahanan regionalnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Tingkat interaksi (<i>Level of Interaction</i>), </span>tingkat interaksi sesama Negara anggota merupakan keseluruhan kontribusi dan kesatuan dengan sikap yang akomodatif, agar mampu menghadapi tekanan dan menyesuaikan dengan lingkungan negaranya.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Besarnya komitmen yang dimiliki</span>, besarnya komitmen yang dimiliki setiap negara anggota untuk ketahanan regional merupakan unsur terpenting. Semakin besar komitmen setiap negara akan semakin besar juga ketahanan regionalnya.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Kemampuan beradaptasi</span>. Yang dimaksud dengan kemampuan beradaptasi ialah kemampuan dan kapasitas sebuah kawasan untuk beradaptasi dan mampu merespon perubahan lingkungan.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Ketahanan ekonomi memang menuntut perhatian yang paling besar dalam usaha pembangunan regional ASEAN karena memberikan penekanan yang bergitu besar yang diberikan kepada pertumbuhan ekonomi dan kerjasama ekonomi disebabkan karena sektor kegiatan ini merupakan mata rantai yang paling lemah dalam seluruh spektrum ketahanan nasional Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn19" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[19]</span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><o:p> </o:p><b><span lang="IN">BAB III<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="IN">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;">Selama proses pembangunan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru, mendapat banyak kritikan mengenai orientasi kebijakan ekonomi yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat menstimulasi pembangunan ekonomi. Namun, pada keadaan riil dalam masyarakat, kebijakan ini lebih mementingkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih mementingkan kepentingan konglomerat dan pengusaha, ketimbang keadilan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi dalam masyarakat. Ditambah lagi akumulasi kesalahan kebijakan pembangunan yang membawa dampak terhadap rapuhnya landasan pembangunan ekonomi, yang pada puncaknya ketika terjadi krisis moneter tahun 1997. </span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;">Hal ini berdampak ada kegagalan Indonesia mengatasi krisis sampai saat ini akibat jatuhnya fundamental penyangga perkonomian Indonesia (perusahaan swasta dan konglomerat) yang sumber dananya sebagian besar berasal dari utang luar negeri dan investor asing. Hal ini semakin menunjukkan bahwa selama 32 tahun pembangunan ekonomi yang dicanangkan pemerintah orde baru tidak mencapai tujuan riil pembangunan ekonomi dalam masyarakat.</span><span lang="EN-GB"> Faktor-faktor penyebab krisis tersebut dari dalam negeri antara lain seperti besarnya utang luar negeri, inefisiensi, ketergantungan pada bahan baku impor, praktek KKN dan lain-lain. Sedangkan pengaruh dari luar yaitu dengan semakin meningkatnya integrasi dan ketergantungan akibat semaikin pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi.</span><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Walaupun pendekatan “ketahanan regional” ASEAN kurang umum diterapkan di negara Asia Tenggara pada saat ini, terutama setalah jatuhnya rezim Soeharto di Indonesia, namun konsep keamanan di ASEAN masih belum berubah. Negara-negara anggota ASEAN masih menerapkan pendekatan kebijakan untuk mencapai tujuan keamanan domestik masing-masing dibanding keamanan kolektif dalam kawasan Asia tenggara. Dalam hal ini terlihat bahwa kerjasama multilateral kawasan di ASEAN dianggap masih bersifat skeptis dalam menyelesaikan masalah secara institusi di ASEAN. Terutama terlihat setelah terjadi Krisis ekonomi tahun 1997 yang melanda Indonesia, Malaysia dan Thailand, namun ASEAN gagal menunjukkan respon maupun inisiatif untuk saling membantu mengatasi krisis tersebut. Hal ini semakin diperparah dengan semakin meningkatnya intensi untuk timbulnya konflik politik dan perebutan wilayah yang melibatkan Malaysia, Singapura, dan Indonesia yang gagal direspon untuk penyelesaian kasusnya diantara negara ASEAN dan dinilai sebagai bentuk ketidakberdayaan ASEAN. Hal ini terlihat dalam penyelesaian konflik maritim dan perebutan wilayah Indonesia dan Malaysia yang dibawa <i>dalam International Court of Justice</i> dibanding dibawanya penyelesaian masalah ini dalam badan ASEAN.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Untuk menjawab kritikan terhadap ASEAN, dalam pertemuan pemimpin-pemimpin ASEAN di Bali tahun 2003 untuk peningkatan hubungan politik dan keamanan di kawasan Asia tenggara. Pertemuan ini menghasilkan Bali Concord II, menghasilkan deklarasi terhadap pembentukan ASEAN community berdasarkan tiga pilar, yaitu <i>Security community, Economy community</i> dan <i>Socio-cultural</i> community. Diharapkan peningkatan kerjasama ini bisa menciptakan stabilitas kemanan yang mempengaruhi kerjasama ekonomi lebih kondusif di kawasan Asia Tenggara yang mempengaruhi pembangunan ekonomi Indonesia<i><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><o:p> </o:p></b><b>DAFTAR PUSTAKA</b><o:p></o:p></div><b></b> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Anwar, </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dewi Fortuna</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">. 1996. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> <i><span lang="IN">Kerjasama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan</span></i></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">. Jakarta: </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ghalia Indonesia</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">..</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Anwar , Dewi Fortuna, 2005. <i> Indonesia At Large : Collected Writing on ASEAN Foreign Policy , Security and Democratisation</i>. Jakarta : The Habibie Center.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Booth, Anne dan Peter, Mc Cawley. 1981. <i>Ekonomi Orde Baru. </i>Petaling Jaya: Oxford University Press, terj. Boediono.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Direktorat Jenderal Kerja sama ASEAN</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">. 2007. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> <i><span lang="IN">ASEAN Selayang Pandang</span></i></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">,</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> edisi ke-17</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">. Jakarta: </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Departemen Luar Negeri</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Republik Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kusumaatmadja</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">, </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Mochtar</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">. 1983. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> <i><span lang="IN">Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini</span></i><span lang="IN"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">. </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bandung: Penerbit Alumni</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">.</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Lizee, Pierre and Sorpong Peou. 1993. <i>Cooperative security and Emerging Security Agenda in Southeast Asia : The challenge and Opportunity of Peace in Cambodia. </i>New York:<i> </i>CISS New york university.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Luhulima C.P.F.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> 2005. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> <i><span lang="IN">Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia</span></i></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> .</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Yogyakarta: Kanisius</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Severino, Rudolvo C.2006. <i>South East Asia in search of an ASEAN Community</i>, Singapore: Utopia Press.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Soesastro, Hadi dan M.Chatib Basri. 2005. <i>The Political Economy of Trade Policy in Indonesia. </i>Jakarta:CSIS.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bantarto Bandoro</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">,____.</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> “Soeharto ASEAN Legacy”. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jakarta: </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">The Jakarta Post</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Fokus, Kompas. 1 Juli 2001.<o:p></o:p></span></div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[1]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Bantarto Bandoro, “Soeharto ASEAN Legacy”, </span>The Jakarta Post, ___<o:p></o:p></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[2]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Dewi Fortuna Anwar</span>: <i><span lang="IN">Kerjasama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan</span></i><span lang="IN"> (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), hlm. 77.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[3]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid, </span></i><span lang="IN">hlm. 89.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[4]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">C.P.F. Luhulima</span>: <i><span lang="IN">Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia</span></i><span lang="IN"> (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 51.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[5]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Direktorat Jenderal Kerja sama ASEAN</span>: <i><span lang="IN">ASEAN Selayang Pandang</span></i><span lang="IN"> edisi ke-17 (</span>Jakarta: <span lang="IN">Departemen Luar Negeri</span>, <span lang="IN">2007), hlm. 1.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[6]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Rudolvo C. Severino: <i>South East Asia in search of an ASEAN Community</i>, (Singapore: Utopia Press, 2006), hal 26-28</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[7]</span></span></a><span lang="EN-GB"> <i>Ibid</i>, hal 138-140.</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[8]</span></span></a><span lang="EN-GB"> <i>Ibid</i>, hal 27-28.</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[9]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Rudolvo C. Severino: <i>op cit</i>, hal 161-168.</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[10]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Dewi Fortuna Anwar, <i>Op. Cit, </i>hlm. 77.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[11]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Pierre Lizee dan Sorpong Peou: <i>Cooperative security and Emerging Security Agenda in Southeast Asia : The challenge and Opportunity of Peace in Cambodia </i>(CISS: New York university, 1993) hal.2</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[12]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Soeharto, “address by the President of Republic of Indonesia<i>, Regionalism in Southeast Asia</i> (Jakarta: CSIS, 1975) hal 8.</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[13]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Hadi Soesastro dan M.Chatib Basri : <i>The Political Economy of Trade Policy in Indonesia</i> (Jakarta: CSIS 2005)</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[14]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Mochtar Kusumaatmadja</span>: <i><span lang="IN">Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini</span></i><span lang="IN"> (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hlm. 157.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[15]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Direktorat Jenderal Kerja sama ASEAN</span>: <i><span lang="IN">ASEAN Selayang Pandang</span></i><i>,</i><span lang="IN"> edisi ke-17 (</span>Jakarta: <span lang="IN">Departemen Luar Negeri </span>Republik Indonesia, <span lang="IN">2007), hlm. 137.<o:p></o:p></span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[16]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Anne Booth dan Peter Mc Cawley: <i>Ekonomi Orde Baru</i>, (Petaling Jaya : Oxford University Press, 1981), Terj. Boediono. hlmn.43</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[17]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Kompas, Fokus, 1 Juli 2001,hlmn, 25.</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[18]</span></span></a><span lang="EN-GB"> Dewi Fortuna Anwar: Indonesia At Large : Collected Writing on ASEAN Foreign Policy , Security and Democratisation, (Jakarta : The Habibie Center, 2005) hal 35.</span></div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB">[19]</span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">C.P.F. Luhulima, <i>Op. Cit, </i>hlm. 55.<o:p></o:p></span></div></div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-73091553711300433002010-06-02T08:18:00.000-07:002010-06-02T08:18:05.661-07:00Bagaimana peranan GNB dalam menghadapi tantangan dunia dan relevansinya di era globalisasi<div style="color: black;"><meta content="" name="Title"></meta>Nama : Anggit Amertara Nuswantari</div><meta content="" name="Keywords"></meta> <meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta> <meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta> <meta content="Microsoft Word 2008" name="Generator"></meta> <meta content="Microsoft Word 2008" name="Originator"></meta> <link href="file://localhost/Users/Dillo/Library/Caches/TemporaryItems/msoclip/0clip_filelist.xml" rel="File-List"></link> <!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves>false</w:TrackMoves> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:DrawingGridHorizontalSpacing>18 pt</w:DrawingGridHorizontalSpacing> <w:DrawingGridVerticalSpacing>18 pt</w:DrawingGridVerticalSpacing> <w:DisplayHorizontalDrawingGridEvery>0</w:DisplayHorizontalDrawingGridEvery> <w:DisplayVerticalDrawingGridEvery>0</w:DisplayVerticalDrawingGridEvery> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:DontGrowAutofit/> <w:DontAutofitConstrainedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> </w:Compatibility> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="276"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--> <style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Courier New";
panose-1:2 7 3 9 2 2 5 2 4 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 2 1 2 1 8 4 8 7 8;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 65536 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
h2
{mso-style-link:"Heading 2 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:2;
font-size:18.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
font-weight:bold;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-link:"Footnote Text Char";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-link:"Header Char";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{mso-style-link:"Footer Char";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt;
font-size:11.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
span.MsoFootnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
vertical-align:super;}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
span.Heading2Char
{mso-style-name:"Heading 2 Char";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 2";
mso-ansi-font-size:18.0pt;
mso-bidi-font-size:18.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
font-weight:bold;}
span.FootnoteTextChar
{mso-style-name:"Footnote Text Char";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Footnote Text";}
span.editsection
{mso-style-name:editsection;}
span.mw-headline
{mso-style-name:mw-headline;}
span.HeaderChar
{mso-style-name:"Header Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Header;
mso-ansi-font-size:11.0pt;
mso-bidi-font-size:11.0pt;}
span.FooterChar
{mso-style-name:"Footer Char";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Footer;
mso-ansi-font-size:11.0pt;
mso-bidi-font-size:11.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:47339203;
mso-list-template-ids:1700982730;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:263195751;
mso-list-template-ids:505029404;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
</style> <![endif]--> <!--StartFragment--><span style="color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">NIM : 209000225</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"> </span><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">I<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">I.I Latar belakang<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 menandakan berakhirnya Perang Dunia II. Namun berakhirnya Perang Dunia II tidak turut serta membawa perdamaian di dunia ini. Konflik antara Negara-negara besar di Dunia tak kunjung usai. Hal ini telihat dari semakin meruncingnya perang antara Amerika dan Soviet. Memang bentuk perang tidak secara nyata dengan cara kekerasan. Namun konflik ideologi, perang tekhnologi sangat dapat dirasakan. Dimana ketika Soviet membuat roket lalu tidak lama kemudian disusul oleh Amerika dan begitu seterusnya. Dan mereka pun berlomba untuk mengekspansi ideologi mereka dengan masuk ke dalam Negara-negara kecil didunia dan mendoktrin sehingga Negara tersebut mengikuti salah satu ideologi mereka berdua. Dalam masa ini dunia dikuasai oleh dua Negara yang memiliki pengaruh besar hingga membuat sistem dunia ini menjadi Bipolar. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Konflik ini dikenal dengan nama Perang Dingin dimana pada konflik ini<span> </span>tidak terjadi penyerangan secara koersif, melainkan lebih kepada saling berlomba menjadi lebih unggul dan perang ideologi karena keduanya sama-sama kuat dan bercita-cita untuk menjadi hegemon di dunia ini. Perang Dingin pun berdampak kepada Negara-negara kecil pada saat itu. Karena kedua Negara besar ini saling bersaing untuk menyebarkan ideologi mereka maka kedua Negara ini selalu masuk ke dalam konflik intern yang terjadi di Negara-negara kecil. Hal ini bertujuan untuk menarik simpati Negara-negara kecil tersebut sehingga mau mengikuti salah satu dari ideologi mereka. Kedua Negara tersebut tidak segan-segan dalam ikut campur terhadap maalah yang ada di Negara kecil. Bahakan mereka dapat membuat negar kecil tersebut menjadi ketergantungan pada banyuan mereka. Maka dengan kesadaran dimanfaatkan oleh keadaan dan keinginan untuk mengapus kekuatan Bipolar ini muncul gerakan dari Negara Afrika dan Asia untuk melakukan sesuatu agar hal ini tidak berlanjut. Dan akhirnya terbentuklah “Gerakan Non-Blok (GNB)” sebagai bentuk penolakan terhadap adanya kekuatan dua blok besar ini. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">I.II Rumusan Masalah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Maka dalam makalah ini akan diangkat isu mengenai, <b>Bagaimana peranan GNB dalam menghadapi tantangan dunia dan relevansinya di Era Globalisasi?<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">I.III Kerangka Teori<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lahirnya hubungan Negara-negara dalam konteks multilateral pertama kali muncul dikarenakan setiap Negara merasa kurang mampu dalam melakukan atau meyelesaikan suatu problem yang menyangkut negaranya sendirian. Hal ini memicu dibangunnya aliansi untuk sama-sama menghadapi tantangan tersebut. Pada awalnya hubungan antar Negara ini hanya bersifat regional. Mengapa demikian? Karena Negara yang berasal dari region yang sama merasa memiliki rasa senasib sepenanggungan. Karena pasti efek yang akan terjadi dari dari suatu Negara akan berimbas domino kepada Negara lain, apalagi bila berada dalam satu lingkup. Perkembangan ketergantungan antar Negara ini pun tidak berhenti sampai pada tingkat regional saja namun makin berkembangnya zaman sehingga era globalisasi tidak dapat dibendung lagi<span> </span>maka hubungan saling ketergantungan pun meluas tidak hanya dalam tingkat regional tapi dalam tingkat dunia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Hubungan yang terjalin dari tiga Negara atau lebih disebut konsep multilateral<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn1" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]--></span></span></a>. Dalam konteks ini lebih menjurus terhadap konsep hubungan antar Negara tingkat dunia bukan hanya tingkat kawasan, karena jika hubungan tingkat kawasan biasa disebut dengan regional. Konsep ini pun tidak lahir dari hanya sekedar jumlah dari negaranya tapi juga ketika focus kepada multilateral maka akan muncul satu alat yang mengatur Negara-negara dan dalam mengatur hubungan itu tidak ada dilriminasi terhadap Negara tersebut. Jadi dalam hubungan tersebut tidak ada satu Negara yang menjadi dominasi. Misalnya dalam konsep collective-security<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn2" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[2]<!--[endif]--></span></span></a>.stau hubungan dapat dikatakan multilateral bila didalamnya mengandung unsur kepentingan bersama. GATT<span> </span>(General Agreement on Tariffs and Trade) merupakan suatu gerakan gabungan antar Negara yang terdiri lebih dari tida Negara namun ia tidak dapat digolongkan sebagai multilateral hal ini lebih cocok masuk ke dalam konsep bilateral<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn3" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[3]<!--[endif]--></span></span></a>. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengapa demikian? Karena dalam GATT sendiri keputusannya berdasarkan case-to-case, product-to-product walaupun terdiri dari banyak Negara<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn4" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[4]<!--[endif]--></span></span></a>. Yang disebut multilateral adalah bila dimana suatu gerakan didalam hubungan antra Negara tersebut membawa kepentingan bagi semuanya seperti alasan Amerika melakukan inspeksi ke Iraq karena kekhawatiran Iraq memiliki nuklir yang dapat mengancam kehidupan dan perdamaian dunia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Multilateral tentu saja memiliki aturan aturan-aturan didalamnya untuk mengatur hubungan yang terjalin antar Negara. Namun hubungan multilateral juga bersifat fleksibel dimana aturan tersebut dapat berubah sesuai dengan kebutuhan saat itu dan mengikuti kemajuan zaman<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn5" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[5]<!--[endif]--></span></span></a>. Karena dunia ini bersifat dinamis dan perunbahan cepat sekali terjadi dan dalam hal itu pun setiap Negara butuh mengikuti perubahan tersebut agar tidak tertinggal. Selain itu keadaan domestik pula memegang peranan penting, karena seperti kita tahu kondisi domestik akan mempengaruhi kebijakan dan politik luar negri suatu Negara<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn6" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[6]<!--[endif]--></span></span></a>. Maka dalam kerjasama multilateral pun kondisi domestik pasti memperngaruhi kedudukan dan peran Negara tersebut. Contohnya saja Indonesia pada konferensi Climate Change, pasti Indonesia akan menempatkan diri pada standing position yang menguntungkan dengan cara tidak mungkink akan membahas tentang kerusakan hutan, dll yang menjadi nilai minus Indonesia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">II<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">II.I Indonesia dan GNB (Gerakan Non-Blok)</span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali</span><sup><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></sup><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_Menteri_India" title="Perdana Menteri India"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Perdana Menteri India</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nehru" title="Nehru"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Nehru</span></a> dalam pidatonya tahun 1954 di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Colombo" title="Colombo"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Colombo</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka" title="Sri Lanka"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Sri Lanka</span></a>. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Relasi_Sino-India&action=edit&redlink=1" title="Relasi Sino-India (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">relasi Sino-India</span></a> yang disebut dengan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Panchsheel&action=edit&redlink=1" title="Panchsheel (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Panchsheel</span></a> (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saling menghormati integritas teritorial dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kedaulatan" title="Kedaulatan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kedaulatan</span></a>. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perjanjian non-agresi <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesetaraan dan keuntungan bersama <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menjaga perdamaian <o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Tingkat_Tinggi_Asia-Afrika" title="Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika</span></a> sebuah konferensi yang diadakan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bandung" title="Bandung"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Bandung</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Indonesia</span></a>, pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1955" title="1955"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">1955</span></a>. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Josip_Broz_Tito" title="Josip Broz Tito"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Josip Broz Tito</span></a> presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yugoslavia" title="Yugoslavia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Yugoslavia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno" title="Soekarno"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Soekarno</span></a> presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Indonesia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gamal_Abdul_Nasser" title="Gamal Abdul Nasser"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Gamal Abdul Nasser</span></a> presiden <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Mesir</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pandit_Jawaharlal_Nehru" title="Pandit Jawaharlal Nehru"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Pandit Jawaharlal Nehru</span></a> perdana menteri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">India</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kwame_Nkrumah" title="Kwame Nkrumah"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kwame Nkrumah</span></a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ghana" title="Ghana"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Ghana</span></a>.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><b><span lang="IN">Gerakan Non-Blok</span></b><span lang="IN"> (<b>GNB</b>) (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris" title="Bahasa Inggris"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">bahasa Inggris</span></a>: <i>Non-Aligned Movement</i>/NAM) adalah suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_internasional" title="Organisasi internasional"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">organisasi internasional</span></a> yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Blok&action=edit&redlink=1" title="Blok (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">blok</span></a> kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam <i>Deklarasi Havana tahun 1979</i>, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imperialisme" title="Imperialisme"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">imperialisme</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme" title="Kolonialisme"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kolonialisme</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neo-kolonialisme&action=edit&redlink=1" title="Neo-kolonialisme (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">neo-kolonialisme</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Apartheid" title="Apartheid"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">apartheid</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zionisme" title="Zionisme"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">zionisme</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rasisme" title="Rasisme"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">rasisme</span></a> dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hegemoni" title="Hegemoni"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">hegemoni</span></a> dan menentang segala bentuk blok politik. Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/PBB" title="PBB"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">PBB</span></a>. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yugoslavia" title="Yugoslavia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Yugoslavia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Mesir</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zambia" title="Zambia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Zambia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aljazair" title="Aljazair"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Aljazair</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka" title="Sri Lanka"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Sri Lanka</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuba" title="Kuba"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kuba</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">India</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zimbabwe" title="Zimbabwe"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Zimbabwe</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Indonesia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolombia" title="Kolombia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kolombia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan" title="Afrika Selatan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Afrika Selatan</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Malaysia</span></a>.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Tujuan utama GNB semula difokuskan pada upaya dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan dan integritas nasional negara-negara anggota<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn7" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[7]<!--[endif]--></span></span></a>. Tujuan penting lainnya adalah penentangan terhadap apartheid; tidak memihak pada pakta militer multilateral; perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme; perjuangan menentang kolonialisme, neo-kolonialisme, rasisme, pendudukan dan dominasi asing, perlucutan senjata, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai, penolakan terhadap penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional, pembangunan ekonomi-sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional; serta kerjasama internasional berdasarkan persamaan hak. Sejak pertengahan 1970-an, isu-isu ekonomi mulai menjadi perhatian utama negara-negara anggota GNB. </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="IN">Anggota-anggota penting di antaranya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yugoslavia" title="Yugoslavia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Yugoslavia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">India</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Mesir</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Indonesia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakistan" title="Pakistan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Pakistan</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuba" title="Kuba"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kuba</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolombia" title="Kolombia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kolombia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Venezuela" title="Venezuela"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Venezuela</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan" title="Afrika Selatan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Afrika Selatan</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iran" title="Iran"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Iran</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Malaysia</span></a>, dan untuk suatu masa, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina" title="Republik Rakyat Cina"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Republik Rakyat Cina</span></a>. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/NATO" title="NATO"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">NATO</span></a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Warsawa" title="Pakta Warsawa"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Pakta Warsawa</span></a>, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Soviet" title="Uni Soviet"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Uni Soviet</span></a> pada masa Perang Dingin. Atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">India</span></a> yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Tiongkok</span></a> selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Soviet" title="Uni Soviet"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Uni Soviet</span></a> menginvasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afganistan" title="Afganistan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Afganistan</span></a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1979" title="1979"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">1979</span></a>. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muslim" title="Muslim"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">muslim</span></a>, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1960" title="1960"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">1960</span></a>-an ketika anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn8" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[8]<!--[endif]--></span></span></a>. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan ‘Dasa Sila Bandung’ yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi terlebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan Dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta, pada tahun 1992, sebagian besar ketidakpastian dan keragu-raguan mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi. Pesan Jakarta, yang disepakati dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta, adalah dokumen penting yang dihasilkan pada periode kepemimpinan Indonesia dan memuat visi baru GNB, antara lain<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn9" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[9]<!--[endif]--></span></span></a>:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 2.7pt 1.05pt 0.0001pt 12.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span>·</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengenai relevansi GNB setelah Perang Dingin dan meningkatkan kerjasama konstruktif sebagai komponen integral hubungan internasional; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 2.7pt 1.05pt 0.0001pt 12.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span>·</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menekankan pada kerjasama ekonomi internasional dalam mengisi kemerdekaan yang berhasil dicapai melalui perjuangan GNB sebelumnya; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 2.7pt 1.05pt 0.0001pt 12.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span>·</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Meningkatkan potensi ekonomi anggota GNB melalui peningkatan kerjasama Selatan-Selatan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 12.45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 12.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selaku ketua GNB waktu itu, Indonesia juga “menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling ketergantungan yang setara (genuine interdependence), kesamaan kepentingan dan manfaat, dan tanggung jawab bersama”. Selain itu, Indonesia juga mengupayakan penyelesaian masalah hutang luar negeri negara-negara berkembang miskin (HIPCs/ Heavily Indebted Poor Countries) yang terpadu, berkesinambungan dan komprehensif. Sementara guna memperkuat kerjasama Selatan-Selatan, KTT GNB ke-10 di Jakarta sepakat untuk “mengintensifkan kerjasama Selatan-Selatan berdasarkan prinsip collective self-reliance”. Sebagai tindak lanjutnya, sesuai mandat KTT Cartagena, Indonesia bersama Brunei Darussalam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 12.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Munculnya tantangan-tantangan global baru sejak awal abad ke-21 telah memaksa GNB terus mengembangkan kapasitas dan arah kebijakannya, agar sepenuhnya mampu menjadikan keberadaannya tetap relevan tidak hanya bagi negara-negara anggotanya tetapi lebih terkait dengan kontribusinya dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Isu-isu menonjol terkait dengan masalah terorisme, merebaknya konflik intra dan antar negara, perlucutan senjata dan senjata pemusnah massal, serta dampak gobalisasi di bidang ekonomi dan informasi teknologi, telah menjadikan GNB perlu menyesuaikan kebijakan dan perjuangannya. Dalam konteks ini, GNB memandang perannya tidak hanya sebagai obyek tetapi sebagai mitra seimbang .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 12.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terkait dengan dampak negatif krisis moneter global terhadap negara-negara berkembang, KTT ke-15 menegaskan pula perlunya GNB bekerja sama lebih erat dengan Kelompok G-77 dan China. Suatu reformasi mendasar terhadap sistem dan fondasi perekonomian dan moneter global perlu dilakukan dengan memperkuat peran negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusan dan penguatan peran PBB. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 12.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">KTT ke-15 GNB menyatakan bahwa GNB mendukung hak menentukan sendiri bagi rakyat, termasuk rakyat di wilayah yang masih di bawah pendudukan. Dalam konteks itu, GNB mendukung hak-hak rakyat Palestina dalam menentukan nasibnya sendiri, untuk mendirikan negara Palestina merdeka dan berdaulat dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota, serta solusi adil atas hak kembali pengungsi Palestina sesuai Resolusi PBB Nomor 194. GNB juga menolak segala bentuk pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur untuk tujuan mengubah peta demografis di dua wilayah tersebut. GNB juga meminta Israel melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB dengan mundur dari Dataran Tinggi Golan hingga perbatasan 4 Juni 1967 dan mundur total dari sisa tanah Lebanon yang masih diduduki.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 12.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam bidang politik, Indonesia selalu berperan dalam upaya peningkatan peran GNB untuk menyerukan perdamaian dan keamanan internasional, proses dialog dan kerjasama dalam upaya penyelesaian damai konflik-konflik intra dan antar negara, dan upaya penanganan isu-isu dan ancaman keamanan global baru. Indonesia saat ini menjadi Ketua Komite Ekonomi dan Social, Ketua Kelompok Kerja Perlucutan Senjata pada Komite Politik, dan anggota Komite Palestina.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">II.II GNB = Masih Relevan?<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Gerakan Non Blok (GNB) belakang ini sedang muncul lagi di permukaan, tepatnya di Afrika selatan. Hal ini mengingat kondisi di dunia ini sudah tidak dibawa pengaruh dua blok besar. Maka muncul pertanyaan mau kemana GNB ni akan dibawa? Di bidang apa<span> </span>program kegiatan dan fokus GNB? Prioritas apa yang akan dilakukan GNB? Bagaimana GNB memberikan pengaruh kepada kepbijakan-kebijakan yang ada untuk memajukan kesejahteraan anggota-anggotanya? Dan masih banyak pertanyaan muncul dan sebagaian besar memberikan tanda Tanya kepada apa yang akan dilakukan GNB selanjutnya mengingan keadaan yang telah berubah. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Oleh karena banyak nya pertanyaan tersebut Afrika Selatan yang menjabat sebagai president GNB saat ini membuat suatau “brainstorming” terhadap anggota-anggota GMNB di Arrabela Resort dekat dengan Cape Town, Afrika Selatan pada 2-14 Desember 2002<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn10" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[10]<!--[endif]--></span></span></a>. Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa anggota GNB diantaranya Aljazair, KOlumbia, Kuba, India, Indonesia, Jamaika, Yordania, Malaysia, Mozambik, Zimbabwe. Sebelumadanya konferensi ini telah diadakan konfrensi sebelumnya pada bulan april 2002 hal itu diselenggarakan untuk membuat suatu angin segar yang akan disumbangkan kepada KTT yang di Kuala Lumpur hal ini juga diharapkan menjadi salah satu masukan bagi deklarasi dari konferensi tersebut. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Dalam konfereksi ini pun ada yang menanyakan yaitu Amr Moussa yang merupakan sekertaris jendral dari Liga Arab dan merupakan mantan mentri luar negri Mesir, tentang Relevansi GNB itu sendiri<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn11" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[11]<!--[endif]--></span></span></a>. Memang bila dilihat dari keadaan dunia sekarang ini dimana sudah tidak ada lagi dua blok yang yang berkuasa maka apakah sebaiknya label GNB itu sendiri di rubah menjadi “Gerakan untuk demokrasi, Keamanan , dan Pembangunan” dengan harapan memberi hawa baru dan agar lebih relevan dengan apa yang ada di dunia sekarang. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Memang pertanyaan seperti itu yang ada dibenak masing-masing anggota bahkan kita sebagai kaum awam. GNB itu sendiri termasuk suau gerakan yang memilik tindakan nyata dalam membantu anggota-anggotanya yaitu dapat dilihat dari banyaknya Negara anggota GNB yang berhasil lepas dari cengkraman Kolonialisme dan hal ini pun menjadi salah satu issue yang penting bagi pergerakan yang telah GNB lakukan. GNB sendiri memiliki keuntunga bagi Negara anggotanya diantaranya GNB bukan saja aktif keluar namun juga membantu Negara-negara anggotanya yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, keterbelakangan, dan mengakhiri dominasi dan diskriminasi yang terjadi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Hal ini juga dilakukan untuk melindungi Negara-negara kecil dari proses Globalisasi yang sangat cepat mengingat keterbatasan dalam bidang finansial dan krisis yang ada didalam Negara mereka sehinnga dengan GNB ini dapat mengcover hal tersebut. Yaitu dengan GNB Negara-negara juga memiliki suatu wadah untuk mengemukakan pendapat mereka dan dalam lingkup yang besar. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat senantiasa memelihara kerelevansian GNB makan ada hal-hal yang perlu di dilakukan diantaranya yaitu dengan meningkatkan efisiensi, efetifitas, produktifitas dan kualitas sebagai salah satu gerakan modern yang dapat merangkul seluruh anggotanya dan melakukan atau memutuskan kebijakan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh negran dan Negara -negara kecil tersebut<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftn12" name="_ftnref" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[12]<!--[endif]--></span></span></a>. GNB juga harus mulai fokus, aktualitas, responsif denga issue yang berkembang di dunia. Mengenai nema mungkin hal tersebut bukan hal yang terlalu penting karena pada akhirnya hal tersebut akan sia-sia bila tdak didukung oleh komitmen dan pembetulan struktur didalamnya.<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">III<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">GNB sebagai suatu gerakan yang memiliki visi dan misi yang sangat baik pada masa perang dingin dam memiliki kemajuan pesat padaanggota-anggotanya belakangan mulai dipertanyakan ke-relevansiannya. Karena melihat kondisi dunia dimana sudah tidak ada lagi dua blok yang mendominasi kekuatan didunia. Untuk memunculkan eksistensi nya kembali GNB mulai melakukan konferensi untuk membuat suatu gerakan sehingga keberadaan GNB dapat tetap ada dan tidak hilang begitu saja. Karena GNB sendiri sangat berperan dan memiliki manfaat yang sangat besat kepada anggotanya. Dengan adanya GNB ini menolong Negara-negara di Asia dan Afrika lepas dari kolonialisme dan dapat merdeka. Sayang rasanya bila hal ini harus hilang begitu saja karena masih banyak yang dapat dilakukan sekarang ini untuk menuju dunia yang lebih baik. Dan kita tau GNB dipimpin orang-orang yang ahli maka kita akan terus menunggu gebrakan yang akan dilakukan selanjutnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 18pt;"><b><u><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></u></b></div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ruggie Gerard John.1993.Multilateralism Matters (Columbia University Press ).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Wibisono makarim.2006.Tantangan Dilomasi Multilateral (LP3ES).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><a href="http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id"><span style="color: windowtext;">http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id</span></a>. Diakses pada 30 Mei.Pk,01.00<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div><!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" /> <hr align="left" size="1" width="33%" /><!--[endif]--> <div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]--></span></span></a> John Gerard Ruggie.Multilateralism Matters (Columbia University Press :1993).hal,6</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[2]<!--[endif]--></span></span></a> Ibid.hal,9</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[3]<!--[endif]--></span></span></a> Ibid.hal,8</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[4]<!--[endif]--></span></span></a> John Gerard Ruggie.Multilateralism Matters (Columbia University Press :1993).hal,9</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[5]<!--[endif]--></span></span></a> Ibid.hal,155</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[6]<!--[endif]--></span></span></a> Ibid.hal,157</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[7]<!--[endif]--></span></span></a> <a href="http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id"><span style="color: windowtext;">http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id</span></a>. Diakses pada 30 Mei.Pk,01.00</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[8]<!--[endif]--></span></span></a> <a href="http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id"><span style="color: windowtext;">http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id</span></a>. Diakses pada 30 Mei.Pk,01.00</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[9]<!--[endif]--></span></span></a> Ibid.</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[10]<!--[endif]--></span></span></a> Makari Wibisono.Tantangan Dilomasi Multilateral (LP3ES : 2006).hal,152</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[11]<!--[endif]--></span></span></a> Ibid.hal,153</div></div><div id="ftn"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ftnref" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]-->[12]<!--[endif]--></span></span></a> Makari Wibisono.Tantangan Dilomasi Multilateral (LP3ES : 2006).hal,154</div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div></div><!--EndFragment--> Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-48309255501638565522010-06-02T08:05:00.001-07:002010-06-02T08:05:23.192-07:00Hubungan Diplomasi Indonesia-Jepang<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAspire%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAspire%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAspire%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:730689810;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1326963990 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <span style="font-size: large;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Nama: Puti Annisa</span></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: large;"><span style="line-height: 150%;">Nim: 209000266</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: large;"><span style="line-height: 150%;">Hubungan Internasional</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: large;"><span style="line-height: 150%;">Tugas akhir Pengantar Diplomasi</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Pendahuluan<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Seperti yang kita ketahui hubungan Indonesia-Jepang sudah berjalan memasuki usia ke-52 setelah pembentukan hubungan diplomatic ditahun 1958. Presiden RI dan Perdana Menteri Jepang telah saling bertukar pesan persahabatan bersama diawal tahun 2008. Kedua pemimpin begara tersebut berkeyakinan bahwa untuk terus meningkatkan hubungan kerjasama dan persahabatan dimasa mendatang.</span> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Tanggal 20 Januari 1958, saat ditandatanganinya traktat perdamaian antara Indonesia dan Jepang merupakan tonggak bagi hubungan persahabatan antara kedua negara. Perjanjian seperti inilah yang Jepang tidak lakukan terhadap Negara-negara lain seperti China, Korea Selatan.</span> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Traktat perdamaian ini praktis mengakhiri segala permasalahan sejarah di antara kedua negara pasca berakhirnya Perang Dunia II, dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang juga mendapat dukungan kuat dari para perwira Jepang di Jakarta tahun 1945.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Pembahasan<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Dalam konteks Hubungan Diplomatik Bilateral Indonesia-Jepang yang lain yaitu terbentuknya Indonesia-Jepang Economic Partnership Agreement (EPA) yang ditandatangani tanggal 20 agustus 2007. Kesepakatan Indonesia-Jepang EPA ini diharapkan bisa dapat meningkatkan arus perdagangan kedua Negara tersebut dan dapat memfasilitasikan investasi Jepang ke Indonesia. Bagi Indonesia, Indonesia-Jepang EPA ini merupakan salah satu perjanjian yang sangat bermakna karena merupakan perjanjian perdagangn bebas bilateral yang pertama Indonesia dengan Negara lain.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Dalam bidang ekonomi, Indonesia selalu berexpor-impor dengan Jepang. Jepang selalu menjadi tujuan utama export Indonesia, baik migas maupun mnon-migas. Export utama Indonesia adalah minyak bumi dan gas alam serta produk non-migas seperti kayu lapis, mesin-mesin listrik, nikel, hasil perikanan, karet alam, kertas, furniture, kopi, cokelat, the dan hasil perkebunan yang lainnya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Dalam bidang politik luar negeri, hubungan Indonesia dan Jepang memiliki tempat yang special karena kedua Negara ini telah sepakat membentuk kemitraan yang strategis melalui kesepakatan ”Strategic Partnership for Peaceful and Prosperous Future” yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo tanggal 28 November 2006.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Dalam hal penanaman modal langsung, Jepang merupakan sumber investasi utama bagi Indonesia. Secara akumulasi dari tahun 1967 hingga 2007, Jepang merupakan investor asing terbesar dari 103 negara yang melakukan investasi di Indonesia dengan total nilai investasi mencapai sekitar US$ 40 milyar terbagi dalam 1.750 proyek. Pada tahun 2007, investasi Jepang di Indonesia berada di peringkat ke 9 dengan nilai US$ 603 juta terbagi dalam 56 proyek, meningkat dari jumlah tahun 2006 yaitu US$ 443 juta. Jepang juga sudah mengurangi investasi yang terkonsen dengan 1negara yaitu China dan mempertimbangkan untuk mendiversifikasikan Negara tujuan investasinya, jadi Indonesia lebih bisa mendapatkan celah untuk juga berinvestasi dengan Jepang.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Didalam bidang keternaga kerjaan</span> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Indonesia akan menjadi negara pertama yang dapat mengirim tenaga perawat dan pekerja perawat orang tua ke Jepang di tahun 2008 ini. Hal tersebut merupakan hasil dari kesepakatan IJ-EPA sebagai tanggapan atas kebutuhan di Jepang atas kedua jenis tenaga kerja tersebut</span>. <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Indonesia juga terus mengirim tenaga pemagangnya ke Jepang untuk melakukan tugas magang selama 3 tahun. Sejak dibukanya program pemagangan di Jepang tahun 1992, Indonesia telah mengirim lebih dari 35 ribu tenaga mudanya. Pada saat ini Indonesia berada diurutan kedua setelah China diantara negara yang mengirim pemagang ke Jepang. Namun negara-negara lain di Asia Tenggara juga mulai mengirim tenaga magangnya ke Jepang beberapa tahun terakhir ini, dan hal ini menyebabkan persaingan yang semakin ketat.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Lalu dalam bidang pendidikan dan budaya pun, Jepang telah menjadi salah satu tujuan belajar keluar negeri bagi para pemuda Indonesia. Dari data mahasiswa yang mendaftar ke KBRI Tokyo, hingga 1 Maret 2008, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang tercatat sebanyak 946 orang. Sebagian besar dari mereka menempuh pendidikan S3 yaitu 315 orang, pendidikan S2 yaitu 310 orang, dan pendidikan S1 yaitu 122 orang, dan mahasiswa peneliti dan program diploma yaitu 199 orang Sebanyak 423 orang dibiayai oleh beasiswa dari Pemerintah Jepang. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAspire%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAspire%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAspire%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:730689810;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1326963990 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Hubungan Indonesia-Jepang di masa mendatang bisa semakin erat. Mengingat adanya beberapa keadaan yang sama dan positif jg yg dapat membantu perluasan hubungan dengan kedua Negara ini. Indonesia-Jepang sama-sama Negara pecinta damai, Negara yang selalu menjunjung demokrasi hak asasi manusia dan good governance. Hubungan Indonesia-Jepang merupakan hubungan yang saling menguntungkan karena Indonesia membutuhkan jepang dalam bidang teknologi pendidikan dan sebagainya, Jepang membutuhkan Indonesia dalam hal Sumber Daya Alam (SDA).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">Dari pembahasan saya diatas bisa nampak terlihat begitu luasnya jalinan hubungan diplomatik bilateral Negara Indonesia-Jepang tersebut yang tidak hanya dilakukan antar pemerintah tetapi para masyarakat atau lembaga non-pemerintahnya pun juga secara langsung yang menjadi salah satu factor hubungan Indonesia-Jepang ini bisa berjalan harmonis.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> Daftar Pustaka</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">internasional.kompas.com/</span></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"> <i>Kompas.com</i></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"><i>deplu.go.id </i></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">id emb-japan.go.jp</span></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;">id.wikipedia.org </span></i></span></div><br />
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-42691695238339728052010-06-02T07:17:00.000-07:002010-06-02T07:17:12.657-07:00PENGGUNAAN ENERGY WEAPON RUSIA TERHADAP UKRAINA<div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><b></b></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><b><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">PENGGUNAAN <i>ENERGY</i></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> WEAPON </span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">RUSIA </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">TERHADAP </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">UKRAINA</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nama: Reny Rifelina</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">NIM: 209000312</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB I PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Latar Belakang</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> Masalah <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Sejarah </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rusia </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur benua Eropa dan dulu bernama Uni Soviet. Pada tahun 1991, Uni Soviet yang saat itu beraliran komunis runtuh dan berganti nama. Sebanyak sebelas negara bagian Soviet memerdekakan diri dari Soviet, yang merupakan tanda runtuhnya kejayaan Soviet yang berlangsung selama puluhan tahun. Salah satunya</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">adalah Ukraina, negara yang saat ini banyak melakukan kerjasama ekonomi dengan Soviet. </span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Setelah</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">berganti nama menjadi Rusia, negara tersebut menjadi negara yang tidak diperhitungkan dan diabaikan oleh negara-negara di dunia terutama barat. Baik dari sisi militer dan ekonomi, Rusia mengalami kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan yang mereka alami setelah hancurnya Soviet. Setelah Soviet berganti nama menjadi Rusia, Boris Yeltsin terpilih menjadi presiden Rusia melalui pemilihan langsung. Ia langsung memutuskan untuk melakukan reformasi ekonomi dari sistem terencana menuju mekanisme pasar yang merupakan saran dari </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">International Monetery Fund</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> (IMF) dan Amerika Serikat (AS).</span><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn1" name="_ednref1" title="">[1]</a></span></span></span></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Privatisasi aset-aset negara yang dibeli oleh warga Rusia maupun warga asing merupakan program utama dari mekanisme pasar tersebut. Privatisasi aset-aset negara membuat Rusia mengalami kehancuran ekonomi, kemiskinan semakin meluas dan inflasi besar-besaran tetapi ada pihak yang merasakan keuntungan dari kesengsaraan warga Rusia</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">yaitu para pemilik perusahaan (dikuasai para penguasa)</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> ditambah m</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">araknya pelanggaran hukum yang dilakukan para elit politik dan korupsi yang semakin membuat perekonomian Rusia kolaps. Rusia yang kaya akan gas alam, batu bara, minyak dan hutan, masyarakatnya hidup dalam kesengsaraan akibat oligarki yang dilakukan penguasa bisnis Rusia. Warga sipil sampai aparat keamanan dan militer melakukan aksi protes besar-besaran terhadap pemerintahan, mereka menghancurkan gedung parlemen dengan menggunakan </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">tank dan artileri</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">.</span><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn2" name="_ednref2" title="">[2]</a></span></span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 18px;"><b></b></span></div><b><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="display: inline !important; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div></b><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Pada 31 Desember 1999, Boris Yeltsin mengundurkan diri dan memerintahkan untuk melakukan pemilu. Pada tahun 2000, Vladimir Vladimirovich Putin terpilih sebagai presiden Rusia menggantikan Yeltsin. Vladimir Putin beserta </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">siloviki</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">-nya terus melancarkan serangan-serangan penegakan hukum terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan para oligarki dalam ekspansi bisnisnya. </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Siloviki</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> berasal dari bahasa Rusia yang artinya kekuasaan. </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Siloviki</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> terdiri dari mantan anggota Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti/KGB (merupakan badan intelegen Rusia dan telah diganti namanya menjadi FSB) dan petinggi militer yang sekarang merupakan orang-orang penting dalam jajaran pemerintahan Vladimir Putin.</span><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn3" name="_ednref3" title="">[3]</a></span></span></span></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Vladimir Putin dan </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">siloviki</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> menasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik warga Rusia yang melakukan pelanggaran hukum, kepemilikan perusahaannya dengan cara yang ilegal, dan yang tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Putin berpendapat bahwa kekayaan alam harus dikontrol oleh negara demi kepentingan rakyat bersama bukan hanya segelintir orang saja dan penghapusan oligarki adalah salah satu jalan agar rakyat dapat menikmati kekayaan yang seharusnya menjadi milik rakyat.</span><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn4" name="_ednref4" title="">[4]</a></span></span></span></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Kini kekayaan alam telah berada di dalam kendali pemerintahan Rusia. Dengan kekuatan minyak dan gas alamnya, Rusia melakukan hubungan kerjasama dengan negara-negara lain dan mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan sebuah negara. Salah satunya yaitu Ukraina yang akan dibahas dalam makalah ini. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Bentuk kerjasama Rusia dengan Ukraina </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Sejak runtuhnya Soviet dan berganti nama, Rusia terus melakukan perubahan-perubahan </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">dalam sistem perekonomiannya sampai akhirnya Rusia dapat berjaya dalam bidang politik, ekonomi, teknologi dan militer. Walaupun dalam bidang militer beserta persenjataan belum setara dengan AS</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> tetapi</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia menjadi ancaman terbesar bagi AS. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Pemerintah saling berhubungan dengan mengajukan alternatif pemecahan, perundingan, atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu, dan mengakhiri perundingan dengan membentuk beberapa perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan bagi semua pihak. Itulah yang disebut dengan kerjasama atau kooperasi.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[5]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Suatu kerjasama antar negara yang dijalin dengan keinginan tulus untuk memajukan negerinya disertai tujuan bersama dan adanya hubungan timbal balik serta adanya rasa keterikatan yang kuat tidak akan menimbulkan konflik dalam hubungan tersebut.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Awal dari kerjasama Rusia dengan Ukraina </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">yaitu</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> dalam bidang ekonomi namun seterusnya merembet dalam bidang lainnya. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Menurut David Mitrany tentang Ramification, yaitu</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">kerjasama disatu bidang akan meningkatkan atau menimbulkan kerjasama di bidang lain.</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Kerjasama Rusia dengan Ukraina dalam bidang energi menimbulkan kerjasama-kerjasama lainnya. Setelah perjanjian mengenai perpanjangan kontrak pangkalan angkatan laut Rusia di Semenanjung Crimea disetujui oleh kedua negara. Rusia langsung menawarkan kerjasama yang meluas antara lain: produksi pesawat terbang, pembangunan galangan kapal, dan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir serta siklus energi. Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa kerjasama militer akan meningkatkan kepercayaan antara kedua negara dan memberi kesempatan untuk bekerja dengan kepercayaan dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[6]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rumusan Masalah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"></div><ul><li><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 18px;"><b><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="display: inline !important; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">·</span><span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Apa yang membuat Rusia menjadi negara yang kuat, terutama dalam hal ekonominya</span></span></div></b></span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 18px;"><b><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="display: inline !important; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">·</span><span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Bagaimana posisi Rusia yang mempergunakan </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">energy weapon</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> untuk membuat Ukraina mengikuti tergantung kepada Rusia</span></span></div></b></span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 18px;"><b><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="display: inline !important; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">·</span><span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Bagaimana pengaruh hubungan kerjasama Rusia dan Ukraina terhadap Uni Eropa dalam hal pasokan gas Rusia</span></span></div></b></span></li>
</ul><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><br />
</div><h1 style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB II PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></h1><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Gazprom dan Putin<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Setelah Vladimir Putin terpilih menjadi presiden Rusia, prioritasnya adalah menasionalisasi perusahaan-perusahaan yang memiliki kaitan dengan sumber daya alam Rusia. ia langsung membeli 10.74 saham Gazprom melalui Rosneft. Gazprom terus untuk tetap mengencangkan pengawasan monopoli tidak hanya pada jaringan pipa gas alam milik negara tetapi juga seluruh hasil gas alam Rusia. Dengan berjalannya waktu, pemerintah Rusia berhasil menguasai Gazprom sebagai badan usaha milik negara.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[7]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Saat ini Rusia telah memiliki lebih dari 50 persen saham Gazprom dan Putin memiliki peranan untuk terus mengontrol Gazprom agar perusahaan tersebut dapat memaksimalkan kerjanya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Saat ini, seluruh negara-negara Eropa Barat kecuali Jerman sangat tergantung pada pipa-pipa gas milik Gazprom, seperti negara-negara Baltic dan Finlandia mengimport 100 persen gas alam dari Rusia.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Putin me</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">ngikutsertakan temannya</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> yang </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">mempunyai kelebihan </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">dari St. Petersburg, </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">yaitu </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">German Gref and Alexei Kudrin, sebagai penanggungajawab untuk menghidupkan kembali perekonomian Rusia. Mereka menyarankan untuk menargetkan pendapatan pajak sebesar 13 persen dan inisiatif lainnya seperti program penyederhanaan dan mengurangi kesulitan dalam hal birokratik sebelum mereka membuka hubungan perdagangan. Usaha tersebut berhasil dilakukan dan membuat GDP Rusia semakin meningkat.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn8" name="_ednref8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[8]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Penegakan hukum merupakan program Putin dalam meningkatkan perekonomian Rusia. Ia menyelidiki perusahaan-perusahaan milik pribadi yang mencurigakan melakukan tindak kejahatan dan menghilangkan oligarki yang menggerogoti Rusia. Salah satunya adalah perusahaan TV yang dimiliki oleh Vladimir Gusinsky. Ia akhirnya dimasukkan ke dalam penjara atas tindakan penggelapan uang.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn9" name="_ednref9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[9]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Mungkin kalau dapat diidentifikasikan bahwa pengambilan kebijakan Rusia dipengaruhi oleh jenis/tipe pemerintahan (Rosenau), Demokratis Terbatas yaitu keputusan hanya terdapat ditangan parlemen dan pemimpin eksekutif sedangkan rakyat tidak terlalu mempengaruhi pengambilan kebijakan. Itulah yang membuat Rusia pada masa pemerintahan Putin dapat melakukan tindakan yang membuat Rusia menjadi negara yang diperhitungkan. Putin merupakan pemimpin yang sedikit otoriter namun rakyat Rusia tidak terlalu mempermasalahkannya karena Putin beserta </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">siloviki</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> memberikan kesejahteraan, keamanan, dan prestige untuk bangsanya.</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">“</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Who gets what, when and how</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Sepertinya makna “</span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">who gets what, when and how</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">” dalam politik internasional berlaku bagi hubungan kerjasama Rusia dengan Ukraina yang belakangan ini semakin mencuat setelah adanya kerjasama </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">tentang </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">perpanjangan</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> kontrak</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> pangkalan laut di Semenanjung Crimea, Ukraina. Presiden Rusia Dmitry Medvedev, terus melakukan pendekatan </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">terhadap</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> negara bekas Uni Soviet (saat ini bernama Rusia) yaitu Ukraina. Rusia melakukan pendekatan terhadap Ukraina dapat diartikan karena Rusia tidak ingin </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ukraina </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">masuk ke dalam keanggotaan Uni Eropa </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">dan berujung pada masuknya </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ukraina menjadi anggota </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">North Atlantic Treaty Organization</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> (NATO). Hal tersebut akan mengancam keamanan Rusia karena </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">negara tersebut</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> berbatasan langsung dengan </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ukraina</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">serta anggota NATO lainnya. Serta dengan adanya Program Timur Uni Eropa yang dilakukan untuk mempererat hubungan Uni Eropa dengan negara-negara seperti Ukraina dan Georgia sangat mengkhawatirkan Rusia karena mereka takut penguatan hubungan tersebut digunakan Uni Eropa untuk melawan Rusia dan membuat sejumlah negara menyatakan sikap anti-Rusia.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn10" name="_ednref10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[10]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Jika hubungan kerjasama yang baik dengan Ukraina dapat terjaga maka Rusia tidak akan mengalami ancaman keamanan serta akan menambah pundi-pundi devisa Rusia. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Sebelum kemerdekaannya, kekuatan ekonomi Ukraina terutama pada bidang industri dan pertanian merupakan yang terbesar kedua pada masa Uni Soviet. Setelah merdeka Ukraina mengalami berbagai persoalan dalam negeri sehingga perekonomian Ukraina merosot tajam dan terjadi inflasi namun Ukraina berangsur-angsur pulih dengan mengembangkan bidang transportasi mesin dan pesawat serta misil yang dieksport ke banyak negara. Namun, Ukraina masih harus mengimport kebutuhan gas dan minyak masyarakat Ukraina dari Rusia dan Asia.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn11" name="_ednref11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[11]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Ukraina merupakan tempat pemasangan pipa-pipa gas Rusia menuju negara-negara di Eropa bagian Barat. Jika perjanjian kerjasama Rusia dengan Ukraina mengalami ketidaksepahaman maka dampaknya juga akan dirasakan oleh negara-negara Eropa lainnya. Oleh sebab itu, hubungan kerjasama Ukraina dengan Rusia terutama masalah energi harus </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">terus </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">membaik dan semakin erat.</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Uni Eropa sangat bergantung pada sumber energi Rusia, baik terutama gas alam dan minyak. Gas alam milik Rusia yang dibeli oleh negara-negara Eropa Barat disalurkan dengan pipa-pipa gas yang melewati negara Ukraina. Selain Rusia yang mendapatkan cadangan devisa yang melimpah, Ukraina juga terkena imbasnya karena pipa-pipa gas tersebut. Jika hubungan kerjasama Rusia dengan Ukraina mengalami kendala atau terjadi pergolakan antara kedua negara maka Rusia akan menghentikan penyaluran dan ekspor gas alam untuk Uni Eropa dan Ukraina. Selain itu, jika Rusia meresa keamanannya terancam oleh Uni Eropa yang terus mengintimidasi negara-negara pecahan Soviet untuk masuk menjadi anggota Uni Eropa dan NATO. Saat ini, Ukraina sedang berusaha untuk menjadi salah satu anggota Uni Eropa. Mereka yakin bahwa Uni Eropa merupakan wadah yang tepat untuk memajukan negerinya dan banyak keuntungan yang akan didapatkan. Namun, Rusia akan berusaha untuk menghentikan niatan tersebut dengan senjata energinya. Rusia telah membuktikan kedikdayaannya dalam percaturan ekonomi dunia dan terus berusaha untuk menerapkan salah satu esensi dari realis yaitu offensive realis yaitu negara harus mencapai pemegang hegemoni dan berusaha untuk mendapatkan power yang lebih (John Mearsheimer). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia mempunyai </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">power</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan Ukraina melalui </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">oil weapon </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">yang dimilikinya. Menurut K.J. Holsti, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">power</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> adalah kemampuan </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">umum </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">sebuah negara untuk </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">menguasai atau </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">meng</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">awasi</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> perilaku negara lainnya sedangkan menurut Hans J. Morgenthau, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">power</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> yaitu betujuan untuk mengendalikan pemikiran dan tindakan orang lain. Terdapat tujuh elemen nasional <i>power</i> antara lain: besarnya negara, topography, lokasi; populasi; pangan, sumber daya alam; sifat negara (demokrasi atau tidak), diplomasi; morale, propaganda; ideology; dan teknologi, militer.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn12" name="_ednref12" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[12]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Rusia merupakan negara terluas di dunia sehingga sulit untuk negara lain menaklukkan Rusia dari segi militer den tentu dengan wilayah yang besar, Rusia memiliki populasi yang besar pula. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Populasi Rusia yang diperkirakan pada tahun 2010 sebesar 141.927.297 akan </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">dapat meningkatkan kapasitas militer</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> negeri tersebut</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia merupakan salah satu negara yang sangat mementingkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi sehingga tidak heran mereka unggul dalam berbagai hal dari negara-negara lainnya. </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia memiliki teknologi dan militer yang cukup kuat </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">dan</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> merupakan peninggalan dari Uni Soviet. Dan yang paling mempunyai peranan utama dalam perekonomian dan eksistensi Rusia saat ini yaitu pangan, sumber daya alam. Pada tahun 2009, Rusia adalah eksportir terbesar ketiga di dunia, mempunyai cadangan gas terbesar pertama di dunia, cadangan minyak terbesar kedelapan di dunia, dan cadangan batubara terbesar kedua di dunia.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn13" name="_ednref13" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[13]</span></span></span></span></a></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia menggunakan energinya untuk terus menjaga pengaruhnya terhadap Ukraina dengan menaikkan harga gas dan minyak. Ukraina sangat dependen terhadap Rusia terutama dalam pasokan gas dan minyak. Energi adalah alat diplomasi Rusia dengan negara-negara persemakmuran Uni Soviet. Posisi tawar menawar Rusia berada di atas angin sehingga negara-negara yang membutuhkan sumber energ</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">i</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Rusia harus mengorbankan sesuatu yang mereka miliki, salah satunya adalah Ukraina. Negara tersebut harus merelakan Semenanjung Crimea</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> untuk</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> dijadikan pangkalan angkatan laut Rusia yang diperpanjang sampai tahun 2042 walaupun mendapat kecaman dari masyarakat Ukraina. namun, opini publik bukanlah faktor pengambilan keputusan oleh pemerintahan Ukraina tapi dipengaruhi oleh faktor ekonomi</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Dalam faktor ekonomi, Ukraina akan memperoleh potongan harga gas alam sebesar 30 persen yang akan mengurangi pengeluaran belanja yang besar terhadap pembelian gas alam. Pertikaian harga gas alam membuat Rusia menghentikan aliran gas alam melalui pipa-pipa di Ukraina menuju Eropa Barat. Tentu hal itu membuat negara-negara tersebut mengalami kepanikan karena mereka sangat bergantung dengan pasokan gas alam milik Rusia. Presiden </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Viktor Yanukovych</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, sebagai pengambil keputusan dalam pemerintahan Ukraina, menyetujui untuk memperpanjang kontrak pangkalan laut di Semenanjung Crimea karena Yanukovych adalah pendukung Rusia. Walaupun mendapat kritikan oleh oposisi dan partai-partai pro-Barat yang bahkan menyerukan impeachment terhadap Yanukovych, Presiden bergeming dan berdalih bahwa kerjasama ini akan membantu Ukraina yang sedang berjuang dari krisis ekonomi. <o:p></o:p></span></span></div><h2 style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Diplomasi dilakukan pemimpin kedua negara yang berdaulat dengan mengirimkan sebuah pesan untuk saling merangkul dan membantu demi terciptanya sebuah kerjasama yang tidak menimbulkan konflik yang justru akan merugikan negara masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Hedley Bull, diplomasi adalah hubungan tingkah laku antara negara dan kesatuan lainnya yang dilakukan oleh perwakilan resmi dengan tujuan damai. Terkadang diplomasi sering dibatasi proses regulasi komunikasi atau sistem komunikasi masyarakat internasional. Diplomat sebagai mata, telinga, dan mulut dari pemerintah. Diplomat dapat memilih untuk menggunakan komunikasi publik atau privat ataupun komunikasi verbal atau nonverbal.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn14" name="_ednref14" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[14]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> <o:p></o:p></span></span></h2><h2 style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia yang mengurangi bahkan menghentikan pasokan gas alam ke Eropa Barat melalui Ukraina karena perudingan alot tentang harga gas alam dapat dikatakan bahwa Rusia beserta Gazprom melakukan komunikasi publik dan komunikasi verbal. Gazprom adalah perusahaan yang dikontrol dan dimiliki oleh negara Rusia, perusahaan terbesar ketiga di dunia.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn15" name="_ednref15" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[15]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Komunikasi publik dilakuakan antara pemimpin negara dan diketahui oleh seluruh negara di dunia, dipublikasikan oleh media sebagai pemberi informasi. Sedangkan komunikasi verbal yaitu Gazprom sebagai perwakilan Rusia dalam perdagangan gas alam dengan Ukraina mengatakan kepada Ukraina bahwa mereka akan mengurangi bahkan menghentikan aliran gas alam dengan maksud agar Ukraina segera mengambil sikap atas negosiasi yang belum terselesaikan tersebut. <o:p></o:p></span></span></h2><h2 style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Bahasa dalam berdiplomasi juga dapat menentukan dalam pengambilan keputusan akhir. Menurut John T. Rouke, “</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Language c</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">a</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">n be offended and mistranslated</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, language c</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">an affect diplomatic establishment and give shifting sign in diplomatic position</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">”.</span><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_edn16" name="_ednref16" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[16]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Ukraina yang dahulu bagian dari Rusia (dahulu Soviet) tentu sebagian dari masyarakatnya dapat menggunakan bahasa Rusia sehingga kesalahpahaman dalam mengemukan kepentingan-kepentingan setiap negara </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">dapat diminimalisir.</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></h2><div><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB III PENUTUP</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rusia merupakan negara yang kaya akan energi alam. Dengan sejarah yang buruk dan menyakitkan, pemimpin Rusia saat itu Vladimir Putin berusaha untuk menegakkan hukum dan menghilangkan oligarki dalam pemerintahan dan bisnis di Rusia. Sepuluh tahun kemudian Rusia terlepas dari jerat utang dan ketergantungan dengan negara lain. Sekarang, negara lainlah yang menggantungkan eksistensi negerinya kepada Rusia yang tidak dipandang sebelah mata lagi. Ukraina, salah satu negara pecahan Soviet, sangat tergantung oleh energi yang dimiliki Rusia. Rusia yang saat ini dipimpin Presiden Dmitry Medvedev memanfaatkan kesempatan itu untuk terus menancapkan pengaruhnya di negara tersebut dengan menawarkan berbagai kerjasama. Rusia dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan Ukraina dengan ancaman menghentikan penyaluran gas alam kepada Ukraina dan Uni Eropa. Terlebih jika keamanan Rusia terancam oleh pengaruh Uni Eropa yang mempunyai keinginan untuk mempengaruhi Ukraina beserta negara-negara pecahan Soviet lainnya untuk bersikap anti-Rusia. Di sini terlihat betul Rusia mempunyai posisi tawar menawar yang lebih kuat dibandingkan negara-negara tersebut. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Buku:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Saragih, Simon, “Bangkitnya Rusia, Peran Putin dan Eks KGB”, <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Holsti, K.J, “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis”, Binacipta Bandung, 1992.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">E-book:<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Goldman , </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Mashall I., “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate”</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, Oxford University Press, 2008.</span><span style="color: #231f20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 30.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Internet:<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">http://</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">internasional.kompas.com/read/2010/04/25/11254774/Pangkalan.Rusia.Diprotes.Warga.Ukraina</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span style="text-decoration: none;"><a href="http://www1.voanews.com/indonesian/news/Ukraina-Perpanjang-25-Tahun-Pangkalan-Rusia-di-Laut-Hitam-91998719.html"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">http://www1.voanews.com/indonesian/news/Ukraina-Perpanjang-25-Tahun-Pangkalan-Rusia-di-Laut-Hitam-91998719.html</span></a></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://www.liveconnector.com/forum/viewtopic.php?t=28836"><span style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">http://www.liveconnector.com/forum/viewtopic.php?t=28836</span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://ferizalramli.wordpress.com/2009/01/02/diplomasi-percaya-diri-kamerad-putin/"><span style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">http://ferizalramli.wordpress.com/2009/01/02/diplomasi-percaya-diri-kamerad-putin/</span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/01/090118_russiagas.shtml"><span style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/01/090118_russiagas.shtml</span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/05/090522_rusia.shtml"><span style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/05/090522_rusia.shtml</span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Catatan kaki <o:p></o:p></span></span></div><div style="mso-element: endnote-list;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><br clear="all" /></span> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <div id="edn1"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[1]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Simon Saragih, “Bangkitnya Rusia, Peran Putin dan Eks KGB”, Bab I Stiglitz: Soal Akar Kehancuran Ekonomi Rusia</span></span></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[2]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ibid <o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[3]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ibid</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[4]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">I</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">bid<o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn5"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[5]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> K.J. Holsti, “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis”, Bab 16 Bentuk Utama Interaksi: Kerjasama”, Hal 650</span></span></div></div><div id="edn6"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[6]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Diambil dari </span><a href="http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100427_ukraina.shtml"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100427_ukraina.shtml</span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, diakses pada 30 April 2010, pukul 20.30 WIB<o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn7"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[7]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Mashall I. Goldman, “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate”</span></span></div></div><div id="edn8"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref8" name="_edn8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[8]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ibid, Chapter 5 Putin Takes Over: The return of the Czar</span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn9"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref9" name="_edn9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[9]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Ibid, Hal 102</span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn10"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref10" name="_edn10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[10]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Diambil dari </span><a href="http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/05/090522_rusia.shtml"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/05/090522_rusia.shtml</span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, diakses pada 30 April 2010, pukul 20.30 WIB<o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn11"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref11" name="_edn11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[11]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span class="citation"><a href="http://www.oxfordenergy.org/pdfs/NG21.pdf"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">"Ukraine's gas sector"</span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span></span><span class="citation"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">(E-book format PDF)</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn12"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref12" name="_edn12" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[12]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Diambil dari presentasi kuliah Politik Internasional, Hubungan Internasional tahun 2009/2010, tentang Power.<o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn13"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref13" name="_edn13" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[13]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> Marshall I. Goldman, “Putin, Power, and the new Russia”</span></span></div></div><div id="edn14"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref14" name="_edn14" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[14]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Diambil dari presentasi dengan judul “Effective Diplomacy & Diplomacy in Crisis Management”, Hubungan Internasional, Universitas Paramadina, 2 Maret <o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn15"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref15" name="_edn15" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[15]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Mashall I. Goldman, “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate”</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">.<o:p></o:p></span></span></div></div><div id="edn16" style="mso-element: endnote;"> <div class="MsoEndnoteText"><a href="file:///C:/Users/Compaq/Desktop/PEMANFAATAN%20OIL%20WEAPON%20RUSIA%20DENGAN%20UKRAINA.doc#_ednref16" name="_edn16" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">[16]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> John T. </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Rourke,</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> “</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-bidi-font-style: italic;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">International Politics on the World Stage</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">”</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-bidi-font-style: italic;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, Brief. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">2nd Ed. Dushkin/McGraw-Hill. P. 295-298; 303-306</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, diambil dari presentasi </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Effective Diplomacy & Diplomacy in Crisis Management</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">, Hubungan INternasional, Universitas Paramadina, 2 Maret.</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div><div class="MsoEndnoteText"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><br />
</span></div></div></div></b></span><br />
<div style="mso-element: endnote-list;"><div id="edn16" style="mso-element: endnote;"> </div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-12634747404849865462010-06-02T07:11:00.000-07:002010-06-02T07:11:57.568-07:00US’S HARD AND SOFT DIPLOMACY: STRATEGI AS DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MEMPERLUAS HEGEMONINYA.<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="CONTENT-TYPE"></meta><title>US’S HARD AND SOFT DIPLOMACY DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MEMPERLUAS HAGEMONINYA</title><meta content="OpenOffice.org 2.0 (Win32)" name="GENERATOR"></meta><meta content="20100602;12192700" name="CREATED"></meta><meta content="Kings -" name="CHANGEDBY"></meta><meta content="20011011;13495300" name="CHANGED"></meta><style>
<!--
@page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm }
P.sdfootnote { margin-left: 0.5cm; text-indent: -0.5cm; margin-bottom: 0cm; font-size: 10pt }
P { margin-bottom: 0.21cm }
A.sdfootnoteanc { font-size: 57% }
-->
</style> <br />
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Disusun oleh : Rendy. W</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">NIM : 209000193</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 5.24cm;">BAB 1 : PENDAHULUAN</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><ol><ol><li><br />
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><b>LATAR BELAKANG</b></div></li>
</ol></ol><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;">Diplomasi adalah seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan dengan wakil-wakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan. Diplomasi merupakan salah satu instrumen politik luar negri terpenting yang diupayakan demi mencapai kepentingan nasional suatu negara. Dalam konteks perkembangan sejarahnya, definisi diplomasi terus meluas, diplomasi tidak lagi hanya berarti suatu negosiasi yang terjadi di atas meja yang dilakukan secara formal diantara dua wakil negara, perkembangan fenomena dalam hubungan internasional memicu munculnya aktor-aktor lain yang mempengaruhi dinamika hubungan internasional sehingga diplomasi tidak hanya dilakukan oleh aktor negara saa melainkan juga oleh aktor-aktor trans-nasional lainnya.</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;">Pada makalah ini, penulis akan membahas diplomasi Amerika Serikat sebagai negara pemegang hegemoni terkuat dan upaya-upaya mereka dalam memperluas dan mempertahankan hagemoni mereka di kancah hubungan internasional. </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;">Perebutan kekuatan yang terpusat pada dua kutub (bipolar) pernah terjadi pada era perang dingin yang terjadi antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kompetisi perebutan kekuasaan tersebut kemudian dimenangkan oleh Amerika Serikat yang ditandai dengan runtuhnya kedaulatan Uni Soviet sebagai suatu entitas negara-bangsa. Sejak saat itulah Amerika Serikat berdiri sebagai negara dengan pemegang hegemoni terkuat, dan sampai saat ini belum ada satu pesaing sebagai pengganti Uni Soviet sebagai pemegang hegemoni yang berpengaruh kuat. </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;">Bukanlah hal yang mudah tentunya bagi Amerika Serikat untuk bisa terus mempertahankan hagemoninya, tentunya diperlakukan strategi serta tata cara yang dikelola dengan baik untuk bisa terus berdiri sebagai negara dengan hegemoni yang kuat dan bisa terus mempertahankan pengaruhnya di kancah global.</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><b>1.2 PERUMUSAN MASALAH</b></div><ol><li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Bagaimana strategi Amerika Serikat dalam memperluas hagemoni dan pengaruh mereka ke kancah internasional?</div></li>
<li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Soft diplomacy apa yang diterapkan oleh Amerika Serikat?</div></li>
<li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Hard diplomacy apa yang diterapkan oleh Amerika Serikat?</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div></li>
</ol><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><b>1.3 KERANGKA PEMIKIRAN</b> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"> Kerangka permikiran makalah ini ditulis berdasarkan teori politik luar negri yang dilaksanakan demi mencapai suatu kepentingan nasional suatu negara. Berdasarkan teori K.J Holsti, tujuan nasional dibagi ke dalam tiga tujuan: jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan dasar nasional yang digunakan untuk menganalisa kasus pada makalah ini yaitu menggunakan tujuan jangka menengah untuk menganalisa kasus strategi Soft Diplomacy, dan melihat hard diplomacy Amerika berdasarkan tujuan jangka panjang. </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"> Pada makalah ini, analisa ditulis berdasarkan pada dua masa yang berbeda yakni pada era pemerintahan Bush dan pada masa pemerintahan Obama dalam menganalisa hard dan soft diplomasi Amerika. Sudut pandang yang digunakan dalam menganalisa kasus diplomasi Amerika di bawah kepemimpinan Bush dilihat berdasarkan ideologi realis yang lebih cenderung mengedepankan <i>hard power.</i> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"> Defini power menurut Morgenthau, seorang pemikir realis ialah, dimana kepentingan nasional berarti usaha suatu negara untuk mengejar power, karena power adalah kunci suatu negara untuk mengontrol negara lain. Oleh karena itu strategi diplomasi harus dimotivasi oleh kepentingan nasional bukan oleh kriteria moralistik, legalistik. Oleh sebab itu keputusan yang diambil harus realistik, bukan moralistik-legalistik. Morgenthau berpendapat bahwa kepentingan nasional adalah segala-galanya dan di atas kepentingan nasional.<a class="sdfootnoteanc" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#sdfootnote1sym" name="sdfootnote1anc"><sup>1</sup></a> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"> Pada bab pembahasan kita akan menganaslisa lebih lanjut mengenai strategi yang diterapkan oleh Amerika Serikat pada dua masa yang berbeda, yakni pada kepemimpinan Bush dan Obama, dalam menggunakan diplomasinya demi mencapai kepentingan nasional dan meluaskan pengaruh dan hegemoni mereka di kancah global.</div><ol><ol start="3"><ol><ol><ol><ol><ol><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"></div></ol></ol></ol></ol></ol></ol></ol><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 5.48cm;">BAB II PEMBAHASAN</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 5.48cm;"><br />
</div><ol><ol><li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><b>Strategi Diplomasi Amerika Serikat</b></div></li>
</ol></ol><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm; text-indent: 0.32cm;"><span lang="id-ID">Kekuatan Hegemoni yang didapatkan Amerika serikat paska kemenangan mereka dalam perang dingin sangat penting untuk dipertahankan demi melancarkan kepentingan nasionalnya dalma kurun jangka panjang. Hegemoni dirasa juga merupakan hal yang penting abgi negara adikuasa seperti Amerika Serikat, mengingat visi dan misi Amerika Serikat sebagai negara unipolar yang memegang kekuasaan penuh dan terpusat di dunia internasional. Pengertian dari hagemoni itu sendiri bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (</span><i><span lang="id-ID">common sense</span></i><span lang="id-ID">) (</span><span style="color: navy;"><u><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony">http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony</a></u></span><span lang="id-ID">). </span> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm; text-indent: 0.32cm;">Strategi Amerika Serikat dalam memperluas kekuatan hagemoninya tentunya tidak cukup melalui diplomasi formal yang dilakukan dua wakil negara dalam satu meja. Tentunya diperlukan suatu strategi yang tertata dengan baik dan dengan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk memperluas pengaruh mereka ke kancah global. Hard dan soft diplomacy merupakan salah satu strategi yang diterapkan dalam mencapai kepentingan nasional mereka dalam memperluas hagemoni mereka. </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><ol><ol start="2"><li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><b>Soft diplomacy Amerika Serikat</b></div></li>
</ol></ol><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">1.2.1 Soft Diplomacy melalui Media Entertainment</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm; text-indent: 0.38cm;">Soft diplomacy merupakan salah satu strategi Amerika Serikat untuk bisa memperluas pengaruh mereka ke negara-negara lain. Entertainment, merupakan salah satu cara mereka menyebar luaskan pengaruh budaya dan cara pikir Amerika Serikat yang dilakukan untuk mencapai kepentingan nasional mereka. Media massa merupakan salah satu media kuat yang ampuh dalam mengubah cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Dalam kasus ini, media entertainment adalah merupakan alat yang digunakan Amerika Serikat dalam melancarkan hegemoninya ke negara-negara lain. Kehadiran media-media asal Amerika yang dikenal luas, di sleuruh dunia seperti: CNN, Holywood, MTV dimanfaatkan sebagai momentum yang tepat sebagai media diplomasi Amerika Serikat yang secara tersembunyi dan perlahan menggeser nilai-nilai budaya setempat dengan budaya Barat (Westernisasi). Media-media tersebut digunakan sebagai alat diplomasi Amerika guna mencapai kepentingan nasional mereka di berbagai bidang , ternasuk ekonomi. Pengaruh media entertainment sangat ampuh dalam mengubah cara pandang seseorang (propaganda) untuk kemudian mempengaruhi dan mengontrol pikiran suatu kelompok masyarakat.</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm; text-indent: 0.38cm;">MTV (Music Television) merupakan salah satu contoh media entertainment yang memilik pengaruh kuat di dunia global, terbukti dengan kehadiran MTV di hampir setiap negara baik di Asia, Eropa ataupun Afrika yang telah mampu mengakar kuat sebagai media entertainment musik yang paling dikenal di dunia internasional. MTV dibentuk sebagai sebuah media entertainment pertelevisian yang berspesialisasi di bidang musik, dan anak muda sebagai target mereka. Media tersebut terbukti mampu menggeser nilai-nilai serta norma budaya yang ada di negara lain dengan memperkenalkan budaya barat yang secara perlahan masuk dan kemudian mengakar kuat sebagai budaya baru di negara tersebut. </div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm; text-indent: 0.38cm;"><span lang="id-ID">MTV terbukti telah berpengaruh besar terhadap perkembangan life style masyarakat yang cenderung berkiblat ke negara barat dimana media tersebut berasal. MTV sangat identik dengan kehidupan remaja yang bergaya <i>hip-hop </i><span style="font-style: normal;">dan </span><i>RnB </i><span style="font-style: normal;">serta gaya hidup, mulai dari cara tutur kata hingga cara berpakaian. Kesuksesan dari mengakarnya budaya yang ditanamkan MTV ke suatu kelompok masyarakat kemudian akan berpengaruh terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat di berbagai bidang dan hal, seperti pencitraan dan ekonomi. Kesuksesan mengakar budaya MTV dalam mengubah cara pandang suatu masyarakat, kemudian diikuti oleh masuknya Multi National Corporations (MNCs) ataupun Trans National Corporations (TNCs) asal Amerika Serikat ke dalam negara tersebut. Masuknya MNC dan TNC tersebut kemudian akan memudahkan Amerika Serikat dalam melancarkan misi hegemoni mereka dalam menguasai pasar di negara tersebut. Lihat saja dengan menjamurnya kehadiran restoran cepat saji di banyak negara-negara seperti: Starbucks, KFC, McDonald, Burger King; serta kehadiran brand-brand baju ternama asal Amerika seperti: Rip Curl, Billaboong, dll. Kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai bukti kesuksesan media-media Entertainment Amerika Serikat seperti MTV dalam menggeser nilai-nilai budaya kelompok masyarakat setempat dan mengontrol pikiran mereka untuk kemudian mengikuti segala perkembangan gaya hidup serta budaya di Amerika Serikat.</span></span></div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.22cm;">1.2.2 Soft Diplomacy Amerika melalui Diplomasi Publik</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Sikap Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Amerika Serikat, Presiden George .W. Bush yang mengedepankan sisi realis Amerika serta penggunaan </span><i>hard power </i><span style="font-style: normal;">mereka dalam melancarkan setiap kepentingan nasional dan dalam menjalankan diplomasinya mengakibatkan citra Amerika Serikat yang memburuk dan terkenal agresif di mata masyarakat internasional. Serangan-serangan illegal, invasi, serta penyiksaan tersangka pelaku terorisme di penjara Guantanamo Bay mendapatkan kecaman keras dari masyarakat internasional. Sikap Amerika di bawah kepemimpinan Bush menunjukkan sentimen tinggi Amerika terhadap negara Muslim yang menaikkan ketegangan hubungan Amerika dengan negara-negara khususnya di kawasan Timur-Tengah. </span></span> </div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><span style="font-style: normal;"><span lang="id-ID">Paska pergantian kepemimpinan, Presiden Barrack Hussein Obama yang melanjutkan kepemimpinan Bush berusaha untuk mengembalikan citra Amerika yang sudah terlanjur jatuh. Soft Diplomacy merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan upaya untuk memperbaiki citra AS pada masyarakat internasional. Bentuk sof diplomacy yang dilakukan Amerika pada kali ini ialah dalam bentuk diplomasi publik. <span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman,serif;">Diplomasi publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara melalui </span></span></span></span><i><span lang="id-ID"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman,serif;">understanding, informing, and influencing foreign audiences<a class="sdfootnoteanc" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#sdfootnote2sym" name="sdfootnote2anc"><sup>2</sup></a>. <span style="font-style: normal;">Diplomasi publik muncul karena wujud pemerintah dalam melakukan diplomasi yang dianggap tidak cukup, karena kehadiran aktor-aktor selain aktor negara yang juga punya andil besar dalam hubungan internasional. Untuk itu keterlibatan publik, baik dalam pemerintah-publik ataupun publik-publik, dianggap perlu untuk memperlancar pergerakan menuju perwujudan kepentingan nasional suatu negara. Diplomasi publik merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai upaya Amerika Serikat dalam membantu mewujudkan kepentingan nasional mereka dalam memperbaiki citra mereka.</span></span></span></span></i><span style="font-style: normal;"><span lang="id-ID"> </span></span> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;">Upaya-upaya yang telah dilakukan Obama sejauh ini antara lain adalah dengan melakukan kunjungan-kunjungan serta melakukan orasi-orasi khususnya ke negara-negara Muslim ataupun negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang memiliki rasa sentimentil tinggi terhadap Amerika akibat agresi militer yang dilakukan oleh presiden Amerika sebelumnya ke Iraq dan Afghanistan. </div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Salah satu contoh kasus yang dianggap sebagai salah satu diplomasi publik yang sukses diwujudkan oleh Amerika Serikat ialah pada saat kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia pada tahun 2009. Kemunculan Hillary Clinton sebagai Mentri Luar Negri AS di </span><i>Dahsyat, </i><span style="font-style: normal;">sebuah program acara bergenre musik yang saat itu sedang populer dan tergolong lebih merakyat dibandingkan dengan program musik seperti MTV, merupakan sebuah strategi unik yang dilakukan. Kemunculan seorang Mentri Luar Negri dari sebuah negara </span><i>super power </i><span style="font-style: normal;">di sebuah program sekelas </span><i>dahsyat </i><span style="font-style: normal;">tampak kurang lazim untuk program yang tergolong merakyat tersebut. Namun upaya tersebut merupakan sebuah strategi yang dilancarkan untuk dapat melakukan kontak langsung dengan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menampilkan citra Amerika yang bersahabat dan bagaimana mereka sama sekali tidak khawatir terhadap ancaman terorisme yang kerap menghantui wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Kunjungan tersebut juga dilakukan untuk mendiplomasikan paham demokrasi di kalangan masyarakat Indonesia yang pada saat itu akan segera menghadapi pemilu kepresidenan. </span></span> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><br />
</div><ol><ol start="3"><li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><b>Hard diplomacy Amerika</b></div></li>
</ol></ol><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Amerika Serikat di bawah kepemimpinan George .W. Bush, cenderung mengedapankan </span><i>hard power</i><span style="font-style: normal;"> mereka dalam berdiplomasi. Kekuatan militer dijadikan instrumen politik luar negri utama mereka untuk mencegah peristiwa 9/11 terjadi kembali. Amerika Serikat menerapkan kebijakan serangan </span><i>pre-emptive </i><span style="font-style: normal;">dan </span><i>preventive </i><span style="font-style: normal;">sebagai upaya dalam penanggulangan peristiwa 9/11. </span><i>pre-emptive </i><span style="font-style: normal;">berarti melakukan aksi militer terhadap suatu negara yang akan segera melakukan serangan, Sedangkan </span><i>preventive </i><span style="font-style: normal;">berarti melakukan tindakan perang terhadap suatu negara, yang pada suatu titik di masa depan nanti, menjadi suatu ancaman.<a class="sdfootnoteanc" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#sdfootnote3sym" name="sdfootnote3anc"><sup>3</sup></a> Kebijakan </span><i>pre-emptive </i><span style="font-style: normal;">yang pernah diterapkan di Amerika sebelumnya dikenal sukses untuk menghindari serangan musuh pada beberapa kasus dalam sejarah peperangan Amerika. </span></span> </div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Pada masa kepemimpinan Bush, serangan </span><i>pre-emptive </i><span style="font-style: normal;">dilakukan kepada Afghanistan yang dianggap bertanggung jawab sebagai tempat bersarangnya Al-Qaeda yang dituduh sebagai pelaku utama aksi teror pada peristiwa 9/11. Serangan ini sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari mayoritas rakyat Amerika yang ditempuh melalui upaya diplomasi publik dari pemerintah kepada publiknya. Serangan tersebut dilakukan karena jalan diplomasu antara kedua pemerintah dianggap sudah tidak efektif dan invasi dianggap sebagai jalur diplomasi terakhir yang dipilih. Dalam invasi ini Amerika tidak sendirian, melainkan “ditemani” oleh tentara NATO, sebuah pakta pertahanan yang berkomitmen bahwa satu serangan adalah serangan kepada semua.</span></span></div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Kebijakan serangan </span><i>preventive </i><span style="font-style: normal;">merupakan upaya </span><i>hard diplomacy </i><span style="font-style: normal;">jangka panjang yang dilakukan karena perasaan </span><i>insecure </i><span style="font-style: normal;">yang dirasakan Amerika karena merasa terancam akan keberadaan teroris-teroris yang menganggap keberadaan Amerika Serikat sebagai suatu kekuatan yang mengancam dunia global. Perwujudan nyata dari kebijakan serangan </span><i>preventive </i><span style="font-style: normal;">yang ditempuh Amerika dilakukan melalui upaya invasi mereka yang ke-dua setelah Afghanistan ke Iraq. Upaya invasi Amerika kali ini adalah sebuah serangan yang melanggar </span><i>jus in bello, </i><span style="font-style: normal;">dimana serangan tersebut dianggap sebagai serangan yang illegal dan tidak terjustifikasi. Serangan kali ini dilancarkan dengan alasan bahwa Iraq merupakan ancaman besar bagi keberlangsungan Amerika Serikat di kancah global karena keberadaan pemimpin diktatorian mereka Saddam Hussein yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dengan Al-Qaeda. Pada awalnya Amerika menganggap bahwa serangan mereka kali ini akan berjalan dengan lancar mengingat beberapa poin alasan kuat yang mereka miliki untuk melakukan invasi, antara lain: </span></span> </div><ol><ol><li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Pemerintahan Saddam Hussein yang tidak demokratis atau otoriter</div></li>
<li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Pelanggaran HAM berat yang dilakukan pemimpin diktatorian Iraq, Saddam Hussein</div></li>
<li><br />
<div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Sikap Saddam Hussein yang cenderung mendukung serangan terorisme di AS anggapan bahwa Iraq menyimpan WMD (Weapon of Mass Destruction) atau senjata pemusnah massal. </div></li>
</ol></ol><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.05cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.61cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Hal yang berlawanan justru terjadi dari ekspetasi dari AS untuk mendapatkan dukungan, kecaman demi kecaman dari masyarakat internasional justru berdatangan, PBB sebagai badan kepemerintahan internasional tidak menyetujui upaya serangan AS tersebut, NATO menolak untuk membantu AS dalam melakukan serangan yang ke-dua kalinya tersebut, serta dukungan masyarakat AS sendiri yang tidak mendukung penuh atas upaya invasinya kali ini. Krisis ekonomi yang terjadi paska kepemimpinan Bush-pun, disebut-sebut menjadi tanggung jawab Bush atas kebijakan-kebijakan </span><i>hard diplomacy-nya. </i><span style="font-style: normal;">Kebijakan Amerika kali ini dianggap sebagai sebuah kebijakan dari sebuah kekuatan besar yang tidak disertai dengan tanggung jawab yang besar.</span></span></div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.61cm;">Di lain sisi, upaya serangan invasi Amerika Serikat ke negara-negara di Timur tengah bisa dinilai sebagai upaya lain mereka dalam memperluas kekuatan dan pengaruh hegemoni mereka di kawasan Timur Tengah. Timur-Tengah yang dulunya bukan merupakan kawasan penting yang dilirik oleh negara-negara barat, kemudian dianggap mempunyai potensi besar sebagai ancaman bagi mereka. Invasi dirasa sebagai salah satu cara yang paling efektif guna memperluas pengaruh mereka ke kawasan tersebut.</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.61cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.61cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 4.89cm;"><b>BAB III: KESIMPULAN</b></div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 4.52cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.69cm;"><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Diplomasi dilakukan demi mencapai kepentingan nasional suatu negara dan sebagai tindakan sebagai upaya yang diutamakan untuk mencegah terjadinya perang. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Bush cenderung menggunakan hard powernya sebagai jalan terakhir diplomasi mereka demi mencapai kepentingan nasional mereka, yakni </span><i>peace and security</i><span style="font-style: normal;">. Kedamaian dan keamanan Amerika mulai mengalami krisis ketika sebuah serangan pada 9 September tiba-tiba terjadi dan meninggalkan trauma yang mendalam bagi masyarakat dan pemerintah Amerika. Kebijakan pre-emptive dan preventive strike dianggap sebagai jalur diplomasi terakhir yang paling efektif bagi Amerika sebagai upaya pencegahan terhadap negara-negara yang menyimpan ancaman bagi Amerika Serikat. Namun upaya invasi mereka ke Iraq yang dilakukan sebagai perwujudan kebijakan preventive strike ternyata tidak berlangsung semulus ekspetasi mereka. Paska serangan dan kepemimpinan Bush di Amerika, citra Amerika justru menjadi rusak dan dikenal sebagai negara agresi yang anti-Islam. Rasa sentimentil serta rusaknya hubungan diplomatik terjadi diantara negara-negara Islam. Amerika di bawah kepemimpinan Obama, menanggung beban berat paska invasi mereka ke Iraq. Obama kemudian memperkenalkan konsep </span><i>smart diplomacy </i><span style="font-style: normal;">yang menggabungkan dua elemen antara soft dan hard diplomacy. Obama mencoba untuk merubah kembali citra Amerika dengan melakukan soft diplomacy dalam bentuk kunjungan-kunjungan serta kontak langsung dengan lapisan masyarakat, terutama negara-negara yang mayoritas Muslim yang mempunyai pengaruh Islam yang kuat di negara tersebut. Diplomasi publik yang dilakukan oleh Hillary Clinton adalah salah satu bentuk strategi Amerika dalam berdiplomasi guna mendapatkan kembali citra baik mereka di kancah internasional. </span></span> </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.69cm;">Upaya hegemoni Amerika yang didapat paska kemenangan mereka dalam perang dingin terus dipertahankan, dan tentunya dengan upaya serta strategi-strategi diplomasi mereka yang ditempuh dengan berbagai cara. Soft diplomacy AS melalui media entertainment adalah salah satu strategi yang digunakan guna memperkenalkan budaya mereka untuk kemudian mengontrol dan mempengaruhi nilai-nilai budaya yang ada di negara lain, dengan kemudian memudahkan masuknya perusahaan-perusahaan asing milik Amerika di negara yang sudah kuat pengaruhnya. Strategi-strategi yang ditempuh Amerika tersebut jelas dilakukan guna mencapai visi dan misi mereka untuk menjadi sebuah negara unipolar yang memegang penuh kekuasaan di kancah global. </div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.69cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.69cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" lang="id-ID" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.08cm; text-indent: 0.69cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"></div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><b>DAFTAR PUSTAKA</b></div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">BUKU:</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Hastedt, Glenn P, <i>America foreign policy: thirteenth edition, </i><span style="font-style: normal;">2007/2008</span></div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">JURNAL:</div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-style: normal;">Ayu, Rindu, S.IP,M.SI, </span><i>Modul Politik Luar Negri: Prodi HI FISIP UAI.</i></div><div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">INTERNET:</div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><a href="http://www.giantitp.com/forums/showthread.php?t=124404">http://www.giantitp.com/forums/showthread.php?t=124404,<span style="text-decoration: none;"> <span style="color: black;">diakses pada 1 Juni 2010</span></span></a></div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><a href="http://lacapitale.wordpress.com/2009/02/21/hillary-clinton-dan-dahsyat-diplomasi-publik-yang-menawan/">http://lacapitale.wordpress.com/2009/02/21/hillary-clinton-dan-dahsyat-diplomasi-publik-yang-menawan/, </a><a href="http://www.giantitp.com/forums/showthread.php?t=124404"><span style="text-decoration: none;"><span style="color: black;">diakses pada 1 Juni 2010</span></span></a></div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br />
<a href="http://lacapitale.wordpress.com/2008/04/19/diplomasi-publik/">http://lacapitale.wordpress.com/2008/04/19/diplomasi-publik/</a>, <a href="http://www.giantitp.com/forums/showthread.php?t=124404"><span style="text-decoration: none;"><span style="color: black;">diakses pada 1 Juni 2010</span></span></a></div><div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><a href="http://www.giantitp.com/forums/showthread.php?t=124404"><br />
<br />
</a></div><div id="sdfootnote1"><div class="sdfootnote"><a class="sdfootnotesym" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#sdfootnote1anc" name="sdfootnote1sym">1</a>Rindu Ayu, <i>modul polugri PRODI HI FISIP UAI, </i><span style="font-style: normal;">hal. 18</span></div></div><div id="sdfootnote2"><div class="sdfootnote"><a class="sdfootnotesym" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#sdfootnote2anc" name="sdfootnote2sym">2</a>http://lacapitale.wordpress.com/2008/04/19/diplomasi-publik/</div></div><div id="sdfootnote3"><div class="sdfootnote"><a class="sdfootnotesym" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#sdfootnote3anc" name="sdfootnote3sym">3</a>Hastedt, Glenn P, <i>American Foreign Policy, </i><span style="font-style: normal;">hal.2</span></div></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5834170171103962776.post-52786521551970291102010-06-02T06:23:00.000-07:002010-06-02T06:23:01.528-07:00CHINA DAN INDIA; RESOLUSI KONFLIK PERBATASAN DUA ‘MACAN ASIA’<div style="text-align: center;">Oleh :</div><div style="text-align: center;">Nourmala S. Widyasari</div><div style="text-align: center;">209000303</div><div style="text-align: center;">Hubungan Internasional</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAIW%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAIW%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://www.blogger.com/img/object_element.gif" class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"Comic Sans MS";
panose-1:3 15 7 2 3 3 2 2 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:script;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
h2
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:2;
font-size:18.0pt;
font-family:"Times New Roman";
font-weight:bold;}
span.MsoEndnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/AIW~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/AIW~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/AIW~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/AIW~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:23409550;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1884385888 -1494077282 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l0:level1
{mso-level-start-at:2;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@list l1
{mso-list-id:1130901296;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-23402272 1993370988 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-font-weight:normal;}
@list l2
{mso-list-id:1446120524;
mso-list-template-ids:70028354;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:21.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:21.0pt;
text-indent:-21.0pt;}
@list l2:level2
{mso-level-text:"%1\.%2\.";
mso-level-tab-stop:21.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:21.0pt;
text-indent:-21.0pt;}
@list l2:level3
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.";
mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.5in;
text-indent:-.5in;}
@list l2:level4
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.";
mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.5in;
text-indent:-.5in;}
@list l2:level5
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.";
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.75in;}
@list l2:level6
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.";
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.75in;}
@list l2:level7
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.";
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-1.0in;}
@list l2:level8
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.";
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-1.0in;}
@list l2:level9
{mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9\.";
mso-level-tab-stop:1.25in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-1.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 20.9pt; text-align: justify; text-indent: -20.9pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="SV"><span>1.1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">Latar Belakang Masalah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dua negara di Asia, China dan India, yang sering disebut-sebut sebagai negara yang berpotensial untuk menyaingi bahkan dapat menggantikan posisi ekonomi negara Amerika Serikat yang mendominasi dunia, hubungan antara dua negara ini semata-mata bukanlah hanya masalah ekonomi dan perdagangan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dua negara yang mendapat julukan ’Macan Asia’—karena kemajuan pesat dalam bidang ekonominya— ini selain bersaing dengan ketat dalam rangka meningkatkan ekonomi negaranya, juga bersitegang selama bertahun-tahun perihal masalah perbatasan wilayah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Adalah <span>Arunachal Pradesh, </span>sebuah </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_bagian_dan_wilayah_India" title="Negara bagian dan wilayah India"><span lang="SV" style="color: windowtext; text-decoration: none;">negara bagian</span></a><span lang="SV"> di </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span lang="SV" style="color: windowtext; text-decoration: none;">India</span></a><span lang="SV"> bagian timur laut. Arunachal Pradesh berbatasan dengan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Assam" title="Assam"><span lang="SV" style="color: windowtext; text-decoration: none;">Assam</span></a><span lang="SV"> di selatan, </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nagaland" title="Nagaland"><span lang="SV" style="color: windowtext; text-decoration: none;">Nagaland</span></a><span lang="SV"> di tenggara, </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Myanmar" title="Myanmar"><span lang="SV" style="color: windowtext; text-decoration: none;">Myanmar</span></a><span lang="SV"> di timur, dan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bhutan" title="Bhutan"><span lang="SV" style="color: windowtext; text-decoration: none;">Bhutan</span></a><span lang="SV"> di sebelah barat, sementara Garis McMahon membatasi negara bagian ini dari kendali RRC di Utara. </span>Ibukota negara ini adalah Itanagar.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Perebutan wilayah berawal ketika pemerintah kolonial Inggris menarik garis perbatasan antara <st1:country-region w:st="on">China</st1:country-region> dan <st1:country-region w:st="on">India</st1:country-region> yang dikenal sebagai Garis McMahon, yang menyebabkan daerah <st1:place w:st="on">Kashmir</st1:place> terbagi. <span lang="ES">Dan dari garis inilah kesalahpahaman antara China dan India bermula.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="ES">Hubungan antara India dan China yang memuncak pada tahun 1962, berangsur-angsur membaik karena adanya usaha dari utusan diplomatik masing-masing negara untuk menangani masalah konflik wilayah perbatasan diantara kedua negara yang telah berlangsung selama lebih dari empat dasawarsa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 20.9pt; text-align: justify; text-indent: -20.9pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 20.9pt; text-align: justify; text-indent: -20.9pt;"><b><span lang="SV"><span>1.2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">Rumusan Masalah<o:p></o:p></span></b></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Usaha apa saja yang telah dilakukan China-India dalam rangka menyelesaikan konflik perbatasan wilayah tersebut ?</span><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">1.3 Tujuan Penulisan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV"><span> </span></span></b><span lang="SV">1.<span> </span>Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Diplomasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"><span> </span>2. <span> </span>Menulis dan memberikan analis terhadap resolusi konflik wilayah perbatasan China-India.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><b><span lang="SV">1.4<span> </span>Kerangka Teori<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">1.4.1 Tugas-tugas Perwakilan Diplomatik<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Untuk menganalisis dan membantu dalam penulisan makalah ini, pertama-pertama adalah harus diketahui mengenai peran dan tugas-tugas perwakilan diplomatik pada tiap negara. Karena dalam kasus China dan India, para perwakilan diplomatik adalah orang-orang terdepan untuk menyelesaikan persengketaan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Perwakilan diplomatik adalah para duta besar atau para pejabat diplomatik yang mewakili kepentingan negara pengirim di negara penerima dan sebagai penghubung antarpemerintahan kedua negara.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Dalam kasus China-India, perwakilan diplomatik bertugas untuk membicarakan masalah resolusi konflik wilayah perbatasan antara dua negara. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dalam Pasal 3 Konvensi Wina 1961 menetapkan tugas-tugas perwakilan diplomatik<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>, yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">1. Representasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Menurut B. Sen<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>, fungsi utama dari wakil diplomatik adalah mewakili negara pengirim di negara penerima dan bertindak sebagai <span> </span>saluran penghubung resmi antarpemerintah kedua negara. Bertujuan untuk memelihara hubungan diplomatik antarnegara yang menyangkut fasilitas komunikasi kedua negara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">2. Proteksi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Yaitu melindungi kepentingan-kepentingan negara pengirim serta warga negaranya di dalam wilayah dimana ia diakreditasikan dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh hukum internasional.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">3. Negosiasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Negosiasi atau perundingan dapat diadakan antara dua negara atau lebih, dengan maksud untuk mengadakan persiapan atau melicinkan jalan guna mengadakan suatu perjanjian mengenai hal-hal penting antarkedua negara bersahabat yang bersangkutan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Fungsi nomor tiga inilah yang dijalankan oleh para perwakilan diplomatik China-India untuk mengadakan perjanjian dalam mengatur pembagian wilayah di perbatasan kedua negara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">4. Mengumpulkan Data dengan Cara yang Sah dan Melaporkannya kepada Pemerintah Negara Pengirim<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Tugas ini merupakan suatu hal yang utama bagi perwakilan diplomatik di negara penerima, termasuk di dalamnya tugas observasi secara seksama atas segala peristiwa yang terjadi di negara penerima. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Perlunya laporan ini adalah untuk memperlancar kepengurusan kepentingan negaranya di luar negeri. Laporan bisa berupa peristiwa politik, kebijakan-kebijakan, dan masalah-masalah lain yang terjadi di negara penerima kepada pemerintahnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">5. Meningkatkan Hubungan Persahabatan Antarnegara<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Meningkatkan hubungan persahabatan antarnegara pengirim dan negara penerima serta mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">1.4.2 Penyelesaian Sengketa <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Penyelesaian sengketa atau perselisihan adalah suatu langkah yang dilakukan oleh negara/ bangsa/ individu yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan/ perselisihan/ sengketa terhadap negara/ bangsa/ individu yang terkait. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Salah satu tujuan penyelesaian sengketa adalah untuk mencegah dan menghindari terjadinya peperangan antar negara dan penggunaan kekerasan. Karena apabila terjadi persengketaan dikhawatirkan dapat menimbulkan krisis dan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Penyelesaian sengketa secara damai harus dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Usaha ini mutlak diperlukan sebelum persengketaan itu mengarah pada suatu pelanggaran terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Perang tidak dibenarkan oleh hukum internasional (renunciation of war) sebagaimana telah dituangkan dalam Bryan and kellogs pact dalam Paris Treaty 1928.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Berdasarkan piagam tersebut terdapat dua kelompok untuk menyelesaikan sengketa, yaitu penyelesaian secara diplomatik dan cara penyelesaian secara hukum. </span><span lang="ES">Dalam kelompok pertama,yaitu penyelesaian secara diplomatik terbagi atas beberapa<span> </span>cara :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">negosiasi <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">pencarian fakta<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">jasa-jasa baik<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">mediasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">konsiliasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Dan pada kelompok kedua, yaitu penyelesaian secara hukum dibagi atas :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">arbitrase<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span lang="ES"><span>-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="ES">pengadilan internasional<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="ES">Dalam kasus konflik wilayah perbatasan China-India, dalam penyelesaiannya sudah menaati Paris Treaty 1928 dalam usaha untuk menyelesaikan sengketa walaupun pada tahun 1962 perang sempat meletus, namun selama ini sudah diadakan 12 putaran pertemuan untuk menegosiasikan permasalahan tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="ES" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="ES" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.1 </span></b><b><span lang="SV">Faktor-faktor yang Menyulut Persengketaan Antar Negara<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Sebelum membahas mengenai konflik wilayah perbatasan antara China dan India, akan dijelaskan terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan mengapa sebuah negara terlibat persengketaan dengan negara lain. <span>Bila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasific juga menghadapi masalah yang sama<i>. </i>Faktor-faktor yang dapat menyulut persengketaan antar negara dimaksud antara lain<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>: <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">a. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">b. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-negara yang ada di kawasan ini, maupun dari luar kawasan. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">c. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="ES">2.2 Asal Mula Perselisihan Perbatasan antara China dan India<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="ES">Persengketaan wilayah antara China dan India berawal ketika pemerintah kolonial Inggris menarik garis perbatasan diantara wilayah kedua negara yang dikenal sebagai Garis McMahon.Hal ini menyebabkan daerah Kashmir terbagi. </span><span lang="SV">China tidak pernah menerima Garis McMahon yang ditandatangani Inggris dan Tibet dalam Konvensi Shimla pada 1913. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa kota Tawang dalam negara bagian Arunachal Pradesh milik India, sebagai bagian dari Wilayah Otonomi Tibet. Namun, China menyatakan sebagian besar wilayah dari Arunachal Pradesh adalah bagian dari wilayah negara komunis tersebut. Selain itu, China juga mengaku menguasai sebagian wilayah Himachal Pradesh, Uttarakhand dan Ladakh yang terletak di Jammu dan Kashmir. Pendapat yang dikeluarkan antara China dan India selalu berlawanan, seperti ketika</span><b><span lang="SV" style="color: red; font-family: "Comic Sans MS"; font-size: 10pt; line-height: 150%;"> </span></b><span lang="SV">Pemerintah India menyatakan, bahwa China menguasai 38.000 km persegi dari wilayah teritorialnya. Sementara Pemerintahan China mengklaim negara bagian India, Arunachal Pradesh, menduduki sekitar 90.000 km2 dari wilayah teritorialnya.</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan perselisihan wilayah antara China dan India adalah poin ke satu pada sub bab 2.1 mengenai <i>Faktor-faktor yang Menyulut Persengketaan Antar Negara</i>, yaitu <span>Ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Konflik yang berlarut-larut ini memuncak pada tahun 1962, dimana perselisihan wilayah perbatasan menyulut perang antara negara bertetangga ini, dimana China mengambil alih beberapa perumahan di kawasan Kashmir dan mengirimkan tentaranya untuk memasuki wilayah India.</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn8" name="_ednref8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Walaupun perang sudah berakhir, namun perang dingin masih menyelimuti hubungan antara China dan India. Konflik wilayah perbatasan tersebut justru menjadikan dua negara ini bersaing dalam segala hal. Dua negara ini kerap melakukan tindakan ’saling serang’ terselubung dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara pesaing masing-masing negara atau sekedar berkunjung ke wilayah persengketaan. Tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai salah satu upaya ’penyerangan’ diantaranya adalah China memberikan dukungan militer bantuan ekonomi dan investasi pada Pakistan—yang merupakan rival India—dan<span> </span>Myanmar; perebutan sumber daya alam di Myanmar; sampai pada kunjungan Dalai Lama ke Arunachal Pradeh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.3 Usaha-usaha Penyelesaian Konflik Wilayah Perbatasan China d</span></b><b><span lang="ES">an India<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.3.1 Kunjungan para Elit Politik dan Peningkatan Hubungan Kerjasama<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dalam rangka memperbaiki hubungan diplomatik antara China dan India, para elit politik (perwakilan diplomatik) antara dua negara semakin sering mengadakan kunjungan-kunjungan dan kerjasama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah pada bulan Januari 2008, <span>Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh tiba di Ibu kota China, Beijing. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemitraan di pentas global. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama PM India ke China dalam lima tahun terakhir. Sejumlah permasalahan, dengan agenda utama yaitu perselisihan wilayah perbatasan, dan masalah lain seperti reformasi PBB, dialog regional, perubahan iklim, keamanan energi, perdagangan internasional, dan kontraterorisme, menjadi topik utama pembahasan kedua negara. Kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk menghapuskan ketidakpercayaan selama beberapa dekade terakhir, atau setelah perang perbatasan pada tahun 1962.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Negoisasi mengenai konflik wilayah perbatasan disebut-sebut mengalami kemajuan pada saat itu. Kesepakatan yang telah diambil saat itu diantaranya adalah China bersedia bekerja sama dengan India untuk mencapai resolusi yang masuk akal dalam kerangka kerja yang dapat diterima kedua pihak.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn9" name="_ednref9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ix]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">2.3.2 Perundingan-Perundingan Bilateral<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Proses negoisasi atau lebih dikenal dengan putaran China-India telah dilakukan sebanyak tiga belas kali dalam rangka </span><span lang="SV">memecahkan perselisihan perbatasan yang lama ada yang telah memicu konflik antara kedua Macan Asia itu hampir lima dasawarsa lalu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Pada tahun 2007, yaitu putaran kesembilan berakhir tanpa kemajuan yang berarti. Dalam putaran tersebut, perundingan antara Penasihat Keamanan Nasional India MK Narayanan dan Wakil Menteri Luar Negeri Cina Dai Bingguo berlangsung dalam suasana terbuka dan positif. Kedua wakil khusus tersebut terus melakukan pembicaraan tentang kerangka penyelesaian perbatasan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn10" name="_ednref10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[x]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">China masih tetap pendiriannya bahwa India menempati sekitar 90.000 km persegi wilayah China, sebagian besar di Arunachal Pradesh, dan sebaliknya India menuduh China secara ilegal menduduki 43.180 km persegi wilayah di Jammu dan Kashmir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dan putaran yang terbaru adalah putaran ketigabelas, masih dengan topik yang sama, diadakan pada tanggal 7-8 Agustus 2009 di India. Perwakilan diplomatik yang ditunjuk adalah </span><span lang="SV">Anggota Dewan Negara Cina Dai Bingguo dan Penasihat Keamanan Nasional India MK Narayanan. Kedua negara bermaksud untuk meningkatkan seluruh hubungan negara guna melihat bagaimana dua negara tersebut dapat memperkokoh lagi perbatasan di antara China dan India.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_edn11" name="_ednref11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Meskipun hasil pasti dari putaran terbaru tersebut tidak diungkapkan rinciannya terhadap publik, masyarakat di dua negara—dan Asia pada umumnya—tentunya berharap masalah konflik wilayah perbatasan tersebut akan segera terselesaikan dengan diadakannya putaran-putaran selanjutnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">BAB III<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">PENUTUP<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Meskipun masalah tersebut menyangkut hal yang sangat vital dalam sebuah negara, yaitu teritorial sebuah negara, namun dua ’Macan Asia’ ini menyadari bahwa, ketegangan yang jika terus berlanjut antara dua negara <span> </span>akan menimbulkan dampak yang kurang bagus terhadap perkembangan baik ekonomi dan keamanan di kawasan Asia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV">Dan walaupun negosiasi-negosiasi yang telah dilakukan belum menghasilkan keputusan yang pasti mengenai wilayah perbatasan, namun dua negara optimis putaran-putaran selanjutnya akan menghasilkan hasil yang baik bagi kedua pihak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV"><span> </span>Dua negara yang bersengketa ini tentunya tidak ingin membuat negara-negara di Asia terpaksa harus memilih dan memihak diantara dua negara tersebut, maka upaya-upaya resolusi konflik wilayah perbatasan pun akan tetap diusahakan oleh para perwakilan diplomatiknya agar membuahkan hasil yang baik bagi kedua negara, dan keamanan wilayah Asia pada umumnya.<o:p></o:p></span></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><br clear="all" /> <hr align="left" size="1" width="33%" /><!--[endif]--> <div id="edn1"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref1" name="_edn1" title=""></a><b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">ENDNOTES </span></b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span style="font-size: 11pt;"> </span><span lang="SV" style="font-size: 11pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arunachal_Pradesh"><span lang="EN-US" style="color: windowtext; text-decoration: none;">http://id.wikipedia.org/wiki/Arunachal_Pradesh</span></a></span><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div></div><div id="edn2"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="SV" style="font-size: 11pt;">Syahmin, Ak., S.H., M.H., <i>Hukum Diplomatik; Dalam Kerangka Studi Analisis</i>, Jakarta, Rajawali Pers, PT Rajagrafindo Persada, 2008, hlm., 87. <o:p></o:p></span></div></div><div id="edn3"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> Ibid.Hal 88.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn4"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> B. Sen., <i>Diplomat’s Handbook of International Law and Practise, </i>Martinus, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">The Hague</st1:place></st1:city>, 1965, hlm., 47.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn5"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> http://pirhot-nababan.blogspot.com/2007/07/tinjauan-umum-penyelesaian-sengketa.html<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn6"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="SV" style="font-size: 11pt;"><a href="http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/66/Default.aspx"><span lang="EN-US" style="color: windowtext; text-decoration: none;">http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/66/Default.aspx</span></a></span><span style="font-size: 11pt;"> <o:p></o:p></span></div></div><div id="edn7"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> http://dunia.vivanews.com/news/read/97260-hubungan_china___india_meregang<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn8"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref8" name="_edn8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> http://www.waena.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1476&Itemid=44 <o:p></o:p></span></div></div><div id="edn9"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref9" name="_edn9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[ix]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> <st1:city w:st="on">Kompas</st1:city>, <st1:country-region w:st="on"><i>China</i></st1:country-region><i>-<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region> Dorong Aliansi</i>, 14 Januari 2008.<o:p></o:p></span></div></div><div id="edn10"><h2 style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref10" name="_edn10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[x]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> </span><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">VOA archive, <i>Perundingan Pertikaian Perbatasan Antara India-Cina Berakhir Tanpa Kemajuan</i>, 19 Januari 2007, www.voanews.com<o:p></o:p></span></h2></div><div id="edn11"><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5834170171103962776#_ednref11" name="_edn11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 11pt;"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 11pt;">[xi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-size: 11pt;"> http://www.defenceforum.in/forum/showthread.php/3915-China-India-to-discuss-border-issue<o:p></o:p></span></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;"><br />
</div></div></div> <b><span lang="SV" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><o:p><br />
</o:p></span></b><br />
<input id="gwProxy" type="hidden" /><!--Session data--><input id="jsProxy" onclick="jsCall();" type="hidden" /><div id="refHTML"></div>Diplomacyhttp://www.blogger.com/profile/17651982260468023145noreply@blogger.com1