Rabu, 02 Juni 2010

PENINGKATAN KAPASITAS MILITER CHINA MELALUI KONSEP BLUE WATER NAVY DAN UPAYA DIPLOMASI CHINA MELALUI BANTUAN MILITER

Oleh : ZULKIFLI
NIM : 209000073
Hubungan Internasional Universitas Paramadina

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi China yang pesat telah menunjukkan negara raksasa dalam jumlah penduduk itu sebagai bangsa yang cukup maju di abad sekarang ini. Kemajuan ekonomi China yang begitu pesat tersebut telah membuat berbagai bidang di negara tirai bambu itu juga turut merasakan dampaknya, yaitu dengan makin meningkatnya anggaran dana untuk sektor-sektor tersebut. Selain kebangkitan ekonomi, China juga melakukan gebrakan pada kapasitas militer, dengan peningkatan anggaran untuk moderinisasi peralatan militer dengan melakukan peningkatan kapasitas teknologi untuk militernya. Memang tidak mengherankan apabila anggaran militer China itu ditingkatkan, terlebih lagi mengingat luas wilayah China yang cukup massive membutuhkan perlindungan dan pengawasan lebih dari peran militernya. Perlindungan dan pengawasan tersebut diperlukan karena luasnya wilayah tersebut bisa jadi akan menjadi incaran bagi pihak asing serta dapat menimbulkan gerakan-gerakan separatis untuk memisahkan diri dari China. Wacana tentang kekuasaan militer China juga telah beralih dari arah politis menuju ke arah komersial, di mana hal ini awalnya didorong oleh embargo senjata yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa yang telah membuat China membangun sendiri industri senjata teknologi tingginya. Namun di sisi lain embargo yang dilakukan oleh AS dan Uni Eropa tersebut telah membuat kemandirian China dalam hal memproduksi senjata dan peralatan militernya. Terbukti sekarang ini China sedang menyempurnakan kapal-kapal selamnya serta tengah memproduksi 300 pesawat J-10 untuk mendampingi jet-jet Sukhoi Su-27 dan Su-30 Mk, dan puncaknya pada 2006 China memamerkan pesawat jet J-10 yang merupakan buatan dalam negerinya sendiri. J-10 merupakan salah satu pesawat pemburu tercanggih di dunia. Produksi pesawat tersebut sebanyak 300 unit tidak menutup kemungkinan bahwa China akan mengekspor pesawat-pesawat buatannya sendiri tersebut melebihi dari apa yang dapat China produksi, terlebih lagi mitra kerjasama China juga telah menyebar hingga ke seluruh dunia.
Penguatan militer yang dilakukan China melalui peningkatan anggaran juga dilakukan untuk melindungi kepentingan ekonomi China di negara-negara di mana China banyak melakukan investasi. Dengan perkembangan ekonomi yang pesat seperti sekarang China banyak berinvestasi di negara-negara berkembang seperti Nigeria, Papua New Guinea, Gabon, Indonesia, Myanmar dan lainnya. Karena pentingnya investasi dan perdagangan internasional bagi China di beberapa negara berkembang tersebut serta kebanyakan dari kegiatan ekspor impor itu dilakukan melauli jalur perairan, maka muncullah rencana China untuk memiliki angkatan laut perairan biru (blue water navy) dengan dukungan dari kapal induk, pesawat-pesawatnya, serta jet-jet pemburu buatan sendiri. Blue water navy atau angkatan laut perairan biru merupakan kekuatan maritim yang sanggup menjelajah dan beroperasi di perairan dalam di laut terbuka, bukan hanya di dalam zona 200 mil laut seperti brown water navy . Memang peran perdagangan internasional bagi China sangat penting sebab barang-barang yang didagangkan merupakan barang penting seperti minyak bumi, gas, biji besi, dan tembaga yang merupakan pasokan utama bagi industri China. Barang-barang tersebut banyak diimpor dari negara-negara seperti Arab Saudi, Australia, dan Brasil yang terletak melintasi samudra sehingga tidak mengherankan apabila keinginan China untuk memiliki Blue Water Navy tidak lain adalah untuk melindungi kegiatan perdagangan tersebut. Namun bagi negara pesaing berat serta sekaligus mitra dagang terbesar China dalam bidang ekonomi, yaitu AS, keinginan China tersebut diartikan lain yaitu sebagai aksi yang dapat mengancam AS. Sensitifitas hubungan diplomatik antara China dan AS dipicu oleh berbagai permasalahan yang melatarbelakangi seperti pertemuan Presiden Barack Obama dengan pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama tanpa persetujuan dari China, penjualan senjata yang dilakukan oleh AS kepada Taiwan serta penyensoran yang terlalu ketat oleh China atas situs pencari Google yang semakin membuat hubungan kedua negara mencapai pada titik klimaksnya.

1.2 Konsep Pemikiran/Dasar Pemikiran
Security Dilema dan Security Defence
Keamanan merupakan hal yang sangat penting yang dipertahankan oleh semua negara dalam menjaga kedaulatan wilayahnya. Dalam melindungi keamanan tersebut semua negara rela melakukan apapun demi menjaga keutuhan wilayahnya bahkan apabila perang merupakan jalan terakhir dari gagalnya upaya diplomasi demi menjaga keutuhan wilayah teritorialnya, suatu negara akan melakukannya. Konsep tentang security dilema dan security defence adalah dua instrumen penting dalam mengembangkan peran pertahanan dan keamanan yang solid dari sebuah negara. Konsep security dilema menggambarkan betapa upaya suatu negara untuk meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam suasana anarki internasional, membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan pertama pihak lain. Sedangkan konsep security defence, menggambarkan betapa pengembangan dan penggelaran senjata baru maupun aplikasi doktrinal nasional mungkin saja justru tidak produktif atau bahkan bertentangan dengan tujuannya untuk melindungi keamanan nasional. Sesuai dengan konsep security dilema, China yang mengembangkan rencana blue water navy justru semakin mendapatkan kecurigaan dari negara lain atas rencana tersebut serta usahanya untuk mempertahankan pertahanan dan keamanan melalui produksi persenjataan dan peralatan militer sendiri justru disalahartikan oleh negara lain. Security defence yang dikembangkannya semakin menjauh dari usahanya untuk melindungi keamanan yang justru dominan melindungi kepentingan ekonominya.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi masalah dan akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kepentingan dibalik penguatan militer China?
2. Seberapa besarkah anggaran yang dikeluarkan untuk meningkatkan kekuatan militer China?
3. Bagaimanakah pengaruhnya dengan negara lain?
4. Bagaimana upaya diplomasi China untuk meredam dampak dari penguatan militernya?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepentingan Penguatan Militer China
Perubahan yang cepat pada tataran lingkungan global telah memiliki dampak yang luas terhadap peran militer di suatu negara untuk mengamankan lingkungan domestiknya dari pengaruh eksternal. Sebagai salah satu garda terdepan dalam mengamankan negara, peran militer juga tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan security, tetapi juga telah meluas ke berbagai bidang lainnya. Menurut konsep keamanan komprehensif dan multidimensional yang berlaku di Asia Timur, peran militer tidak hanya dibatasi pada pertahanan negara dalam menghadapi ancaman eksternal yang potensial tetapi juga diberi peran yang luas dalam mengurusi tanggung jawab domestik, termasuk juga dalam hal ekonomi. Argumen inilah yang dapat dijadikan acuan atau pembuktian bagi perluasan kapasitas militer China yang telah melebar ke arah ekonomi (untuk melindungi kepentingan ekonominya di negara-negara berkembang). Pasokan sumber daya yang banyak berasal dari negara-negara berkembang itulah yang kemudian memerlukan perlindungan militer karena pasokan tersebut merupakan penyokong utama bagi kemajuan industri dan ekonomi China sekarang.
Selain itu, perekonomian China yang sekarang ini sedang booming membutuhkan pasokan sumber daya yang banyak dari negara-negara mitra dagang China, terutama di wilayah Afrika, Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Australia yang merupakan mitra dagang kedua terbesar bagi China. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki China untuk menyokong industrinya membuatnya perlu untuk melakukan impor dari negara asing sementara cadangan minyak yang dimiliki China hanya mampu memenuhi sedikit kebutuhan China akan minyak, di samping itu tembaga hanya mampu terpenuhi oleh sumber dalam negeri China hanya sekitar 18 persen dari total kebutuhan. Demikian pula dengan nikel yang hanya dapat terpenuhi setengah dari total kebutuhan dalam negeri China. Artinya semua sumber-sumber alam tadi harus diimpor oleh China dari luar negeri yang mengharuskan China untuk melakukan perlindungan atas kegiatan impornya tersebut. Dalam hal inilah peran militer dibutuhkan dan rencana pembentukan blue water navy bagi China mungkin adalah sebuah hal yang wajar.
Dapat dikatakan bahwa pengembangan konsep militer yang berbasis pada blue water navy yang dilakukan oleh China sekarang merupakan dalih yang digunakan untuk melindungi jalur pelayaran komersialnya, sebab hampir sebagian besar kegiatan perdagangan yang dilakukan China melawati wilayah-wilayah perairan yang berbahaya, seperti Selat Malaka yang terkenal dengan bajak lautnya. Peningkatan kekuatan militer China melalui kenaikan anggaran yang besar itulah yang digunakan China sebagai aksi untuk memproteksi perdagangan internasionalnya. Namun seiring dengan kemajuan dan kemandirian China dalam hal memproduksi sendiri peralatan serta senjata-senjata bagi militernya, kegiatan ekonominya telah terbagi menjadi dua jalur, yaitu kegiatan ekonomi yang fokus utamanya pada perdagangan sumber daya alam (bahan mentah) dan kegiatan ekonomi yang menjual/mengekspor peralatan atau senjata-senjata militer.
Kemandirian China dalam hal peralatan dan pesenjataan militernya dipicu oleh embargo peralatan militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Embargo yang dilakukan oleh AS dan Uni Soviet tersebut di sisi lain menguntungkan satu negara yaitu India dimana India diperbolehkan untuk membeli tiga pesawat AWACS (pesawat sistem peringatan dan kendali udara), sedangkan China dilarang apalagi hal ini dipicu China dan India yang memang sudah sejak lama bersaing. Di sisi lain embargo yang dilakukan tersebut membuat China mencari negara lain yang dapat dijadikan mitra kerjasama dalam bidang militer dan membeli teknologi AWACS, seperti Israel, Perancis, Inggris, dan Rusia. Tetapi keinginan China tersebut medapatkan tentangan dari pihak AS sehingga China tidak bisa memiliki tekonologi pesawat AWACS yang sudah lama diinginkannya.
Namun karena embargo tersebutlah akhirnya China mampu memproduksi sendiri peralatan dan senjata-senjata militernya, bahkan China berencana untuk menjadi negara adidaya dalam bidang militer. Rencana untuk menjadi negara adidaya dalam bidang militer juga didukung oleh kekuatan China dalam hal memproduksi peralatan dan senjata-senjata militernya serta rencana China untuk menjadi pabrikan dan pengekspor utama militer yang canggih. Rencana tersebutlah yang awalnya didorong oleh embargo AS dan Uni Eropa yang kemudian digunakan China untuk meluaskan kegiatan ekspor ekonominya, bukan hanya pada kegiatan ekonomi tetapi juga pada bidang militer. Penguatan militer China yang dilakukan sekarang sangat jelas dilandasi oleh kepentingan untuk melindungi kegiatan ekonominya, yang secara jelas merupakan sektor-sektor yang sangat berpengaruh bagi kemajuan ekonomi dan industri China sekarang. Karena perkembangan dan kemajuan pada ekonomi China juga membawa dampak bagi militernya yang sekarang mampu memproduksi sendiri peralatan serta persenjataannya, maka dalam perkembangan kedepan modernisasi peralatan perang akan manjadi bisnis yang menggiurkan bagi China. Satu fakta yang dapat membuktikan sekarang China sedang berencana untuk menjadi negara adidaya dan pengekspor utama peralatan militer adalah dengan dijualnya sejumlah pesawat tempurnya yang buatan sendiri berjenis (F-7MG) ke beberapa negara seperti Bangladesh, Nigeria dan Pakistan. Selain itu negara lain yang berpotensi menjadi mitra ekspor persenjataan militernya adalah Mesir, Iran dan beberapa negara Amerika Latin serta Afrika. Pakistan sendiri telah memesan pesawat jenis FC-1 Xiaolong dengan sistem produksi industri lokal yang nantinya akan diberi nama Joint Fighter-17 (FJ-17 Thunder).

2.2 Anggaran Dana Untuk Militer China
Luasnya wilayah China yang terbentang dari Timur hingga ke Barat membutuhkan perlindungan yang lebih dari militernya apalagi dengan dukungan 2,3 juta personel aktif di militer China membuat negara itu menempati urutan pertama angkatan senjata dengan personel terbesar di dunia. Perlindungan terhadap wilayah teritorialnya mutlak diperlukan karena untuk mengantisipasi gangguan dari pihak asing, oleh sebab itulah hal ini yang menjadi dasar bagi pemerintah China untuk memberikan anggaran yang lebih (menaikkan dana) untuk penguatan kapasitas militernya. Di samping itu, anggaran pertahanan yang meningkat dengan pasti tersebut juga dikarenakan dengan alasan untuk pengeluaran penelitian dan pendidikan militer. Penelitian yang dilakukan militer China adalah terkait dengan rencananya untuk mengembangkan angkatan laut blue water navy untuk melindungi pelayaran perdagangannya serta untuk menjadi pengekspor utama perlatan militer di masa depan sedangkan pendidikan militer digunakan untuk mengikuti latihan bersama dengan militer dari negara lain. Sebelumnya militer China tidak pernah sama sekali terlibat dalam latihan militer dengan negara lain, baru pertama kalinya yaitu pada Oktober 2002. Selanjutnya militer China lebih intensif mengadakan latihan bersama dengan beberapa negara Eropa dan Asia, namun yang paling sering adalah dengan militer Austrlia karena Austrlia telah menjadi pemasok utama bagi gas alam dan biji besi ke China. Di sini terlihat bahwa kedua negara sama-sama berkepentingan untuk menjaga jalur perdagangan mereka yang melewati lautan dan Selat Malaka, karena sangat riskan dengan ancaman bajak laut. Di samping itu anggaran dana untuk militer China juga tidak hanya berasal dari pemerintahnya secara keseluruhan tetapi juga berasal dari pendapatan lainnya yang diperoleh dari afiliasinya dengan kegiatan bisnis yang terus bertambah (sekarang diperkirakan mencapai sampai tujuh ribu afiliasi).

Tabel 1. Kenaikan Anggaran Untuk Militer China
Tahun Persentase Kenaikan Jumlah
2002 17,6% -
2003 9,6% -
2004 11,6% -
2005 12,6% -
2006 14,7% -
2007 17,8% -
2008 35,7% 418,204 Miliyar Yuan
2009 50,6% 480,686 Miliyar Yuan
2010 58,1% 532,1 Miliyar Yuan

Dalam kurun waktu delapan tahun anggaran dana yang dikeluarkan China untuk penguatan militernya telah mengalami kenaikan yang sangat bervariatif. Antara periode tahun 2002 sampai 2007 kenaikannya hanya berada diantara kisaran 2-3 persen sedangkan dalam kurun waktu tiga tahun sejak 2007 hingga 2010 anggaran yang dikeluarkan mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Antara 2007 dan 2008 kenaikannya mencapai dua kali lipat yaitu sebesar 17,9 persen sedangkan di tahun berikutnya kenaikannya mencapai 15 persen. Namun pada tahun 2009 dan 2010, hanya terjadi sedikit kenaikan untuk anggaran militer tersebut yaitu hanya sekitar 8 persen, sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran dana tersebut juga didorong oleh pertumbuhan ekonominya yang berbanding lurus dengan naiknya dana untuk militernya. Bahkan dengan besarnya persentase anggaran untuk pengembangan dan penguatan militernya tersebut sekarang China menempati urutan kedua dengan pengeluaran anggaran militer terbesar di dunia sementara urutan pertama ditempati oleh AS. Dengan semakin meningkatnya anggaran dana yang dikeluarkan dari tahun ke tahun, ikut sertanya militer China dalam berbagai latihan militer bersama beberapa negara asing serta kemampuannya untuk memproduksi sendiri peralatan serta senjata-senjata militer merupakan suatu bukti yang jelas bahwa sekarang China sedang beralih dari militer yang berkemampuan bertahan menuju militer yang berkemampuan menyerang.

2.3 Pengaruh Penguatan Militer China dengan Negara Lain
Salah satu permasalahan yang muncul apabila militer suatu negara melakukan peningkatan kapabilitasnya melalui peningkatan anggaran, produksi peralatan militer yang canggih serta melakukan latihan bersama dengan negara lain adalah kecurigaan negara lain atas kegiatan tersebut atau lazimnya disebut sebagai dilema keamanan (security dilema). Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh China sekarang. Peningkatan kapasitas militernya telah menimbulkan reaksi yang beragam dari beberapa negara asing seperti India, Jepang dan AS. India dan Jepang yang merupakan negara yang berdekatan/bertetangga dengan wilayah China dan kedua negara tersebut mencurigai kegiatan yang dilakukan oleh militer China sekarang. India yang telah lama bersaing dengan China melihat aksi yang dilakukan China tersebut perlu disaingi dan salah satu faktanya adalah sekarang India sedang meningkatkan angkatan kapal lautnya dikarenakan China juga melakukan hal yang sama terlebih dahulu. India melakukan hal tersebut sebagai tandingan bagi angkatan laut China karena China telah mendirikan pangkalan angkatan lautnya di Teluk Benggala.
Sementara Jepang sangat mencurigai dan menaruh kekhawatiran kepada China atas rencana China untuk terus meningkatkan anggaran militernya dari tahun ke tahun sebab tidak adanya transparansi dalam militer China, terlebih lagi hal ini telah menimbulkan kecemasan masyarakat internasional. Kendatipun Jepang terus berusaha untuk memperbaiki hubungan yang sering tegang dengan China, permasalahan ini membuat usaha yang dilakukan Jepang tersebut tidak membuahkan hasil. Bahkan permasalahan ini semakin membuat hubungan diplomatik kedua negara terus memanas.
Dampak dari penguatan militer yang dilakukan oleh China juga tidak hanya mempengaruhi India dan Jepang sebagai negara yang bertetangga/berdekatan dengan wilayah China tapi juga berdampak pada AS yang merupakan negara mitra dagang utama bagi China tetapi juga sekaligus sebagai negara musuh utama China karena telah banyak mencampuri urusan dalam negeri China. Kemajuan China sekarang telah membuktikan bahwa China merupakan salah satu bangsa yang dapat menjadi “lawan tanding” yang sangat seimbang bagi hegemoni AS di seluruh dunia, bahkan dapat dikatakan kemajuan China telah melewati AS di segala bidang. Hal ini juga ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang pada tahun 2008 melanda AS yang mengakibatkan bangkrutnya beberapa industri vital di negara tersebut sehingga mengakibatkan kemajuan China semakin tak terbendung. Namun sensitifitas hubungan AS dan China yang dinilai China sangat menggangu keadaan dalam negeri China adalah permasalahan penjualan senjata yang dilakukan oleh AS ke Taiwan. AS beralasan bahwa penjualan senjata yang dilakukannya adalah untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Selat Taiwan, namun Beijing bereaksi keras atas penjualan senjata ynag dilakukan oleh AS tersebut karena selain telah mengintervensi urusan dalam negeri China juga telah membantu usaha Taiwan untuk melawan pemerintahan China serta untuk memerdekakan diri dari China.

Dari permasalahan di atas jelas terlihat bahwa China sangat terusik dengan kegiatan penjualan senjata itu. Meskipun AS hanya membuka hubungan diplomatik dengan Beijing tetapi AS tetap mempertahankan aliansinya dengan Taipei yang terikat dalam Pakta Hubungan Taiwan, dimana pakta tersebut menyebutkan AS akan menyediakan senjata yang dibutuhkan Taiwan dalam rangka mempertahankan diri. China menilai bahwa pakta tersebut sudah sangat jauh berbeda dari apa yang seharusnya yakni hanya menangani masalah-masalah perdagangan persenjataan namun di sisi lain China menilai bahwa penjualan senjata yang dilakukan AS tersebut juga telah banyak membantu Taiwan dalam upaya untuk memerdekakan diri dan melawan pemerintahan China. Sekarang di tengah hubungan diplomatik China dan AS yang sedang mengalami krisis kepercayaan dan saling kecurigaan satu sama lain, permasalahan penjualan senjata ini menjadi halangan bagi harmonisnya hubungan diplomatik kedua negara. Dari permasalahan antara China dengan AS ini dapat dilihat bahwa kedua negara tengah bersaing untuk menjadi pemimpin dunia dan berusaha untuk menanamkan dominasi serta hegemoninya di dunia. AS merupakan negara yang telah lama memiliki dominasi dan hegemoni di dunia sementara China sedang berusaha untuk membangun dominasi dan hegemoninya di dunia yang semakin membuktikan bahwa China sekarang ini sangat ingin menandinggi AS di segala bidang.




2.4 Upaya Diplomasi China Untuk Meredam Dampak Penguatan Militernya
Usaha China untuk membangun kekuatan militer yang berbasis blue water navy telah banyak mendapatkan reaksi yang beragam dari beberapa negara tetangganya juga dari AS. Kemunculan China sebagai negara yang sekarang sedang maju juga menuntut China untuk meningkatkan kekuatan kapasitas militernya yang selain digunakan untuk melindungi kepentingan ekonominya di luar negeri juga digunakan untuk melindungi integritas dan kedaulatan wilayah China dari ancaman negara lain yang ingin mencampuri urusan dalam negeri China. Bahkan menurut salah seorang perwira senior Angkatan Darat China (PLA/People Liberation Army), Kolonel Liu Mingfu, China harus menggunakan pendapatannya yang terus meningkat untuk menjadi kekuatan militer terbesar dunia, sehingga AS tidak akan berani dan tidak akan mampu mencampuri konflik militer di Teluk Taiwan. Pernyataan ini sekaligus juga menegaskan bahwa China khususnya militernya telah berani bersikap keras terhadap tindakan AS yang menjadi pemasok/menjual senjata ke Taiwan. Tidak hanya itu anggaran militer China yang naik sekarang ini juga merupakan sebuah sinyal perlawanan terhadap Washington sebab pemerintahan Obama tetap melanjutkan rencana penjualan persenjataan sebesar 6,4 miliar dollar AS ke Taiwan pada Januari lalu.
Upaya diplomasi yang dilakukan oleh China sekarang ini terkait dengan penguatan kapabilitas militernya adalah China sekarang terlihat lebih aktif di dalam beberapa permasalahan keamanan internasional serta ikut ambil peran dalam menengahi beberapa konflik. Hal yang dilakukan China tersebut lebih dimaknai sebagai upaya diplomasi yang persuasif dan pembangunan citra yang baik melalui usahanya untuk ikut aktif dalam menyelesaikan permasalahan keamanan. Salah satu bukti China sekarang aktif dalam permasalahan internasional adalah China mulai berperan aktif dalam PBB di mana China sekarang mulai menggunakan hak suaranya di dalam Dewan Keamanan PBB, seperti diketahui bahwa sebelum China menggunakan hak suaranya untuk mem-veto suatu masalah di Dewan Keamanan seperti sekarang China merupakan negara yang pasif dan selalu abstain dalam beberapa masalah keamanan internasional. Sekarang China dua kali menggunakan hak suaranya untuk resolusi di dalam Dewan Keamanan PBB terkait dengan masalah peluncuran misil Korea Utara dan yang satu lagi adalah menghimbau Iran untuk berhenti melakukan pengayakan dan mengolah kembali uraniumnya.
Dengan lebih dari satu triliun dolar dalam cadangan devisa, China telah banyak menggunakannya untuk membiayai militernya serta memprakarsai bantuan dan hubungan diplomatik di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tengah dan Timur Tengah. Hal ini membuktikan bahwa China sedang menunjukkan kekuatannya tidak hanya di dalam negerinya dan di kawasan Asia Timur tetapi juga di luar kawasan Asia Timur dan dunia internasional. Bukti dari bantuan China di kawasan tersebut adalah China telah mengirim 4.000 tentaranya ke Sudan untuk melindungi investasi minyaknya juga untuk meredam pertikaian intern antara rakyat Kristen di Selatan Sudan dan warga muslim di Utara Sudan, namun hal yang dilakukan China lebih cenderung ke arah perlindungan investasi minyaknya. Bantuan terbesar yang dilakukan China adalah di wilayah Papua New Guinea (PNG). Di negara tersebut China membantu membiayai dan merenovasi markas besar satuan pertahanan PNG, Murray Barracks. Hal yang sama juga dilakukan untuk Istana Gubernur, kediaman Gubernur Jendral PNG (kepala negara PNG), menyediakan kendaraan untuk kepolisian PNG, serta membiayai tentara PNG untuk melanjutkan studinya di beberapa sekolah pertahanan di China seperti National Defense University di Beijing, Army Command College di Nanjing dan Infantry College di Shijiazhuang.
Upaya yang dilakukan oleh China mulai dari terlibat aktif di dalam menangani permasalahan keamanan internasional, mulai aktif menggunakan hak suaranya di Dewan Keamanan PBB, memberikan bantuan militer di Sudan serta di wilayah Papua New Guinea yang cukup banyak porsinya merupakan salah satu bukti China untuk mengembangkan bantuan melalui jalur diplomasi ke negara-negara di mana China memiliki kepentingan ekonomi. Bagi negara-negara yang sangat terganggu dengan rencana China untuk menguatkan kapasitas militernya yang berbasis blue water navy, hal yang dilakukan oleh China ini merupakan pengalihan isu dari masalah militer China. Bantuan-bantuan yang diberikan China ke negara-negara lain hanya merupakan suatu usaha untuk mengalihkan perhatian atas militernya yang tengah mendapatkan perhatian dari dunia internasional, khusunya negara-negara yang menjadi rival China. Jadi sangat jelas terlihat bahwa usaha China untuk memberikan bantuan ke negara-negara lain dinilainya sebagai usaha untuk mengembangakan diplomasinya sedangkan bagi negara yang menjadi rival China hal itu dinilai sebagai upaya pengalihan perhatian atas militernya.


BAB III
KESIMPULAN

Peran militer merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah suatu negara dari berbagai ancaman baik di lingkungan luar maupun lingkungan domestik negaranya. Peran yang dilakukan oleh militer China juga demikian, di mana selain menjaga dari ancaman juga menjaga kepentingan ekonomi China yang banyak berasal dari negara lain. Kepentingan ekonomi yang sangat besar inilah yang kemudian menjadi alasan bagi militer China untuk melakukan penguatan kapabilitas militernya, melalui peningkatan anggaran dan produksi peralatan serta senjata-senjata militer sendiri. Pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh China cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun sehingga hal ini mendapatkan kecurigaan dari negara seperti Amerika Serikat, India dan Jepang, terlebih lagi hal ini tidak diikuti oleh transparansi dari China mengenai anggaran militer tersebut. Negara yang paling mencurigai China adalah AS tentang anggaran militer itu apalagi sekarang hubungan China dan AS sedang dilanda berbagai permasalahan sehingga membuat hubungan diplomatik kedua negara pun tegang.
Rencana China untuk memiliki angkatan militer blue water navy juga berpengaruh pada AS, yang merupakan negara mitra dagang China namun juga sekaligus musuh utama China. Namun China menilai AS tidak berhak mencampuri ataupun mengintervensi rencana tersebut sebab AS telah cukup banyak ikut campur dalam urusan dalam negeri China. Kemajuan China sekarang ini dapat menjadi saingan bagi hegemoni AS di dunia sehingga tidak mengherankan apabila AS selalu berusaha untuk mengintervensi China. Upaya diplomasi juga dilakukan oleh China untuk meredam dampak dari penguatan kapabilitas militernya yaitu melalui pemberian bantuan ke negara-negara di mana China memiliki kepentingan ekonomi. Bagi China upaya ini merupakan usahanya untuk membantu negara lain melalui jalur diplomasi dengan memberikan bantuan ekonomi dan militer namun bagi negara yang menjadi musuh China serta negara yang mencurigai China hal ini dinilai sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian atas militernya yang tengah mendapat sorotan dan perhatian dari dunia internasional.






DAFTAR PUSTAKA

Buku
Backman, Michael. Asia Future Shock. Jakarta: Ufuk Press, 2008.
Diamond, Larry dan Marc F. Plattner. Hubungan Sipil – Militer dan Konsolidasi Demokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Internet
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/02/03345558/militer.china.terkuat, diakses pada 18 Mei 2010, pukul 12.44.
http://erabaru.net/index.php/top-news/37-news2/2753-anggaran-militer-china-kedua-tertinggi-di-dunia.html, diakses pada 17 Mei 2010, pukul 16.32.
http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=139:loncatan-teknologi-militer-china-&catid=1:latest-news&Itemid=5, diakses pada 21 Mei 2010, pukul 14.45.
http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/pf_others_pert_keamanan_negara.pdf

Koran/Surat Kabar
Koran Jakarta, Selasa 2 Februari 2010. “Politik Kawasan: Presiden Ma Pertaruhkan China” hal 5

Referensi Endnotes
Michael Backman, Asia Future Shock.( Jakarta: Ufuk Press, 2008), hal 45-46.
Ibid, hal 39.
http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/pf_others_pert_keamanan_negara.pdf
Larry Diamond dan Marc F. Plattner, Hubungan Sipil – Militer dan Konsolidasi Demokrasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal 104.

Op, cit. hal 38.
http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=139:loncatan-teknologi-militer -china-&catid=1:latest-news&Itemid=5.
Op, cit. hal 45.
Ibid, hal 108-109.
http://erabaru.net/index.php/top-news/37-news2/2753-anggaran-militer-china-kedua-tertinggi-di-dunia.html.
Koran Jakarta, Selasa, 2 Februari 2010. “Politik Kawasan: Presiden Ma Pertaruhkan China” hal 5.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/02/03345558/militer.china.terkuat.
Michael Backman, Asia Future Shock. (Jakarta: Ufuk Press, 2008), hal 38.
Ibid, hal 42.

2 komentar:

  1. Nice article, yet, you seem losing your focus in whether to assess the diplomacy effort or the interest behind the concept of blue navy water. Pembahasan tentang baru dan hanya terelaborasi pad point 2.4, Dan ini nampak dari kesimpulan Anda.

    BalasHapus
  2. Thank you very much mbak...
    To be honest, it's a little difficult for me to focus on the diplomacy effort or the interest behind the plan, but I will do my best next time....

    BalasHapus